Menurut American Psychiatric Association, selfietis bukanlah gangguan mental, tapi merupakan sebuah konsekuensi psikologis yang berhubungan dengan teknologi.
Menurut psikolog klinis Scott Bea, PsyD. menunjukkan jika seseorang yang sering mengunggah selfie di media sosial tujuannya adalah untuk meningkatkan suasana hati mereka.
"Dengan mengambil foto narsis dan mengunggahnya, orang-orang mencoba untuk memperlakukan otak mereka dan menstimulasi kimia positif," kata Dr. Bea.
Bea pun menambahkan, jika dalam selfie yang diunggah di media sosial dapat memunculkan perbandingan sosial atau bahkan parahnya bisa memicu rasa iri.
BACA JUGA: Benarkah Yoga Efektif untuk Menurukan Berat Badan? Ini Penjelasannya!
"Ketika melihat orang lain memiliki kehidupan hebat, adapula orang yang ingin terlihat punya kehidupan hebat juga. Jadi dia akan mengunggah momen terbaik atau foto terbaiknya di internet," tambah Bea.
Apabila hal itu terus-terusan terjadi, maka efeknya bisa membuat diri kita selalu merasa tidak puas dengan apa yang telah dimiliki.
Untuk itu, Moms harus sebisa mungkin mengurangi selfie dan membagikan hasil foto selfie di media sosial.
"Jauhkan diri kita dengan ponsel untuk jangka waktu tertentu, cobalah untuk tidak mengaksesnya," ujar Dr. Bea.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Source | : | cleveandclinic.org |
Penulis | : | Finna Prima Handayani |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR