Nakita.id - Apakah si kecil sering menunjukkan perilaku seperti berteriak-teriak, membanting barang, memukul, mendorong, mencubit, atau merusak benda yang ada di dekatnya?
Bila iya, ia termasuk kelompok anak destruktif. Intinya, saat mengekspresikan kemarahannya, anak menimbulkan kerusakan atau kesakitan pada lingkungannya.
Ekspresi kemarahan destruktif bisa disebabkan oleh beberapa hal. Misal, perilaku anak memang agresif, atau ia sekadar mencari perhatian atau meniru.
Jika karena agresif, beri si kecil ruang untuk meyalurkan energinya yang berlebihan itu.
Permainan seperti tinju-tinjuan yang bisa dipukul dan ditendang salah satu alternatif yang baik. Jika karena cari perhatian, berikan sang buah hati perhatian yang cukup.
Kesibukan terkadang menyita perhatian kita padanya sehingga anak kesal dan mencari perhatian dengan cara-cara negatif.
Bila penyebabnya adalah peniruan bisa diatasi dengan sikap kita yang harus lebih hati-hati menyeleksi tayangan televisi, dan mengamati pergaulan anak atau justru perilaku negatif kita sendiri yang perlu diubah.
Karena bisa jadi ekspresi kemarahan yang destruktif dicontoh anak dari hal-hal tersebut.
Penanganan
Sikap dan perilaku anak yang destruktif setiap kali ia marah, perlu dilarang secara tegas, berikut caranya:
1. Beritahu pada anak
Anak perlu diberi tahu bahwa kita sangat tidak berkenan akan tingkahnya itu. Tekankan padanya apa yang ia lakukan bisa merugikan orang lain dan diri sendiri. Orang lain akan tersakiti, ia pun akan kehilangan barang/benda yang dirusaknya.
Memang bukan perkara mudah meredakan kemarahan anak yang destruktif. Terkadang larangan malah memanaskan suasana dan makin memicu anak untuk melakukan tindakan perusakan.
Baca Juga: Tak Perlu Emosi Lagi, Ini Tips Jika Anak Enggan Mendengarkan Nasihat Orangtua
2. Jauhkan barang
Agar tak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, ambil barang yang sedang dipegangnya atau jauhi si kecil dari anak yang membuatnya kesal. Sebisa mungkin giring ia ke tempat yang tak terlalu banyak barang.
Jangan memberinya kesempatan untuk melampiaskan emosinya secara membabi buta. Sekali ia melakukan itu, anak akan merasa diizinkan dan kelak akan mengulanginya lagi.
3. Tenangkan dirinya
Berikan sang buah hati kesempatan untuk cooling down. Dengan menenangkan diri, emosinya akan reda. Setelah tampak tenang, ajak si kecil bicara dari hati ke hati. Tanyakan kenapa ia bisa berlaku demikian.
KOMENTAR