Nakita.id - Banyak orang berpendapat bahwa gangguan bipolar disebabkan karena riwayat keluarga atau pengalaman traumatik penderita.
Tetapi tak banyak yang tahu bahwa berbagai penelitian menyebutkan bila makanan juga menjadi penyebab seseorang mengalami gangguan bipolar.
BACA JUGA: Kerap Dikonsumsi, Penelitian Terbaru Buktikan Daging Ayam Penyebar Wabah Penyakit Tertinggi!
Dan ternyata salah satu makanan yang memicu gangguan bipolar seringkali dikonsumsi oleh manusia.
Makanan tersebut adalah daging sapi.
Daging sapi dinilai menjadi makanan sehat yang kaya akan sumber protein dan zat besi serta berbagai vitamin di dalamnya.
Meski tak semua daging sapi bisa menimbulkan risiko bipolar, daging sapi yang dibekukan merupakan daging yang paling tinggi memberi kontribusi terhadap gangguan yang menyerang psikis dan mental tersebut.
Berdasarkan laporan laman Men's Health, kali ini ilmuwan telah menemukan efek negatif dari daging sapi yang telah menjadi favorit banyak orang di dunia ini.
BACA JUGA: Gemar Makan Jeroan dan Fast Food, Dokter Terkejut Saat Tes Darah Perempuan Ini
Periset dari Johns Hopkins University, AS, menganalisis pola diet pasien kejiwaan di Baltimore.
Dari hasil riset, peneliti menemukan mereka yang telah mengonsumsi daging sapi yang diawetkan, berisiko tiga kali lebih tinggi mengalami bipolar mania daripada pasien lainnya.
Gangguan bipolar adalah gangguan mental yang menyerang kondisi psikis seseorang.
Umumnya ditandai perubahan suasana hati yang sangat ekstrem berupa mania dan depresi.
Karena itu istilah medis menyebutnya manic depressive.
Periset pun menindaklanjuti hal ini dengan melakuan riset yang menggunakan tikus sebagai subjeknya.
Tikus tersebut diberi makan berupa dendeng, daging sapi yang diawetkan, untuk menunjukan peningkatan perilaku bipolar dan pola tidur yang tak teratur.
BACA JUGA: Kakak Meghan Sebut Mantan Suami Adiknya Akan Balas Dendam, Benarkah?
Berdasarkan pengamatan, profesor neurovirologi Robert Yolken, salah satu periset, menyimpulkan kandungan nitrat, pengawet yang biasa digunakan pada daging adalah penyebab hal ini terjadi.
Nitrat memiliki sifat antibakteri, menurut Yolken, zat inilah yang telah mengubah mikrobioma tikus dan manusia.
Dalam penelitian sebelumnya, ia dan timnya mencoba memberi probiotik pada pasien yang dirawat di rumah sakit karena mengalami fase mania.
Alhasil, pasien cenderung tidak akan dirawat kembali dalam enam bulan ke depan.
Periset belum menemukan bagaimana proses perubahan mikrobioma ini memengaruhi otak.
BACA JUGA: Dilamar Kakek 70 Tahun, Bosnya Sendiri dengan Panaik 1 Miliar, Gadis Ini Ungkap Kisah Cinta Mereka
Menurut peneliti, bakteri mungkin mengirim sinyal melalui saraf vagus, yang menghubungkan usus dan otak.
Atau, bakteri bisa mengeluarkan bahan kimia yang disebut butirat yang berjalan melalui sistem sirkulasi ke otak.
Inilah yang membuatnya mempengaruhi produksi hormon pengaturan suasana hati yang disebut neurotransmitter.
Tentu saja riset ini perlu diteliti kembali lebih mendalam, menggunakan lebih banyak sampel.
Namun banyak riset yang telah mendukung fakta daging olahan dapat menyebabkan kanker.
Jadi bagaimanapun juga, kita harus waspada terhadap apa yang kita konsumsi.
BACA JUGA: Terlihat Seperti Bule dengan Riasan Bold, Aurel Hermansyah Banjir Pujian!
(Artikel ini pernah tayang di Kompas.com dengan judul Gemar Konsumsi Daging Sapi yang Diawetkan? Ini Bahayanya...)
Serunya Van Houten Baking Competition 2024, dari Online Challenge Jadi Final Offline
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Gisela Niken |
KOMENTAR