Nakita.id - Perhelatan pertandingan olahraga bergengsi se-Asia telah sukses digelar di Indonesia pada 18 Agustus hingga 2 September 2018 kemarin di Jakarta dan Palembang.
Acara ini juga tak luput dari sorotan media internasional, mereka banyak memuji pelaksanaan acara yang dibangun dengan konsep matang itu.
Sejak awal saat pesta pembukaan acara pun sudah mampu menarik perhatian dunia dengan berbagai penampilan spektakuler.
Salah satunya adalah penampilan para penari Ratoeh Jaroeh yang mampu membuat ribuan pasang mata terkagum-kagum dengan perubahan kostum yang mereka lakukan.
Sebanyak 1.600 penari tergabung dalam tarian tradisional Aceh ini yang merupakan pelajar dari berbagai sekolah di Jakarta.
Kostum yang dikenakan oleh mereka juga dibuat khusus dengan beberapa lapis.
Setelah sebulan perhelatan Asian Games 2018 rampung dilaksanakan, sebuah kabar mengenai honor penari ini pun muncul menjadi perbincangan publik.
Hal ini berawal dari ungkapan seorang siswi berinisial 'S' dari SMA 23 Jakarta, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, yang saat itu menjadi penari Ratoeh Jaroe.
S mengaku sampai saat ini pihak sekolah beum memberikan honor penari yang diperoleh dari INASGOC.
Melansir Tribun Jatim via Warta Kota, S dan 82 temannya meminta kepastian mengenai honor tersebut.
Baca Juga : Pembukaan Asian Games 2018 Tampilkan Tari Ratoeh Duek, Ini Bedanya dengan Tari Saman!
Namun pihak sekolah justru menawarkan 'jalan-jalan' sebagai bentuk kenang-kenangan.
"Sama sekali belum terima (honor) itu dari sekolah. Enggak hanya saya, namun ada 82 teman saya lainnya di sekolah ini yang jadi penari saat pembukaan Asian Games juga belum dibayar," ujar S.
"Ketika kami semua itu meminta kejelasan mengenai honor yang mereka terima dari sana (INASGOC) berkali-kali, pihak sekolah malah menawarkan jalan-jalan, cuman untuk kenang-kenangan," sambungnya, pada Rabu (19/9/2018).
S mengatakan bahwa ia dan teman-temannya tidak mau menerima tawaran pihak sekolah, mereka ingin mendapatkan haknya dalam bentuk tunai.
"Kami maunya uang tunai. Enggak mau jalan-jalan. Malahan katanya dana honor untuk membuat jaket.
Enggak mau. Maunya tunai. Itu hak kami. Selama belasan hari, latihan menari dan itu dibayar per harinya," lanjutnya.
Sedangkan menurut pihak SMA 23, mereka baru menerima honor ketiga dari pihak Lima Arus, selaku Event Organizer yang menangani Asian Games 2018 pada Selasa (19/9/2018) malam.
"Pihak sekolah itu baru diberitahu ada transferan dari Lima Arus itu semalam. Karena kan kita berhubungannya melalui Lima Arus enggak terlibat langsung ke INASGOC," kata Wakil Bidang Kesiswaan SMA 23 Jakarta, Edi Susilo.
Di sekolah tersebut ada sebanyak 83 murid yang menjadi penari, terdiri dari 75 penari inti dan 8 cadangan.
Baca Juga : Kilas Balik Sukses Wishnutama Saat Pembukaan Spektakuler Asian Games 2018: Sampai Tak Sempat Deg-degan
Sebelumnya, pihak sekolah dan Lima Arus sudah melakukan kesepakatan dengan para siswi.
Namun, pada kesepakatan tersebut bukanlah uang honor melainkan uang operasional selama penari berlatih menjelang hari acara.
"Memang ada perjanjian kita akan dikirim uang selama tiga kali. Namun di dalam perjanjian itu sama sekali tidak ada kata-kata honor, hanya operasional.
Jadi uang itu kita gunakan untuk keperluan anak-anak selama latihan, baik itu untuk transportasi, makan dan lain sebagainya," tutur Edi.
Terhitung sejak Mei 2018, sebanyak 12 kali siswinya berlatih di GBK plus satu kali tampil saat pembukaan Asian Games.
Di sanalah, uang operasional itu digunakan untuk keperluan transportasi, makan dan snack bagi para siswi.
Edi tak merinci berapa jumlah uang yang diterima sekolah dalam sekali kiriman dari Lima Arus.
Tetapi ia menyebut uang itu sudah digunakan untuk akomodasi 83 siswinya selama berlatih.
"Kita 13 kali ke GBK. 12 kali latihan dan 1 kali tampil pas pembukaan. Selama disana kita semua yang urus keperluan siswi.
Buat menyewa bus aja sekitar lima juta keluar, kita kan pakai 2 bus dan itu harus bus yang sesuai standar mereka, enggak bisa bus sembarangan.
Belum lagi buat snack dan minum anak-anak. Nah itu semua kita pakai uang operasional," sambungnya, melansir Tribun Jakarta.
Baca Juga : INAPGOC: Pembukaan Asian Para Games 2018 Tak Kalah dari Asian Games, Begini Konsepnya!
Di sisi lain, INASGOC menjelaskan bahwa jumlah uang operasional sebesar 15 USD atau sekitar Rp223 ribu pe rhari untuk satu penari, seperti yang dilansir dari laman Bolasport.
INASGOC juga telah memastikan pembayaran uang operasional dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu pada April, Juni dan terakhir 17 September 2018.
Mereka juga menyimpan bukti pembayaran kepada sekolah secara lengkap.
"Panitia sangat berterima kasih kepada penari, guru dan orangtua mereka yang telah memberikan kontribusi besar bagi Indonesia," kata Sekretaris Jendral INASGOC, Eris Herriyanto dikutip dari Kompas.com, Rabu (19/9/2018).
Source | : | Tribun Jatim,tribun jakarta |
Penulis | : | Rosiana Chozanah |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR