Saat itu, ia menyadari adanya cairan yang merembes di kedua paha yang kemudian disadainya adalah ketuban pecah.
Rencana baby shower pun gagal dan Mesty dibawa ke rumah sakit, dokter juga memastikan bahwa air yang merembes memang air ketuban.
Beruntungnya, bayi dalam kandungan dalam kondisi baik walaupun kala itu Mesty belum merasakan kontraksi dan pembukaan.
Awalnya, Mesti berharap dirinya melahirkan secara normal bahkan ia sudah berlatih pernapasan, rutin pilates dan mempersiapkan mental untuk menghadapi kontraksi hebat dan melahirkan normal.
Tak berhenti di situ saja, perjuangan Mesty berlanjut di meja operasi.
Dalam ruangan operasi, Mesty diberi tahu dokter jika air ketubannya sudah habis.
Mendengar kabar itu, Mesty hanya sanggup berdoa agar bayinya bisa selamat.
Akhirnya, tidak sampai 10 menit, bayi bernama Gallendra tersebut lahir dengan tangisan kuat dalam keadaan sehat.
"Apabila kami harus menunggu dan memaksakan lahir normal, tidak terbayangkan betapa keringnya tanpa ketuban, dan kemungkinan gagal induksi sangat tinggi dan sangat pasti harus disesar dengan kondisi yang mungkin tidak seprima sebelumnya.
Alhamdulilah, Gallendra lahir langsung menangis kuat dan dalam keadaaan sehat." tulis Mesty dalam storynya.
KOMENTAR