Tinggal di Indonesia, negeri yang disebut ring of fire, harus akrab dengan bencana alam. Maraknya berita tentang bencana alam acap membuat si kecil takut. Ketakutan yang dialami anak usia prasekolah merupakan hal yang wajar dan alami. Bahkan, rasa takut sebenarnya berguna untuk membentuk pertahanan diri. Ketakutan anak terhadap bencana seperti gempa, tsunami, gunung meletus, dan banjir bisa timbul akibat pengalaman langsung maupun tak langsung paparan berita yang terus-menerus.
Jika anak mengalami ketakutan akibat terus-menerus mendengar dan menyaksikan berita bencana di televisi, ia juga harus mendapatkan pertolongan segera. Meski tak mengalami langsung, anak yang telanjur memperoleh gambaran menakutkan dari berita bencana dapat mengalami keresahan yang tidak wajar. Belum lagi jika paparan yang dibawakan pembawa acara dilatari musik dan gambar yang mencekam. Gabungan kesemuanya itu lantas membuat anak mengimajinasikannya secara intens, menghubungkannya dengan keselamatan keluarga, dan hasilnya adalah perasaan sedih dan tertekan.
Mengapa tekanan informasi media massa dapat muncul di usia prasekolah? Ya, karena memasuki usia ini kemampuan berimajinasi anak sudah jauh berkembang dibanding di usia batita. Tentang konsep atau istilah bencana sendiri awalnya mereka tentu tidak paham kecuali pernah dijelaskan sebelumnya. Bagaimana bencana itu bisa terjadi, apakah peristiwa tersebut diakibatkan oleh manusia atau alam merupakan informasi yang diperolehnya dari orang dewasa atau media. Berkat imajinasi, anak dapat membayangkan seandainya ia dan keluarganya mengalami bencana. Tentu sangatlah menyedihkan jika kehilangan orangtua, rumah, dan harus tinggal di penampungan yang tidak nyaman.
Sebetulnya kemampuan anak membayangkan berada dalam situasi sulit yang dialami orang lain menandakan kemampuannya untuk berempati. Namun, jika anak sampai kehilangan rasa amannya, tentu saja ada yang harus diimbangi dalam hal cara berpikirnya. Ketakutan dan kecemasan ini terjadi karena anak terpapar banyak informasi mengenai peristiwa bencana sementara ia belum memahami apa penyebab serta bagaimana prosesnya.
KOMENTAR