TabloidNakita.com - Gangguan pencernaan saat hamil banyak dialami. Meski relatif aman buat janin, namun perlu diatasi segera karena menimbulkan ketidaknyamanan pada ibu hamil. Inilah 4 macam gangguan pencernaan saat hamil, sebagaimana dipaparkan oleh Dr. Yasmina Ismail, Sp.OG, dari RS Medika Permata Hijau Jakarta Barat, kepada Irfan Hasuki dari nakita.
1. SEMBELIT
Gangguan pencernaan saat hamil ini berupa kesulitan buang air besar (BAB) bisa terjadi pada usia kehamilan berapa pun, namun lebih kerap dialami di akhir kehamilan. Pemicunya adalah ukuran tubuh janin kian membesar dan kepala bayi mulai turun menekan usus sehingga membuat ibu kerap kesulitan BAB.
Penyebab:
Ada beberapa penyebab gangguan pencernaan saat hamil ini:
1. Sistem hormonal pada tubuh ibu berubah, salah satunya hormon progesteron meningkat sehingga gerakan peristaltik usus menurun yang akhirnya menyebabkan sulit BAB.
2. Rahim membesar sehingga terjadi penekanan pada usus. Sisa-sisa pencernaan pun tertumpuk di usus yang memicu terjadinya gangguan konstipasi.
3. Ibu menderita wasir. Bisa saja sebelumnya ibu sudah menderita wasir dan semakin terasa ketika hamil. Apalagi jika ibu harus mengejan setiap kali BAB, maka wasir akan bertambah berat. Jika sudah sangat berat biasanya wasir harus dioperasi supaya tidak mengganggu. Tentunya akan dipilih teknik operasi dan pengobatan yang aman untuk janin.
4. Ibu malas bergerak atau kurang minum. Malas bergerak membuat aliran darah tak lancar, sedangkan minum sedikit membuat feses memadat/keras hingga sulit dikeluarkan.
5. Mungkin ibu mengalami hirschsprung atau kelainan katup usus. Kelainan ini terjadi sejak sebelum hamil namun baru ketahuan pas hamil ketika faktor pemicu sembelit lain ikut muncul. Kelainan ini dapat membuat kotoran menjadi susah lewat. Untuk mengatasinya bisa dengan obat-obatan atau operasi.
Dampak:
Sembelit dapat membuat ibu sangat tidak nyaman, sehingga harus diantisipasi dan diatasi. Jika ibu tak nyaman, susah makan, mudah marah, dapat membuat ibu semakin tertekan. Walhasil janin pun terkena dampaknya, asupan nutrisinya kurang, merasa ikut tidak nyaman, sehingga pertumbuhannya pun tersendat.
Penanganan:
Ibu hamil dianjurkan makan buah-buahan, asupan bergizi seimbang, cukup minum, dan tetap berolahraga secara teratur. Namun jika sudah sangat mengganggu dan sulit diatasi, dokter biasanya memberikan obat pelunak tinja sehingga mudah dikeluarkan. Sebaiknya tidak menggunakan obat pencahar karena dapat mengganggu pertumbuhan janin.
2. MUAL MUNTAH
Hampir setiap ibu hamil mengalami gangguan pencernaan saat hamil ini. Mual-muntah yang cukup berat disebut morning sickness atau emesis gravidarum. Gangguan ini biasanya dialami hingga usia kehamilan 5 bulan, yang dapat mengganggu aktivitas ibu. Namun, ada juga ibu hamil yang tak mengalami mual-muntah berat atau bahkan tidak mengalaminya sama sekali, sehingga mereka cukup santai menjalani kehamilannya.
Penyebab:
Biasanya emesis gravidarum disebabkan oleh perubahan hormon estrogen dan progesteron selama hamil. Perubahan inilah yang memengaruhi peningkatan asam lambung, sehingga muncul mual dan muntah.
Dampak:
Umumnya, kejadian ini tak berdampak buruk pada janin karena janin bisa mengambil zat gizi sisa dan cadangan yang ada pada ibu. Malah, mual muntah dipercaya sebagai mekanisme alam untuk melindungi janin, karena trimester pertama kehamilan adalah masa rawan pembentukan organ-organ janin. Dengan adanya mual dan muntah, ibu sementara tak nafsu makan. Ini ada baiknya karena makanan atau minuman bisa saja mengandung zat berbahaya yang dapat mengganggu pembentukan awal janin.
Penanganan:
• Kondisi ibu hamil harus tetap terjaga baik. Jadi, tetaplah mengonsumsi makanan atau buah sedikit-sedikit namun sering, banyak beristirahat, dan menghindari makanan yang dapat memicu mual seperti jeruk masam.
• Pada ibu yang mual muntah berlebihan kemudian kehilangan banyak cairan, elektrolit, cairan kalori, biasanya ibu harus dirawat di rumah sakit untuk mendapat asupan cairan/makanan via infus. Obat antimual yang aman bagi ibu hamil pun biasanya diberikan untuk menekan mual muntah.
3. PERUT TERASA PANAS, KEMBUNG & PERIH
Panas yang terasa di perut biasanya terjadi di trimester ketiga kehamilan. Terkadang dibarengi dengan rasa kembung dan perih di lambung. Gangguan pencernaan saat hamil ini juga banyak dialami mama.
Penyebab:
Meningkatnya hormon progesteron yang membuat gerakan peristaltik usus ibu melemah. Walhasil, udara yang seharusnya bisa keluar lewat anus (buang angin) malah berkumpul di lambung. Hal inilah yang menimbulkan semacam rasa panas di perut.
Dampak:
Umumnya, rasa-rasa ini di perut tidak berdampak negatif terhadap janin. Hanya, pada ibu terasa sangat tidak mengenakkan karena biasanya disertai mual bahkan muntah. Hal inilah yang kemudian dapat membuat ibu tak nafsu makan. Jika berlangsung cukup lama dapat menyebabkan asupan nutrisi ke ibu dan janin pun berkurang.
Penanganan:
• Usahakan untuk membuang gas yang ada di dalam perut. Caranya, bisa dengan memijat-mijat bagian belakang perut, berbaring menyamping, atau memperbanyak posisi duduk. Jika gas keluar akan meringankan panas di perut.
• Kurangi makanan berlemak dan berminyak yang dapat mempersulit kerja lambung dan usus.
• Konsumsi makanan lunak dalam porsi kecil tapi sering, dan kunyahlah dengan baik.
• Perbanyak makan buah-buahan seperti mangga dan pepaya supaya BAB lebih lancar.
• Aktivitas dengan banyak bergerak perlu terus dilakukan supaya peredaran darah lancar dan ibu mudah BAB.
4. DIARE
Diare atau buang air lebih dari 4 kali sehari dalam bentuk cair bisa menimpa ibu hamil. Kejadiannya bisa di usia kehamilan berapa pun.
Penyebab:
Biasanya karena faktor psikis, di saat ibu sedang tertekan lantaran beban psikologis yang dialaminya. Bisa juga karena infeksi bakteri seperti E. coli, salmonela, infeksi parasit semisal cacing, dan lainnya. Begitu pun makanan pedas, asam, atau berlemak, dapat memicu terjadinya iritasi di lambung dan usus, sehingga muncul diare.
Faktor lain penyebabnya ialah kelainan pada usus atau lambung, seperti sindrom malabsorpsi lemak atau ketidakmampuan menyerap unsur lemak, kekurangan enzim laktase, atau ibu menderita kanker usus. Namun, untuk penyebab ini hanya dialami sebagian kecil ibu hamil.
Dampak:
Diare perlu ditangani segera karena jika berlanjut dapat berdampak buruk pada janin. Bukankah saat diare biasanya ibu tak bisa mendapatkan asupan dengan baik sementara isi perutnya terus-menerus keluar? Nah, hal ini dikhawatirkan membuat janin tidak mendapatkan asupan nutrisi dan oksigen yang baik, sehingga perkembangannya pun tidak optimal. Selain itu, diare bisa memicu terjadinya kontraksi sehingga rawan keguguran dan lahir prematur; ibu yang lemas pun bisa mengganggu aliran darah ke janin.
Penanganan:
• Ibu hamil harus banyak minum air dan oralit supaya terhindar dari dehidrasi.
• Usahakan tetap masuk makanan, pilihlah makanan yang lunak seperti bubur nasi supaya mudah dicerna.
• Konsumsilah makanan yang mengandung banyak kalium, seperti pisang, untuk mengganti elektrolit yang terbuang.
Pencegahan:
Mengingat risikonya yang cukup berat pada ibu dan janin, sebaiknya ibu hamil menghindari diare. Caranya, teruslah berusaha menyamankan diri dengan bersikap optimis, percaya diri, dan mengajak pasangan untuk mendampingi ibu saat menjalani kehamilan. Dengan begitu ibu akan mampu mengatasi beban yang dirasakannya. Hal lain yang perlu dilakukan, hindari makanan yang terlalu pedas dan asam, serta jagalah kebersihan makanan.
Sudah jelas kan, gangguan pencernaan saat hamil yang banyak dialami mama.
National Geographic Indonesia: Dua Dekade Kisah Pelestarian Alam dan Budaya Nusantara
KOMENTAR