Nakita.id - Apakah Moms mengenal persalinan dengan metode forsep?
Beberapa waktu lalu pengalaman menyedihkan persalinan menimpa seorang perempuan usia 23 tahun.
Megan Stirnweiss, 23 tahun, asal Long Island, Amerika Serikat harus merelakan anak pertamanya meninggal dunia.
Sebab kepala bayinya terputus secara internal pada bagian tulang belakang saat menjalani persalinan forsep.
BACA JUGA: Syahrini Diduga Pakai Tas Branded
Kisah pilu kehilangan bayi pertamanya mulai terjadi pada 30 Desember 2017 silam.
Awalnya, Megan Stirnweiss pergi ke Rumah Sakit Southampton di menit terakhir setelah ia putus asa mencoba persalinan di rumah.
Dr. Pedro Segarra, seorang dokter kandungan pun datang sambil membawa sebuah alat semacam tang untuk persalinan forsep.
Ibu Megan sempat memastikan pada sang dokter risiko persalinan forsep untuk anak dan cucunya.
Sang dokter pun mengatakan tak ada hal yang perlu dikhawatirkan dari persalinan forsep.
Kemudian dokter pun meletakkan alat menyerupai tang itu di sekitar kepala bayi dan menariknya.
Namun, sang dokter menarik alatnya terlalu kuat hingga menyerek tubuh Megan yang memegang erat ranjang rumah sakit.
Tak henti sampai di situ, dokter juga mengangkat tubuh Megan dan mengguncangnya dengan kuat.
BACA JUGA: Jelang Pernikahan, Tasya Kamila Bocorkan Mahar dan Tempat Bulan Madu!
Hingga bayinya berhasil keluar dengan alat forsep yang masih melekat di sekitar kepalanya.
Sayangnya, ketika bayi mereka berhasil dilahirkan tak terdengar suara tangisan apapun di ruang bersalin.
Bayi Megan sudah terlihat lemas dan membiru karena kepalanya terputus secara internal.
Megan pun merasa kesakitan parah setelah persalinan forsep usai.
Ia mengalami gangguan seperti dislokasi, robekan jalan lahir dan robekan sejumlah organ internalnya.
Karena itu, ia harus menjalani beberapa operasi untuk memperbaiki kerusakan organ tubuh yang dialaminya.
Kenyataan pahit pun harus diterima oleh Megan dan suaminya, Matthew Jacob yang kehilangan anak pertama mereka karena persalinan forsep.
Matthew Jacob sempat menunggu di bayi selama 7 hari dengan bantuan alat medis agar organ tubuhnya masih bisa berfungsi untuk didonorkan.
Meski kenyataan pahit yang harus mereka terima, Megan masih bersyukur bayinya masih bisa berarti untuk orang lain yang membutuhkan donor paru-paru.
BACA JUGA: Kisah Roy Marten Pernah Mati Suri dan Alami Kejadian Ini Setelahnya!
Melansir dari abclawcenter.com, persalinan metode forsep ini seharusnya dilakukan oleh dokter yang sudah terampil dalam metode ini.
Jika persalinan forsep gagal, seharusnya dokter segera beralih menggunakan C-section.
Dalam kasus persalinan forsep yang gagal, biasanya dokter memutar bayi dengan tang tidak berhasil lalu berhenti sejenak.
Alih-alih segera bergerak cepat melakukan C-section, dokter justru mencoba metode forsep lainnya.
Akibatnya, bayi mengalami patah tulang tengkorak yang menunjukkan persalinan forsep dilakukan berlebihan dan sangat kuat.
Selain patah tulang tengkorak, bayi bisa juga mengalami penumpukan cairan (edema) dan kematian jaringan otak (nekrois).
Apabila bayi kejang itu merupakan tanda-tanda adanya kerusakan otak yang bisa menyebabkan cacat intelektual dan perkembangan.(*)
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Source | : | nypost |
Penulis | : | Shevinna Putti Anggraeni |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR