Agar ibu dapat memberikan kondisi dan stimulasi yang baik untuk janin, berikut yang bisa dilakukan:
Rasa tidak nyaman memang wajar, tapi marilah belajar dari sekitar kita dimana masih banyak ibu hamil yang nyaman menerima kehamilannya. Ini biasanya terjadi pada ibu hamil yang tenang, ikhlas, dan pasrah.
Agar ibu lebih tenang, coba jangan melulu mengutamakan perasaan, tapi juga logika untuk keseimbangan. Untuk itu, cobalah berpikir positif. Ingat, apa yang kita pikirkan akan memengaruhi semua kondisi jiwa kita. Kita adalah apa yang kita pikirkan. Jika kepala dipenuhi dengan prasangka, curiga, dan pikiran negatif lainnya, maka kita akan selalu dihantui kecemasan. Ini jelas tidak baik, bukan hanya bagi ibu, tapi juga janin.
Selain berpikir positif, ibu pun sebaiknya melakukan kegiatan positif. Di antaranya, hypnopregnancy, hypnobirthing, dan lain-lain. Mau jalan-jalan, menonton film, mendengarkan musik pun bisa dilakukan agar ibu relaks.
Hal penting lainnya, selama masa kehamilan, sudah selayaknya suami memberikan dukungan, semangat, dan perhatian kepada istri. Dengan begitu, istri bisa kuat secara mental untuk menghadapi segala hal di masa kehamilannya. Bentuk perhatiannya bisa sebagai teman mengobrol, menyiapkan makanan, siap mengantarkan istri ke dokter kandungan, dan lain-lain. Intinya, tugas suami di sini yang paling penting adalah membina hubungan baik dengan istrinya yang sedang hamil.
Ayah dan ibu mesti selalu bersyukur kepada Sang Pencipta yang telah memberikan anugerah terindah dalam kehidupan, yakni terjadinya kehamilan.
Ketenangan jiwa dan pikiran sangat penting. Banyak keuntungan yang diperoleh ibu dengan pikiran yang tenang, dari menghilangkan keluhan ringan seperti mual muntah dan pusing, mengurangi rasa sakit saat melahirkan, hingga pembentukan mental janin. Pada ibu hamil, ketenangan pikiran juga memegang peran penting karena kondisi relaks akan memicu produksi endorfin sebagai anestesi alami yang akan menggantikan hormon pemicu rasa sakit (hormon stres).
Dengan melakukan hal-hal positif tadi, ditambah dukungan dari suami dan orang-orang terdekat lainnya, diharapkan janin pun mendapatkan pasokan energi positif, sehingga ia dapat memiliki kepribadian positif setelah lahir, bahkan di saat dewasa kelak. Memang, pola asuh dan faktor lingkungan turut memengaruhi perkembangan kepribadian dan sikap positif anak. Namun, setidaknya dengan memberikan kondisi yang kondusif kepada janin, maka secara tak langsung kita sudah ”menabung” kepribadian positif sejak dalam kandungan. “Orangtua zaman dulu selalu mengingatkan bahwa happy baby comes from happy parents.
KOMENTAR