Nakita.id - Moms tentu sudah tak asing lagi dengan nama salah satu sosial media influencer, Vendryana.
Melalui akun instagramnya, Vendryana kerap membagikan pengalamannya dalam mengasuh sang anak, Benzivar Zayka Mavendra.
Entah itu dalam hal pemenuhan nutrisi, pembentukan karakter, dan bahkan pemilihan waktu sekolah.
BACA JUGA: Tak Hanya Leukemia, Lebam di Tubuh Bisa Menjadi Pertanda Penyakit Ini!
Vendryana memang menjadi salah satu panduan orangtua yang memilih untuk mulai menyekolahkan anak lebih awal yakni di bawah dua tahun.
Bukan tanpa alasan, istri Benazio Rizki Putra atau yang akrab disapa Bena ini mengaku memilih untuk mulai menyekolahkan lebih awal lantaran sang anak yang mau belajar berdiri padahal belum merangkak.
"Yang aku tahu, merangkak itu fase yang sangat penting dan gak boleh dilewati. Jadi dengan ikut sekolah itu, aku jadi lebih PEDE kasih stimulus ke Zayka karena diajarin sama gurunya.
Lalu di awal usia 7 tahun, Zayka udah lancar merangkaknya. Aku rasa ini kontribusi sekolahnya juga," jelas Vendryana dalam salah satu unggahannya.
BACA JUGA: Menyusui Saat Catwalk, Model Ini Sukses Hebohkan Warga Dunia Dengan Pesan Tersembunyi
Pengambilan keputusan kapan waktu yang tepat untuk mulai menyekolahkan anak memang kerap kali membingungkan dan menimbulkan perdebatan.
Oleh karena itu, Vendryana secara tegas menyatakan sebaiknya keputusan itu didasari oleh kebutuhan anak dan kemampuan finansial dimana setiap kondisi anak dan orangtua tentunya berbeda-beda.
Sebab bila tidak, anak justru bisa stres, tertekan, dan lain sebagainya.
Namun bila Moms tertarik untuk mulai menyekolahkan anak lebih awal, Vendryana memiliki tips yang bisa Moms pertimbangkan.
BACA JUGA: Belajar Dari Pengalaman Mona Ratuliu, Kenali Penyakit Pitiriasis Alba
- Cari 'sekolah' dimana orangtua boleh tetap terlibat (turun langsung)
"Sebenernya namanya bukan sekolah juga sih kalo untuk anak di bawah 2 tahun. Makanya aku pakein tanda kutip ya," jelas Vendryana.
Menurut Vendryana 'sekolah' untuk bayi biasanya bernama baby gym dan baby gym pun memiliki banyak jenis.
Agar anak nyaman dan tidak merasa tertekan, Vendryana menyarankan untuk memilih sekolah yang memperbolehkan orangtua untuk ikut turun langsung berinteraksi dengan anak.
- Cari sekolah yang bisa memberi stimulus, terutama bila itu tidak bisa memberikannya di rumah
Vendryana pun memberikan contoh yang ia alami.
"Zayka ini udah super ga bisa diem. Kalo disekolah, energi dia tersalurkan. Lari sana sini tempatnya luas, mainan beragam, mainannya juga berfaedah.
Apalagi sekolahnya Zayka ini ga cuma main fisik (baby gym) tetapi juga ada latihan sensori, ada kelas intelektual (flash card), dan ada kegiatan di luar (ke taman, berenang, field trip) yang mungkin kalo ibunya arrange semua sendiri cukup pusing," jelas Vendryana.
"Tapi, kalau kamu sanggup maka sekolah sejenis nggak sebutuh itu. Jadi balik lagi ke kemampuan ibu-ibu sekalian," tambahnya.
- Praktikkan lagi kegiatan di sekolah untuk ide bermain di rumah
BACA JUGA: Peraturan Unik Dalam Rumah Tangga Indra Birowo Ini Patut Moms Tiru
- Tahu kebutuhan diri sendiri dan anak
Menurut Vendryana penting untuk mengetahui kebutuhan diri sendiri dan anak sebelum memilih sekolah.
"Misal tujuan ikut sekolah gini untuk anak bersosialisasi, tapi kalau gamau komitmen kamu bisa cari kelas weekend biasanya di day care gitu suka banyak."
- Cari durasi sekolah yang tidak lama.
Vendryana mengaku sekolah Zayka hanya berdurasi 1-1,5 jam.
"Dan itu udah bikin dia jadi laper dan bobo lebih lama," ungkapnya.
- Tidak dilakukan setiap hari
Vendryana tidak menyekolahkan Zayka untuk sekolah setiap hari.
Ia tetap mengusahakan Zayka untuk tetap bermain di rumah dan kegiatan bebas lainnya.
"Pokoknya tugas Zayka bermain, explore, tugas ibu cari mainan yang pas dan sekalian kasih stimulus. Dengan sekolah ini, aku jadi dapat ide-ide bermain juga untuk Zayka."
- Sesuaikan dengan kemampuan finansial
Tak dapat dipungkiri menyekolahkan anak akan membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
BACA JUGA: Tunjukan Foto Wajah Penuh Jerawat, Shandy Aulia: Saya Bukan Bidadari
Untuk itu, Vendryana menegaskan untuk selalu menyesuaikan dengan kemampuan finansial.
"Sekolah seperti ini ga wajib kok. Sekali lagi, kalo ibu bisa cari materi sendiri: baby gym, stimulus motorik halus, motorik kasar, sensory play, menurutku sudah more than enough.
Karena permainan edukasi harusnya nggak mahal. Dan mau sekeren apapun mainanya, yang paling penting adalah interaksi antara kita dan anak," unggahnya. (*)
Mengatur Jarak Kelahiran dengan Perencanaan yang Tepat, Seperti Apa Jarak Ideal?
Source | : | |
Penulis | : | Fadhila Auliya Widiaputri |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR