Dia terdaftar di American River Community College pada usia lima tahun, dia mampu memecahkan mata pelajaran matematika yang ditawarkan oleh Program Pendidikan Universitas Stanford untuk Pemuda Berbakat (EPGY) dalam waktu kurang dari enam bulan.
Pada usia enam tahun, ia mengambil kelas sekolah menengah dan perguruan tinggi secara online dalam mata pelajaran, seperti kimia, paleontologi, biologi, dan geologi.
Kemudian di usia tujuh tahun, ia mendaftar ke Amerika, menyelesaikan mata kuliah Geologi & Astronomi, muncul sebagai siswa terbaik di kedua kelas tersebut.
Pada saat dia diterima di UC Davis sebagai mahasisa anak-anak di mana secara akademik ia belajar sekelas universitas namun diperlakukan layaknya anak seumurannya.
"Kami tidak merasa mereka melewatkan masa kanak-kanak 'normal'. Apa yang normal untuk beberapa orang mungkin tidak normal untuk orang lain!" kata Taji Abraham.
Menurut sang ibu, Tanishq bahkan menikuti beberapa ekstra kulikuler, seperti sepak bola, tenis, ping-pong, dan lain sebagainya.
"Tahun ini sangat menjadi bagian sulit baginya, kami kadang bersamanya hingga jam 11 malam di kampus untuk menemaninya mengerjakan proyek sebagai senior dan proyek jurusannya," ujar Taji.
"Teman-temannya yang kebanyakan berusia 22 tahun terkadang heran padanya mengapa tak bisa mengerjakan sepanjang malam, namun sebagai orangtua saya memastikan jika dia harus istirahat dan tidur cukup" tambahnya.
BACA JUGA:Semakin Bertambah, Kini Korban Tewas Gempa Lombok - Bali Capai 10 Orang!
Untuk masa depan ia telah diterima di universitas sama untuk program doktoral, tapi dalam jangka panjang ia ingin menjadi seorang presiden!
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
Source | : | India Times |
Penulis | : | Fita Nofiana |
Editor | : | Gisela Niken |
KOMENTAR