Nakita.id - Semua ibu tentu menginginkan buah hatinya lahir dengan sempurna, namun hal itu tampaknya tak dirasakan oleh wanita berikut ini.
Raven Ford, seorang ibu muda asal Wisconsin, Amerika Serikat harus merasakan pahitnya memiliki bayi yang kulitnya menebal dan berganti secara berkala layaknya ular.
Putri ketiganya itu yang diberi nama Amelia Moe tidak dapat menggunakan sabun karena kulitnya yang sangat sensitif.
Hal ini menyebabkan petugas medis harus memberitahukan Raven untuk memandikan anaknya dua hari sekali untuk menangkal infeksi.
Prosedur pembersihan yang tidak biasa ini dikarenakan kondisi langka yang membuat kulit bayi tersebut tertutup sisik.
Dokter mendiagnosa bayi itu mengalami gangguan ellthyosis ellthyosis lamimar yang langka.
BACA JUGA: Mudah Didapat, 5 Buah Ini Ampuh Singkirkan Racun dalam Tubuh
Kondisi tersebut membuat kulitnya menebal dan berganti setiap beberapa minggu, seperti ular.
"Karena Amelia tidak bisa menggunakan sabun, saya meletakkan dua sendok makan pemutih di air mandinya setiap dua hari sekali.
Ini kontroversial, tidak semua orang merasa nyaman dengan itu, tetapi sudah direkomendasikan oleh dokter kulit dan itu satu-satunya cara untuk membunuh bakteri", ungkap Raven.
Dirinya menyebutkan, jika hal itu terlewat maka bayinya bisa terkena infeksi seperti benjolan kuning yang muncul di kepalanya.
Raven mengatakan dia dan pasangannya, petugas polisi Gary Moe (43), mengetahui kenyataan pahit ini setelah melahirkan putri mereka di Pusat Medis St Mary di Duluth, Minnesota.
"Dia tampak seperti boneka plastik kecil, memiliki kulit yang sangat tebal, yang terlihat sangat kencang dan berkilau.
Dia bahkan tidak bisa menutup mulut atau matanya, jadi dokter tidak yakin pada awalnya apakah dia memiliki kelopak mata, dan itu menutupi tangan dan kakinya begitu banyak sehingga tidak ada sidik jari yang terlihat", sambungnya.
BACA JUGA: Mengenal Kakebo, Solusi Cerdas Menabung ala Jepang Untuk Stay At Home Moms
Karena ichthyosis lamima sangat jarang, petugas medis awalnya bingung.
Tetapi, pada hari berikutnya, mereka berkonsultasi dengan seorang spesialis di University of Minnesota, yang mengonfirmasi diagnosisnya.
Tetapi hasil konsultasi ini tidak dapat menentukan tahap apa dari kondisi yang Amelia miliki.
Sebab, penyakit ini berbeda setiap jenisnya berdasarkan tingkat kelangkaan dan tingkat keparahan yang berbeda.
Sementara keluarga sedang menunggu tes genetik untuk sepenuhnya yakin, dokter sekarang yakin Amelia mengidap ichthyosis lamimar.
Menurut Kelompok Dukungan Ichthyosis, ichthyosis lamima terjadi pada sekitar satu dari setiap 200.000 kelahiran di Inggris dan saat ini tidak dapat disembuhkan.
Namun, gejala yang muncul termasuk sakit, kulit menebal dan bersisik dapat dikontrol menggunakan krim obat.
Selama 10 hari pertama kehidupan Amelia, dia tetap di rumah sakit.
Selama waktu itu kulitnya yang keras mulai retak dan berdarah di persendiannya, sehingga kedua orangtuanya dan tim perawat menerapkan salep setiap beberapa jam, termasuk Vaseline di sekitar matanya.
BACA JUGA: Dokter Asal Jepang Bocorkan Rahasia Penduduk Jepang Berumur Panjang!
"Kami harus melakukan banyak hal sehari-hari untuk merawat Amelia," kata Raven.
"Dia mengambil suplemen fluoride untuk giginya, karena kami memperingatkan kondisi ini dapat menyebabkan beberapa kelainan gigi.
Kami juga harus meletakkan Aquaphor petroleum jelly ke mulutnya ketika dia makan makanan yang akan menodai kulitnya", tutur Raven.
Tak hanya itu, rambut putrinya juga rapuh dan mudah rontok, kukunya pun juga mulai menumpuk dan mengeras karena tertutup sisik.
"Kami membaca beberapa kelompok pendukung tentang orang-orang dengan ichthyosis lamima memiliki kuku yang tebal dan kuat sehingga mereka harus memotongnya dengan plyers, dan kulit di bagian bawah kaki mereka begitu keras," jelas Raven.
Sekarang, Raven meminimalisir gejala yang ditimbulkan oleh Amelia dengan memandikannya dua kali sehari, dan menjaga kulitnya selalu diberi krim pelembab dan steroid.
BERITA POPULER: Ditemukan 2 Halaman Surat Saat Song Jae Rim Meninggal Dunia hingga Revand Narya Digugat Cerai karena Silent Treatment
Source | : | mirror.co.uk |
Penulis | : | Erinintyani Shabrina Ramadhini |
Editor | : | Gisela Niken |
KOMENTAR