Gizi
Selama dalam kandungan, satu-satunya sumber nutrisi janin adalah dari ibunya. Apa pun yang dikonsumsi ibu, akan memengaruhi pertumbuhannya. Karenanya sejak dinyatakan positif hamil, ibu harus menjaga pola konsumsi makanan sesuai diet yang dianjurkan. Prinsip gizi seimbang bisa menjadi acuan. Kebutuhan energi dan protein ibu hamil trimester I sebesar 2.080 kkal dan 67 g/hari. Kebutuhan ini makin meningkat di trimester II dan III sebesar 2.200 kkal dan 67 g/hari. Kebutuhan lemak menjadi seperlima kebutuhan energi. Selain itu ibu hamil juga harus mengonsumsi vit A, vit B1-B2-B3, folat, kalsium, zat besi, seng, dan sebagainya.
Jadi anggapan bahwa ibu hamil harus makan dua kali lipat dari biasanya, karena kebutuhan sekarang untuk dua orang, itu tidak sepenuhnya tepat. Memang kebutuhan energi dan proteinnya meningkat, namun jumlahnya harus tetap terkontrol. Sebuah studi di Harvard Medical School menyebutkan bahwa ibu hamil yang berlebihan berat badannya berisiko menyebabkan anaknya mengalami obesitas sebelum usia 3 tahun. Jika penambahan berat badan ibu dikontrol betul, terbukti hasilnya berbeda. Hal ini juga dilakukan pada kelompok suku Indian Pima di Arizona yang merupakan masyarakat dengan tingkat penderita diabetes tipe 2 tertinggi di dunia. Bahasa sederhananya bayi-bayi yang terlahir dari kelompok masyarakat ini telah membawa risiko diabetes dari orangtuanya. Melalui intervensi pola makan dan gaya hidup sebelum dan selama masa kehamilan, terbukti sekarang angka penderita diabetes tipe 2 di sana dapat ditekan.
Ibu hamil yang memiliki riwayat diabetes dalam keluarganya, harus lebih berhati-hati. Sebelum hamil, kebutuhan insulin dalam tubuhnya mungkin masih mencukupi, namun setelah hamil, produksi insulinya mungkin tak lagi cukup. Jika masalah kekurangan insulin ini diakibatkan proses kehamilan itu sendiri, maka yang muncul adalah diabetes gestasional (diabetes akibat kehamilan) yang bisa hilang setelah ibu melahirkan. Namun begitu, diabetes gestasional harus diatasi, karena membawa risiko bagi ibu dan janin, hingga menjadi diabetes yang menetap meskipun ibu tak lagi hamil. Upaya paling dasar yang bisa dilakukan adalah pengaturan pola makan.
Emosi
Emosi positif selama masa kehamilan sangat penting supaya ibu hamil merasa nyaman dan ini akan berpengaruh pada perkembangan janinnya. Penelitian menyebutkan, ibu hamil yang terperangkap dalam stres dan kecemasan akibat mengalami masa sulit akan menularkan masalahnya kepada sang janin sehingga ia akan tumbuh menjadi anak yang mudah mengalami gejolak emosi, lebih rewel dan sulit dipuaskan. Menciptakan emosi positif ini tidak bisa dilakukan sendiri melainkan butuh dukungan orang-orang terdekat. Memang tidak berarti semua keinginan ibu hamil harus dituruti, namun setidaknya usahakan tak ada hal berat yang membebaninya. Bila ada masalah atau kesedihan yang mendera, diskusikan bersama dan berusaha mencari solusi terbaik.
Lingkungan Sehat
Janin juga memerlukan lingkungan yang sehat untuk tumbuh optimal. Sebuah penelitian yang dilakukan Frederica Parera, direktur Center for Children’s Environmental Health at Columbia University, menyebutkan adanya kaitan antara lingkungan yang polutif dengan berbagai penyakit seperti kanker. Paparan polusi terus-menerus, bahkan sejak janin dalam kandungan tentulah akan berefek buruk. Penelitian itu menyebutkan bahwa 40% DNA dari bayi yang ibunya terpapar polusi mengalami kerusakan yang meningkatkan risiko terkena kanker. Dalam jangka pendek, ibu hamil yang berada dalam lingkungan tak sehat berisiko melahirkan bayi prematur, bayi lahir berat rendah, hingga kelainan jantung bawaan. Supaya hal tersebut tidak terjadi, usahakan seminimal mungkin berada di lingkungan polutif. Jauhkan rokok dari lingkungan rumah/kantor. Bila harus bepergian dengan kendaraan umum, gunakan masker. Konsumsi buah dan sayur yang mengandung antioksidan tinggi terbukti memperkecil risiko kanker. Gunakan produk-produk rumah tangga dari bahan alami atau ramah lingkungan.
Hati-Hati Obat
Pada prinsipnya wanita hamil tidak bisa sembarangan mengonsumsi obat kecuali dengan resep dokter. Obat-obat yang akan diberikan hanya yang telah teruji aman bagi ibu dan tidak membahayakan janinnya. Sebab obat yang dikonsumsi bisa menembus plasenta sehingga berisiko pada janin. Obat-obatan seperti antibiotik akan diberikan dokter pada kondisi khusus, sebab obat ini selain dapat mengganggu pertumbuhan janin juga berefek samping seperti alergi, mual, kekurangan darah yang menyebabkan ibu hamil berat menjalani kehamilannya.
Kalaupun merasakan sakit kepala yang tak tertahankan, pilih obat dari jenis parasetamol yang dinilai aman. Namun alangkah baiknya kalau mengonsultasikannya lebih dahulu ke dokter. Sebenarnya kalau hanya sakit ringan seperti sakit kepala atau flu, sebaiknya gunakan bahan-bahan alami yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh, seperti konsumsi vitamin C dalam jumlah cukup, atau gunakan resep tradisonal dari bahan-bahan segar yang diolah sendiri seperti rempah-rempah jahe, kencur, cengkeh, dan jeruk nipis.
KOMENTAR