Nakita.id - Ada tiga jenis usia, yaitu usia kronologis, usia mental, dan usia biologis. Usia kronologis, yaitu perhitungan usia dimulai dari saat kelahiran seseorang. Inilah patokan umum usia seseorang.
Saat ada orang bertanya, “Berapa usia anaknya, Bu?”, maka usia kronologis menjadi jawabannya. Sedangkan usia mental adalah perhitungan yang didapatkan dari taraf kemampuan mental seseorang. Bagaiman cara mengukur usia mental?
Kalau anak yang lahir 4 tahun lalu belum dapat berbicara dengan kalimat lengkap, serta menunjukkan perkembangan yang setara dengan anak berusia 1 tahun, dapat disimpulkan, usia mental anak ini adalah 1 tahun.
Akan halnya usia biologis, yaitu perhitungan usia berdasarkan kematangan biologis yang dimiliki oleh seseorang.
Sering kan, kita dengar istilah “muka boros”, usia seumur jagung tapi penampilan wajah sudah seperti orang separuh baya? Demikian juga sebaliknya. Usia biologis biasanya berkaitan dengan kondisi sel dan jaringan-jaringan tubuh. Penyakit, stres, pola hidup, dan lainnya sangat memengaruhi usia biologis.
Nah, dalam mendidik anak, ketiga usia (kronologis, biologis, dan mental) tersebut harus diperhatikan untuk mengetahui apakah perkembangan anak, baik fisik maupun mentalnya, berjalan normal atau tidak. Dengan demikian, jika terjadi keterlambatan dapat segera diketahui dan dicarikan jalan keluarnya.
Demikian juga bila anak mengalami percepatan perkembangan, orangtua dapat melakukan stimulasi dan arahan yang tepat. Ini penting diperhatikan supaya tumbuh kembang anak berjalan optimal, selain untuk mengatasi sedini mungkin gangguan perkembangan yang mungkin terjadi.
Pertanyaannya, bagaimana mengukur usia mental anak prasekolah? Bagaimanapun, usia mental tidak mudah diketahui semudah kita menghitung usia kronologis dan atau melihat usia biologis.
Konsep usia mental dikembangkan oleh seorang tokoh psikologi, yaitu Alfred Binet. Dia mengatakan, usia mental adalah tingkat perkembangan mental seseorang dibanding dengan orang lain seusianya.
Selanjutnya tokoh lain, William Stern mengatakan, IQ (Intelligence Quotient) seseorang didapat dari usia mental seseorang dibagi usia kronologisnya kemudian dikalikan 100. Berikut rumusnya: IQ = MA/CA x 100. MA adalah mental age dan CA adalah chronological age.
Kalau ingin tepat dan akurat, lakukan saja tes psikologi oleh psikolog. Psikolog akan menggunakan acuan Standfor-Binet test untuk mengukurnya. Tes ini menganalisis respons seseorang pada 4 area, yaitu; kemampuan verbal atau mengungkapkan pendapat secara verbal, kemampuan hitung-menghitung (kemampuan matematis), kemampuan berpikir abstrak dan visual, serta kemampuan memori jangka pendek seseorang.
Baca Juga: Cukup dengan Cara Sederhana, Moms Dapat Menjadi Role Model Yang Baik Untuk Anak
Setelah melihat hasil tes, beberapa orangtua biasanya bertanya, mengapa usia mental anaknya tidak cocok dengan usia kronologis atau biologisnya? Memang benar, usia mental bisa maju atau mundur dari usia lainnya. Sifatnya sangat individual alias berbeda-beda pada setiap individu. Penyebabnya, antara lain faktor genetik (keturunan) dan faktor gizi sejak dari kandungan.
Faktor pola asuh juga ikut berpengaruh dalam membentuk usia mental. Jika sejak dini anak terbiasa mengemukakan pendapatnya, dihargai setiap usahanya untuk belajar sesuatu, semua itu akan membuat anak berusaha lebih giat. Begitu pula jika bayi mendapat stimulasi sejak dini, diajak berkomunikasi sejak dalam kandungan, kemampuan verbalnya akan berkembang lebih baik. Tentunya jika anak atau janin itu dalam kondisi sehat, tidak mengalami kelainan secara biologis.
For the Greater Good, For Life: Komitmen ParagonCorp Berikan Dampak Bermakna, Demi Masa Depan yang Lebih Baik Bagi Generasi Mendatang
KOMENTAR