Nakita.id - Bayi baru bisa duduk sempurna ketika otot-otot kepalanya sudah sedemikian kuat. Untuk sampai pada kemampuan ini, ada tips untuk mengajari bayi bisa duduk.
Awalnya, dari posisi telentang dia akan mencoba belajar memiringkan badannya ke kiri dan ke kanan sebelum akhirnya bisa berguling, membalikkan tubuhnya ke posisi semula, kemudian tengkurap, bertumpu di atas lengannya, mengangkat dadanya dari permukaan alas tidur seperti gerakan mini push up, dan seterusnya.
Walaupun bisa diposisikan "duduk" sejak lahir, sebaiknya jangan memaksakan diri kalau usianya masih terlalu dini. Ikuti step by step semua tahap perkembangannya. Karena bila ada yang terlewat berarti ada sesuatu yang hilang di otaknya dan memunculkan ketidakseimbangan yang akan mengganggu tumbuh kembangnya kelak.
1. Bukan hanya patokan usia
Patokan kapan bayi siap untuk dilatih duduk, bukan hanya berdasarkan usia, melainkan juga kekuatan otot-otot lehernya. Jika mulai bisa menegakkan kepalanya, berarti si kecil sudah punya keinginan untuk belajar duduk. Saat inilah orangtua bisa melatihnya duduk secara perlahan. Yang penting, sesuaikan selalu dengan kondisi anak.
2. Menggunakan mainan
Sediakan mainan yang memungkinkannya melihat/menoleh ke kiri ke kanan guna melatih kekuatan otot-otot lehernya yang merupakan modal awal dari kemampuan duduk.
3. Menggunakan bantal
Semasa bayi sebaiknya jangan gunakan bantal bayi berukuran mungil. Sebagai gantinya, pilihlah bantal besar yang empuk dan lentur sehingga bayi bisa menyesuaikan tubuhnya. Bantal ini seyogianya menyangga dengan benar seluruh punggung dan leher bayi, bukan hanya kepalanya.
4. Penggunaan stroller
Saat menggunakan stroller, jangan hanya mengedepankan segi kepraktisan. Kereta dorong yang bisa dilipat dan tak memiliki sandaran empuk sebaiknya tidak digunakan untuk bayi-bayi kecil usia di bawah 6 bulan.
Baca Juga: Trik untuk Dads Bisa Berperan Sama Menenangkan Bayi yang Terus Menangis, Coba Lakukan Cara Mudah Ini
5. Perbedaan individual
Perkembangan setiap anak bersifat individual alias tidak bisa dipukul rata. Akan tetapi orangtua tetap harus aware mencermati perkembangan anaknya berdasarkan perkembangan normal. Jangan sampai semua keterlambatan ditoleransi menunggu anak berusia 2 tahun.
Jangan terbiasa pula untuk selalu mengiyakan "penghiburan" yang salah kaprah. Contoh, "Nggak apa-apa deh, bapaknya dulu juga belum bisa duduk, kok." Sikap kritis ini dimaksudkan agar keterlambatan apa pun bisa segera mendapat penanganan secepatnya dan semestinya hingga tidak merembet menjadi gangguan fisik, gangguan otak, sekaligus gangguan psikologis yang penanganannya pasti jauh lebih mahal dan makan waktu lama.
Pasalnya, kemampuan duduk ternyata berhubungan dengan otak kecil yang mengatur persarafan di leher dan bukan hanya masalah motorik atau fisik saja. Kalau gangguan/keterlambatan semacam ini terdeteksi lebih dini, efeknya juga tidak akan fatal.
6. Berat badan bayi
Bayi gemuk umumnya lebih lambat duduk karena mereka cenderung malas bergerak sehingga perkembangan motoriknya tak terasah. Kemungkinan lain, lemak berlebih dari susu formula memengaruhi kerja otaknya dan menutup otot-otot tubuh yang berperan penting dalam kemampuan duduk tadi. Sementara bayi yang montoknya karena ASI umumnya tetap lincah bergerak.
Rekap Perjalanan Bisnis 2024 TikTok, Tokopedia dan ShopTokopedia: Sukses Ciptakan Peluang dan Dorong Pertumbuhan Ekonomi Digital
KOMENTAR