Nakita.id - Makanan padat dikenalkan pada bayi setelah usia ASI eksklusif.
Saat tepat mengenalkan makanan padat pada bayi tidak melulu harus saklek melihat usia.
Justru yang harus dilihat adalah beberapa kemampuan bayi; sudahkah bayi bisa duduk, sudahkah bayi mampu membalikan kepala saat tengkurap atau berbaring, sudah adakah adakah gerakan mengunyah yang kerap bayi tunjukan kepada kita, dan apakah bayi sudah muncul refleks untuk mengeluarkan sesuatu dari mulutnya?
BACA JUGA: [VIDEO] Tanya Pakar - Kebiasaan yang Menciptakan Keluarga Bahagia
Jika perkembangan dan kemampuan tersebut sudah ada pada si kecil, maka sudah saatnya si kecil dilatih untuk mengonsumsi makanan padat.
Sebaliknya, jika kemampuan itu belum ada, tugas orangtua untuk melatihnya terlebih dahulu.
Berikut adalah panduan makanan padat untuk bayi yang supaya kecukupan gizinya selalu terpenuhi dengan optimal:
Mulai Dengan Sereal Beras
Sereal beras baik untuk melatih oro motor alias organ mengunyah dan menelan di mulut bayi.
Menu ini bisa mencampurnya dengan ASI untuk mendapatkan tekstur yang pas.
Pertamakali memberikan buat tekstur yang cair, lalu lembek, hingga padat.
BACA JUGA: Tak Banyak yang Tahu, Nama Panggilan Bisa Memengaruhi Jiwa Anak
Makan Solids
Saat memberikan makan pada bayi, biasakan bayi makan dengan sendok dan merasakan makanan padat di mulutnya.
Jadi di sini penting sekali peningkatan tekstur makanan yang diberikan kepada bayi.
Penting diperhatikan, dalam memberikan makanan pada bayi, awalnya sedikit saja, jangan terlalau berharap banyak.
Masuk satu sendok kecil, seharusnya sudah disyukuri. Tapi lambat laun ditingkatkan, dari satu sendok kecil, menjadi 5 sendok kecil, hingga sendok besar.
BACA JUGA: Beredar Potret Masa Kecil Nagita Slavina, Imut Mirip Rafathar?
Mulai Buah dan Sayuran, Satu per satu
Membuat menu makanan padat bagi bayi, perkanalkan dengan buah dan sayur terlebih dahulu lebih baik.
Kedua makanan tersebut paling dihindari balita.
Tapi jika kita bisa membentuk persepsi buah dan sayur itu makanan paling enak, maka saat balita dan usia anak, orangtua tidak akan repot lagi untuk meminta makan sayur dan buah.
Tapi musti diingat, memperkenalan sayur dan buah jangan langsung banyak. Satu-satu terlebih dahulu. Supaya anak belajar rasa dan tekstur.
Hal ini pun untuk memastikan tidak ada alergi yang berkembang.
BACA JUGA: Roy Kiyoshi Tunjukkan 'Wajah Barunya' Usai Operasi Plastik, Warganet Kecewa!
Hindari Susu dan Madu
Sebagian besar dokter anak mengatakan bahwa orangtua harus menunggu sampai usia satu tahun untuk mulai menawarkan susu sapi.
Itu karena beberapa bayi mungkin mengalami kesulitan mencernanya sebelum itu.
Juga jangan beri madu kepada bayi yang lebih muda dari 1 tahun.
Itu karena risiko botulisme yang mungkin terjadi bahwa sistem kekebalan bayi yang sedang berkembang tidak dapat ditangkis.
BACA JUGA: Tak Hanya Beasiswa S1, Bocah SMP Pemanjat Tiang dari NTT dapat Hadiah Ini dari Menpora!
Stop Saat Bayi tak Mau Makan Lagi
Bayi akan memberi tahu kapan dia sudah selesai makan.
Dia mungkin memukul sendok itu, memalingkan kepalanya, menutup rapat-rapat bibirnya, melepeh apa pun yang dimasukkan ke dalam mulutnya, atau menangis.
Ingat anak akan makan saat mereka lapar dan berhenti saat mereka kenyang.
Menghormati naluri tersebut dapat membantu mereka menghindari makan berlebihan sekarang dan saat mereka bertambah tua.
BACA JUGA: Penduduk Kota Ini Dilarang Berhubungan Intim Siang Hari, Ini Alasannya
Berikan Kesempatan Bayi Makan Sendiri
Sekitar 9 bulan atau lebih, bayi sudah bisa mengambil potongan kecil makanan untuk dimakannya.
Nah, sediakan makanan-makanan tersebut, seperti finger food.
Bisa juga potongan pisang matang, potongan wortel matang, keju cottage, pasta matang, sereal kering, dan telur orak-arik.
Hindari permen, keripik, sayuran mentah, anggur atau kismis, keju keras, karena bisa membuatnya tersedak.
BACA JUGA: Tak Banyak yang Tahu, Nama Panggilan Bisa Memengaruhi Jiwa Anak
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
Source | : | Tabloid Nakita,web md |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR