Nakita.id - Beberapa waktu lalu, Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO memasukan kecanduan video games ke dalam daftar 'disordes due to addictive behavior' atau penyakit yang disebabkan oleh kebiasaan atau kecanduan.
Ada tiga hal yang dapat menandai anak yang telah kecanduan video games atau tidak.
Pertama, seseorang tidak bisa mengendalikan kebiasaan bermain game.
Kedua, seseorang mulai menjadikan game sebagai prioritasnya di atas kegiatan lain.
Ketiga, seseorang terus bermain game meski ada konsekuensi negatif yang jelas terlihat.
Baca Juga : Zaskia Mecca Singgung Masalah Sugar Rush, Ketahui Faktanya Berikut Ini!
Vladimir Poznyak anggota Departemen Kesehatan Jiwa dan Penyalahgunaan Obat WHO menyampaikan bahwa para profesional dan sistem perawatan kesehatan harus lebih sadar akan kondisi ini.
Untuk itu, tim riset dari University of Wisconsin-Madison merasa terdorong mencari sisi positif dari video games.
Baca Juga : Riset Buktikan 90% Manusia Tidak Tahu Dirinya Mengalami Gangguan Fatal Ini
Tim riset dari University of Wisconsin-Madison untuk mengajukan pertanyaan, 'Apakah ada cara dari penggunaan video game yang dimainkan anak-anak untuk mengajarkan nilai-nilai pro-sosial?'
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, tim riset mengembangkan sebuah game eksperimental untuk siswa sekolah menengah yang berjudul "Crystals of Kaydor".
Di mana games ini dirancang dengan tujuan yang berpotensi meningkatkan empati pada anak-anak ketika memainkannya.
Baca Juga : Hati-hati, 6 Nama Bayi Populer di Indonesia Ini Ternyata Dilarang di Luar Negeri
"Tugas kami menjadi sungguh-sungguh, bagaimana kami bisa menggunakan teknologi ini dengan cara yang kurang adiktif dan juga bernilai secara sosial?", ujar pimpinan peneliti dan profesor psikologi dan psikiatri di UW-Madison, Richard Davidson, PhD, dikutip dari Health Line.
Game "Crystals of Kaydor" ini bercerita tentang planet yang jauh, pesawat ruang angkasa yang rusak dan kebutuhan untuk berkomunikasi dengan kehidupan alien lokal.
Dalam game ini, ekspresi adalah satu-satunya hal yang harus dilakukan oleh pemain dalam membangun hubungan dengan alien yang mereka butuhkan.
Baca Juga : Menyusui Saat Catwalk, Model Ini Sukses Hebohkan Warga Dunia Dengan Pesan Tersembunyi
Hanya dalam dua minggu bermain game, peserta studi menunjukkan konektivitas yang lebih besar di jalur otak yang didedikasikan untuk empati yaitu berbagi pengalaman dan pengambilan perspektif.
Meskipun tidak semua anak yang memainkan permainan menunjukkan peningkatan dalam ukuran perilaku akurasi empatik, namun para peneliti menyimpulkan bahwa hal itu mungkin karena sebagian besar peserta menganggap game itu cukup mudah.
Jadi, tim riset melihat adanya potensi positif video game yang dapat menumbuhkan kesadaran sosial anak-anak.
"Masalahnya bukan medianya, masalahnya adalah pesannya (yang dibawa game)," Davidson menjelaskan.
"Jika kita bisa membuat produsen game menyikapi ini dengan serius dan merancang game yang memupuk hati daripada membunuh (pemikiran) orang, pikirkan tentang bagaimana bermanfaat yang bisa untuk perkembangan sosial dan emosional anak-anak," pungkasnya.
Baca Juga : Cegah Cairan Ketuban Rendah yang Bahayakan Janin Dengan Cara Ini
Apa Itu Silent Treatment? Kebiasaan Revand Narya yang Membuatnya Digugat Cerai Istri
Source | : | Health Line |
Penulis | : | Fadhila Auliya Widiaputri |
Editor | : | Nakita_ID |
KOMENTAR