Nakita.id - Seorang remaja penyandang autisme meninggal dunia dengan cara yang cukup menyedihkan.
Elijah Mikel (18), dari Lawrence, Kansas, meninggal dunia pada 11 Juli 2018 setelah ia mengikuti perjalanan jejak alam.
Ia melakukan perjalanan jejak alam bersama perawatnya, di bawah suhu udara yang saat itu mencapai 38° C.
BACA JUGA: Dicibir dan Dihina Banyak Orang, Gadis 13 Tahun ini Tetap Lahirkan Bayi dan Merawatnya
Dilansir dari People, ibu Elijah bernama Rachel, mengatakan bahwa anaknya tiba-tiba terduduk dan menolak saat dibantu untuk berdiri saat perjalanannya telah sampai di pertengahan jalan.
Sang perawat telah berulangkali membantunya untuk berdiri, namun semuanya telah terlambat.
"Pada saat saya tiba di sana, saya melihatnya dan saya sadar, ada yang salah," kata ibu Elijah pada WDAF.
Melihat keadaan anaknya, Rachel tersebut segera menghubungi 911.
BACA JUGA: Berjuang Antara Hidup dan Mati, Seorang Perempuan Meninggal Dunia Setelah Lahirkan Bayi Kembar 3
Saat bantuan tiba, suhu tubuh Elijah telah mencapai 42° C, sehingga mau tak mau, Elijah harus segera dibawa ke rumah sakit terdekat.
Sayang sekali, suhu tubuhnya yang terlampau tinggi membuat Elijah tak mampu bertahan hidup.
Elijah akhirnya meninggal dunia karena suhu tubuhnya yang terlalu tinggi.
Dr Steve Lauer, ketua sistem kesehatan pediatrik dari University of Kansas Health System menuturkan bahwa cuaca panas yang saat itu menyerang Kansas membahayakan tubuh manusia, terlebih bagi mereka yang memiliki masalah kesehatan dan masalah lain seperti mengidap autisme.
BACA JUGA: Sidang Ketiga, Sule Disambut Para Perempuan ini dan Dapat Dukungan
Steve juga menambahkan bahwa cuaca terlalu panas dapat menyebabkan seseorang cepat terkena stroke, jauh dari yang orang tidak pikirkan, dan hal tersebut bisa terjadi secara mendadak.
Karena kejadian yang dialami anaknya, Rachel mengimbau setiap orang untuk memiliki kesadaran terhadap bahaya cuaca yang terlalu panas.
"Minum air yang banyak dan istirahat serta berlindunglah. Ini bukan lelucon. Anak saya usianya 18 tahun, ia cukup sehat. Jadi berhati-hatilah." kata Rachel.
BACA JUGA: Kisah Mbah Legi Menabung Bertahun-tahun, Puluhan Tetangga Sampai Ikut Bantu Menghitung
Rachel juga mengatakan bahwa orang lain tidak menilai autisme sebagai penyebab kematian anaknya karena anaknya dalam keadaan sehat.
"Dia sangat istimewa. Saya pikir ini tantangan bagi kami untuk membuatnya tetap kuat menjalani hidupnya dengan segenap cinta dan kasih yang kami miliki," tutup Rachel. (*)
Source | : | people |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR