Benarkah DBD belum ada obatnya? Apa yang bisa dilakukan?
DBD memang belum ada obatnya, meski demikian DBD bisa dicegah. Pencegahan penularan melalui pemutusan mata rantai daur hidup nyamuk dengan melakukan gerakan 3M (mengubur, menutup, dan menguras) tempat perindukan nyamuk seminggu sekali di rumah dan lingkungan masing-masing. Aktivitas serentak seperti ini akan efektif hasilnya.
Selain itu, waspadai gejala awalnya dan lakukan pertolongan pertama dengan tepat yakni memberi banyak minum dan sesegera mungkin membawanya ke dokter/fasilitas kesehatan terdekat. Khusus untuk penduduk DKI Jakarta, pengobatan DBD di kelas III RSUD dan beberapa fasilitas kesehatan lainnya tidak dikenakan biaya.
Derajat penyakit ini dikelompokkan I, II, III dan IV, apa maksudnya?
Berat penyakit dibedakan atas:
* Derajat I yakni demam dengan uji bendung positif.
* Derajat II yakni derajat I ditambah perdarahan spontan.
* Derajat III yakni nadi cepat dan lemah, tekanan nadi < 20, hipotensi, akral dingin.
* Derajat IV yakni syok berat, nadi tak teraba dan tekanan darah tak terukur.
Panas seperti apa yang berindikasi DBD?
Ada kondisi khas pada penderita DBD yakni panas tinggi yang mendadak (39-40°C). Panas tinggi ini terus-menerus tanpa naik-turun kurang lebih selama 3 hari. Biasanya panas tinggi ini tidak disertai batuk (meski ada juga satu-dua yang dengan batuk). Bila panas anak mulai turun tapi badannya terlihat lemas/mengantuk, orangtua harus segera membawa ke dokter karena fase ini justru berbahaya lantaran dimungkinkan terjadinya syok.
Ketika demam muncul, apa yang harus dilakukan?
Berikut adalah hal-hal yang harus dilakukan saat demam muncul:
* Turunkan demamnya. Bisa dengan mengompres atau memberikan obat penurun demam. Temperatur tubuh yang tinggi sangat berbahaya bagi anak karena bisa menyebabkan kejang demam.
* Usahakan anak segera beristirahat dan berikan asupan cairan yang cukup. Bisa air putih, jus buah hingga kaldu sup.
* Usahakan untuk membersihkan rumah/sekitar si sakit dari nyamuk guna mencegah penyebaran penyakit ini pada anggota keluarga lainnya.
Bagaimana penanganan yang disarankan?
Karena DBD belum ada obatnya, maka pengobatan hanya bersifat meredakan gejala yang timbul. Penanganan dini dan tepat selain meredakan gejala juga dapat mencegah komplikasi dan kematian. Transfusi darah dan trombosit perlu dilakukan jika terjadi perdarahan masif. Antipiretik seperti parasetamol untuk mengatasi gejala nyeri otot dan sendi, sakit kepala, serta meredakan demamnya. Yang terbaik, segera membawanya ke dokter, karena hari pertama dan kedua demam adalah periode kritis dari penyakit ini. Jangan lupa untuk terus memberikan minum.
Benarkah obat penurun panas dengan ibuprofen justru berbahaya bagi penderita DBD?
Asam asetilsalisilat (biasa disebut aspirin) maupun obat antiinflamasi nonsteroid seperti ibuprofen mempunyai kontra indikasi pada DD maupun DBD. Obat ini dapat menimbulkan trombositopenia (menurunnya trombosit) serta perdarahan organ dalam pada infeksi dengue, sehingga memperburuk kondisi si sakit. Sedangkan asam salisilat dan aspirin dianggap berkaitan dengan timbulnya sindroma reye, yakni ketidakmampuan tubuh untuk mengatasi zat tertentu yang menyebabkan gangguan pada fungsi otak dan hati. Gejalanya berupa muntah tak terkendali, demam, mengigau, hingga tidak sadar (koma).
Belajar dari Viralnya Anggur Muscat, Ini Cara Cuci Buah yang Benar untuk Hilangkan Residunya
KOMENTAR