Ia juga mendorong para orang tua untuk memanfaatkan masa emas anak dengan baik, dengan cara terlibat aktif dengan Si Kecil.
Hal ini didasari studi bahwa sekarang ini anak-anak tidak mampu memahami hubungan antara dunia dua dimensi pada gadget dengan kenyataan dunia tiga dimensi di sekitar mereka.
"Bahkan jika mereka dapat meniru apa yang dilihat gadget, mereka tidak dapat selalu mentransfer hal itu ke dalam dunia nyata, " jelasnya.
“Pemikiran simbolis dan fleksibilitas memori adalah sesuatu yang belum dapat diatasi oleh sebuah aplikasi dalam gadget, tidak peduli seberapa interaktifnya mereka."
BACA JUGA: Menaruh Kaki di Atas Dasboard, Seorang Ibu Alami Hal Mengerikan Ini
"Hal terpenting adalah bagaimana menciptakan ruang dan waktu yang tidak tersambung sehingga keluarga dapat membatasi waktu anak bermain gadget,” kata Radesky.
Memang membuat ruang untuk interaksi langsung dan tatap muka dengan anak mungkin tidak mudah, tetapi menjadi penting dan perlu segera dilakukan.
Atur waktu Walau ada efek negatif gadget yang harus diwaspadai, namun Moms bisa memanfaatkannya untuk media pembelajaran.
Bagaimana caranya? Misal, untuk anak berusia di bawah usia 18 bulan, gawai cuma dipakai untuk video-chatting.
Kemudian, untuk anak usai 18-24 bulan, Moms bisa mengenalkan media digital dengan menonton bersama tayangan edukatif.
Jangan lupa untuk menjelaskan pada anak apa yang ditontonnya itu agar ia paham dan mendapat manfaat positif.
Selanjutnya, untuk anak usia 2-5 tahun, kita bisa memberikan waktu anak bermain gadget hanya satu jam per hari.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Source | : | kompas |
Penulis | : | Fita Nofiana |
Editor | : | Gisela Niken |
KOMENTAR