Ibu angkat Zhao, Li Xianyu, seorang petani di kota Qifang, menemukan bocah itu saat ditinggalkan di hari bersalju pada Januari 1995.
Saat itu dia berusia sekitar empat bulan, dan fitur wajahnya tidak dapat dikenali karena luka bakar.
Li, yang sudah memiliki dua anak, tidak tahan untuk meninggalkan bayi di tengah salju dan membawanya pulang.
Baca Juga : Ada 56 Siswa SMP di Surabaya Lukai Diri Sendiri, Ternyata Ada Faktor Pendorongnya!
Mereka memanggilnya Xuecheng, yang berarti "tumbuh di salju".
Mereka terlalu miskin untuk mendapatkan perawatan medis karena bekas lukanya yang serius, dan meskipun Zhao perlahan pulih, dia tetap cacat.
"Aku terlihat sangat menakutkan," kata Zhao.
Oleh karena itu, Zhao selalu dibully oleh teman-temannya karena luka bakar di wajahnya itu.
Sehingga ia memutuskan tidak bersekolah dan hanya belajar di rumah bersama sang ibu.
“Aku hanya bersekolah selama satu tahun sebelum aku putus sekolah karena aku diganggu atas wajahku. Ibu mengajariku sendiri meskipun dia hanya menerima pendidikan sekolah dasar," sambungnya.
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
Source | : | South China Morning Post |
Penulis | : | Rosiana Chozanah |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR