Nakita.id - Banyak penelitian membuktikan, cerita-cerita yang didengar anak sejak bayi dapat mengaktifkan simpul-simpul besar saraf di otaknya (myelin).
Ini karena banyaknya informasi yang diperoleh anak membuat otak si kecil menjadikan saraf di otak tersambung yang akan meningkatkan kecerdasannya.
BACA JUGA: Tanya Larasati Pilih Tak Pakai Baby Sitter, Alasannya Bikin Haru!
Imbasnya, stimulus apa pun yang diajarkan kepadanya akan lebih cepat ditangkap, sehingga perkembangan anak pun jadi lebih optimal.
Selain itu, dongeng/cerita yang disampaikan kepada anak juga akan merangsang indra, terutama indra pendengaran dan penglihatan.
Apalagi 5 tahun pertama merupakan masa emas yaitu anak sedang kuat-kuatnya menyerap berbagai hal yang didengar dan dilihat yang kemudian direkam dalam memorinya.
Tentunya ini akan berpengaruh pula pada perkembangan kecerdasannya.
Bukan cuma itu. Imajinasi anak pun akan berkembang, sekaligus mengasah empati anak.
Biasanya, anak akan berimajinasi menjadi si tokoh yang didongengkan.
Nah, melalui apa yang dialami si tokoh, anak belajar berempati.
Ditambah dengan pengajaran tentang yang baik dan jahat dari orangtua melalui dongeng tersebut, hati nurani anak pun ikut terasah.
Anak tumbuh menjadi lebih peka. Kelak kepekaan ini akan menyokong sederet sikap positif, di antaranya rasa ingin tahu, percaya diri, kritis, dan eksploratif.
Tak kalah penting, lewat dongeng pula, hubungan anak dan orangtua bisa terjalin erat karena terjadi interaksi yang begitu intens.
Kemampuan berbahasa/ bicara anak juga lebih cepat berkembang.
Pengetahuan/wawasan anak juga semakin banyak.
Seiring usia bertambah, Si Kecil yang memiliki rasa ingin tahu begitu besar lama-kelamaan juga ingin belajar membaca dan pada akhirnya ia pun akan gemar membaca buku.
Ini panduan membacakan dongeng untuk anak usia 0-2 tahun Moms.
Usia 0-2 Tahun Ini merupakan awal masa perkembangan sensorik- motorik sehingga semua tingkah laku dan pemikiran anak didasari pada hal itu.
Pilih cerita dengan objek yang ada di sekitar lingkungan anak, karena anak memerlukan visualisasi dari apa yang kita ceritakan.
Untuk mempermudahnya, pilih sesuatu yang sudah ia kenal.
BACA JUGA: Moms, Waspada Jika Janin dalam Perut Melakukan Gerakan Seperti Ini
Misal, kita bisa mengarang cerita tentang sepatu atau kucing yang ada di rumah.
Dengan demikian, anak makin mudah memahami cerita karena objek yang ada dalam cerita, sangat akrab dengan kehidupan sehari-harinya.
Selain itu, anak usia 0-2 tahun umumnya belum bisa berfantasi oleh karena keterbatasan bahasa mereka.
Jadi, kalau mau menggambarkan suara anjing, ya harus persis dengan salak anjing.
Jika Moms memilih bercerita dengan bantuan buku, cari buku dengan sedikit teks, tapi sarat gambar agar anak tak bosan dan akhirnya berkurang minatnya.
Anggaplah buku itu sebagai bagian dari mainan dan hiburan untuknya.
Serunya Van Houten Baking Competition 2024, dari Online Challenge Jadi Final Offline
Source | : | Momjunction |
Penulis | : | Nia Lara Sari |
Editor | : | Bayu Probo |
KOMENTAR