Seperti yang kita lihat bahwa akan lebih besar dampak atau konsekuensi buruk yang diterima anak ketika orangtuanya meninggal dunia saat usia mereka masih dini.
Ini sebabnya peran keluarga menjadi tonggak penting bagi tumbuh kembang anak, terutama bila kehilangan itu tidak terduga dan menyebabkan traumatis, seperti yang dirasakan para keponakan Syahrini ini.
Bahkan penelitian membuktikan bahwa sekitar lima persen anak di dunia yang kehilangan orangtuanya saat usianya masih dini membutuhkan bantuan konseling untuk mengatasi trauma.
Tetapi sayangnya, program tersebut masih kurang diandalkan. Banyak orang merasa bila lambat laun, anak-anak akan bisa menerima kepergian orangtuanya.
Dari paradigma tersebut, orang akan lebih menyerahkan sepenuhnya tumbuh kembang anak-anak mereka pada orangtua yang masih mengurusnya.
Di lain sisi, pasangan yang ditinggal pasca kematian pasangannya ini justru masih berduka dan juga membutuhkan dukungan.
Dalam jangka panjang, bila mereka tak diberi dukungan, masa depan anak-anaklah yang terancam.
Dampak Anak Perempuan yang Ayahnya Meninggal
Melihat kasus yang dialami keluarga Syahrini, anak keempat Ridwan berjenis kelamin perempuan juga akan mengalami dampak berbeda.
Hubungan dan kedekatan anak perempuan terhadap ayahnya bukan hanya sebatas mitos.
Anak perempuan akan memiliki kedekatan lebih kepada ayahnya, daripada ibunya.
Jangka panjangnya, anak akan merasa bahwa ayahnya merupakan role model dan juga paduannya saat ia memilih pasangan hidup.
Toys Kingdom dan MilkLife Wujudkan Senyum Anak Negeri untuk Anak-anak di Desa Mbuit
Source | : | psychology today,We Have Kids |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR