Nakita.id - Apakah Moms dan Dads memiliki anak yang sedang beranjak usia remaja?
Menurut World Health Organization atau WHO, remaja ialah penduduk yang dengan rentang usia 10-19 tahun.
Namun menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja ialah penduduk yang berada dalam rentang usia 10-18 tahun.
BACA JUGA: 7 Hal Menakjubkan Tentang Bayi di Bulan Juni, Akan Buat Moms Tersenyum
Jika Moms dan Dads memiliki anak dalam rentang usia tersebut, terlebih usia 14 tahun sebaiknya Moms dan Dads berhati-hati ya.
Sebab ahli saraf Universitas College London Sarah Jayne Blakemore mengatakan bahwa usia 14 dinyatakan yang paling berbahaya.
"Kami menghitung usia dimana kelompok peserta kami membuat proporsi pilihan risiko terbesar menjadi 14,38 tahun," ujar Blakemore sebagaimana yang dikutip dari New York Post.
BACA JUGA: Memberikan MPASI Di Usia 5 Bulan, Sandra Dewi Tuai Pro Kontra
Awal pubertas yakni sekitar 11 atau 12 hingga akhir usia remaja terbukti membawa sejumlah perubahan pada otak dan perilaku anak.
Perubahan ini tidak hanya membuat anak lebih rentan terhadap rasa malu tetapi juga cenderung tidak menanggapi hukuman dan lebih kreatif secara visual daripada orang dewasa.
Selain itu, berikut ini beberapa perubahan otak pada remaja menurut Blakemore dalam buku terbarunya berjudul 'Inventing Ourselves: The Secret Llife of the Teenage Brain'.
Mereka lebih malu
Sebuah studi Havard 2013 pernah memindai remaja di MRI dan mengatakan pada mereka bahwa ada seseorang yang sedang menonton mereka, padahal kenyataannya tidak.
Mereka lantas menunjukan tanda-tanda merefleksikan diri, bahkan kulit mereka menunjukan kekacauan batin.
Blakemore mengatakan bahwa mereka lebih banyak malu hingga mengeluarkan banyak keringat ketika mereka tahu sedang diawasi.
BACA JUGA: 10 Potret Penobatan Ratu Elizabeth II Saat Masih 25 tahun, Cantik Luar Biasa!
Remaja tidak selalu mengambil risiko, tetapi mereka berani melakukannya ketika bersama teman
Para peneliti pernah meminta sekelompok remaja berusia 13-16 tahun untuk bermain game berkeliling trek secepat mungkin sambil tetap mematuhi rambu lalu lintas.
Saat para remaja ini bermain di depan teman-temannya, mereka hampir 2x lebih besar melanggar rambu lalu lintas dengan melaju saat lampu kuning.
Padahal lampu kuning cukup berisiko menyebabkan kecelakaan dan kehilangan waktu serta poin game.
Lucunya, kemungkinan melanggar rambu lalu lintas ini menurun ketika mereka bermain sendiri.
"Itu berarti bahwa remaja tidak selalu mengambil risiko, bertentangan dengan stereotip," ujar Blakemore.
Tekanan teman sebaya
Sebuah studi 2014 pernah meneliti tikus remaja yang minum lebih banyak alkohol saat mereka dikelilingi oleh tikus remaja lainnya.
Hal ini berbeda dengan tikus dewasa yang minum alkohol tanpa memperdulikan dengan siapa mereka saat itu.
BACA JUGA: Cukup 90 detik, Cara Pijat Ini Mampu Buat Wajah Terlihat Lebih Muda
Buruk dalam memfilter emosi
Sebuah penelitian di National Institutes of Health 2007 menunjukan bahwa remaja lebih buruk dalam mengabaikan emosinya dibandingkan orang dewasa.
Pada penelitian ini peneliti meminta dua kelompok, usia 9-17 tahun dan 25-36 tahun untuk melihat wajah yang ketakutan dalam fMRI.
"Dibandingkan dengan orang dewasa, anak-anak dan remaja menunjukan aktivasi yang lebih tinggi dari dua wilayah di korteks frontal ketika mereka diminta untuk melihat wajah yang menakutkan daripada ketika mereka diminta untuk melihat wajah yang netral," ujar Blakemore.
Hal ini tidak berubah saat remaja diberitahu untuk fokus hanya pada 'aspek non-emosional'."Ini menunjukan bahwa otak remaja melacak rangsangan emosional dan membangkitkan di lingkungan bahkan ketika individu telah diminta untuk fokus pada rangsangan non-emosional," tambahnya.
Remaja tidak belajar dari hukuman
Pada 2016, Blakemore menemukan bahwa remaja cenderung tidak belajar dari hukuman.
Hal itu ditemukannya dalam sebuah penelitian dimana ia meminta dua kelompok 12-17 tahun dan 18-32 tahun untuk memilih simbol yang dikaitkan dengan penghargaan dan hukuman.
Dari penelitian tersebut Blakemore melihat bahwa pendekatan berbasis hadiah lebih bermanfaat untuk pembelajaran remaja dibandingkan dengan pendekatan berbasis hukuman.
BACA JUGA: Gadget Bisa Tingkatkan Kemampuan Anak, Asal Moms Perlu Tahu Ini
Mereka lebih kreatif
Penelitian menunjukan kreativitas visual lebih tertinggi pada usia remaja.
Dimana orang dewasa lebih baik dalam pemikiran 'divergen verbal' sedangkan remaja pada 'divergen visual'.
"Kreativitas masih berkembang di masa remaja," ujar Blakemore.
"Remaja kreatif, otak mereka adalah plastik dan lunak dan mereka cepat belajar," tambahnya.
Source | : | nypost.com |
Penulis | : | Fadhila Auliya Widiaputri |
Editor | : | Gisela Niken |
KOMENTAR