Nakita.id - Anak memiliki teman imajiner di rentang usia 3—5 tahun adalah wajar.
Kehadirannya bahkan mampu memberi dampak positif, baik secara kognitif maupun emosional.
Salah satunya, mengembangkan kosakata, karena anak dituntut bicara banyak dengan teman khayalnya.
Imajinasi dan kreativitasnya juga berkembang karena anak dapat memerankan si teman imajiner sebagai sosok tertentu.
Bahkan, anak dikenalkan dengan pengaturan situasi sosial dalam konteks yang aman seperti berlatih bagaimana menangani konflik, baik dengan cara berbicara atau mungkin tidak berbicara kepada mereka.
Secara kognitif hal ini membantu anak untuk belajar mengenai simbol-simbol dan pemikiran yang abstrak.
Tentu, dampak negatifnya juga ada, mengingat teman imajiner bukanlah teman dalam kehidupan nyata anak.
Negatifnya, bersama teman khayalnya ini anak cenderung bersikap dominan, mengatur, dan memerintah sesuka hati.
Kalau bermain bersama teman khayal ini tak diimbangi dengan aktivitas yang melibatkan teman sebaya nyata.
Baca Juga: 4 Alasan Anak Punya Teman Imajiner, Salah Satunya Pengalaman Negatif
Anak jadi kurang belajar apa itu kerja sama, suportivitas, dan kurang memiliki hasrat berprestasi.
Apalagi bila anak yang punya teman khayal ini cenderung menghindari interaksi dengan anak lain, atau anak lebih memilih bermain dengan teman khayalnya sepanjang hari daripada dengan teman di dunia nyatanya. Kemampuan sosialisasinya akan tumpul.
Hal-hal inilah yang harus diwaspadai orangtua.
Oleh karena itu orangtua sedapat mungkin mendampingi anak bermain.
Selain itu, penting juga memberikan pengertian dengan cara kreatif, bahwa temannya itu bukanlah teman yang nyata.
Yang nyata adalah Anda, sebagai ibunya, atau sebutlah nama teman-temannya dan ajaklah ia bermain bersama mereka.
Kalau anak sungkan bermain ke luar rumah, ajaklah anak lain bermain di rumah Anda. Dengan begitu, kecerdasan sosial dan emosi anak dapat berkembang optimal.
Teman imajiner seharusnya sudah hilang dengan sendirinya saat anak mulai mengikuti pendidikan formal dan memiliki teman nyata yang dapat dijadikan teman bermain.
Jika hingga dewasa dia masih bergaul dengan teman imajiner, hal ini dapat mengindikasikan adanya masalah dalam hal penyesuaian diri, emosi, dan masalah dalam kepribadian maupun lingkungan.
KOMENTAR