Nakita.id - Duka mendalam masih dirasakan penyanyi cantik Syahrini. Pasalnya, kakak laki-lakinya baru saja meninggal dunia.
Sang kakak kandung yang bernama Ridwan Zaelani berpulang kemarin(25/9/2018).
Syahrini pun mengabarkan berita duka ini di instagram pribadinya melalui unggahan foto.
Mengenakan pakaian serba putih dan hijab, Syahrini memeluk sang kakak yang kini telah tiada.
"Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Berita Duka Cita,
Jakarta, 25 September 2018
Telah Berpulang Ke Rahmatullah Anak/Kakak/Suami kami tercinta Ridwan Zaelani bin (alm H. Dadang Zaelani) - Kakak dari Syahrini dan Aisyahrani
Jenazah disemayamkan di:
Rumah ibu Hajjah Wati Zaelani
Pemuda Air Mancur Haur Jaya.
Jl. Bitung 1 no 12 Rt 004/Rw 007
Kebon Pedes
Tanah Sereal, Bogor.
Mohon Di Bukakan Pintu maaf yang sebesar-besarnya atas segala kesalahan yg disengaja maupun yang tidak disengaja.
Dan semoga amal ibadah Almarhum diterima di sisi Allah SWT.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Keluarga (alm) H. Dadang Zaelani." tulis Syahrini.
Baca Juga : Belum Sempat Tercapai, Ini Keinginan Terakhir Sang Kakak Untuk Syahrini!
Akun Instagram Incess pun langsung dibanjiri ucapan duka cita, termasuk dari beberapa rekan artis.
Melansir dari Tribun Bogor, Teman Syahrini, Nata Sasmita Mahanes, mengatakan bahwa Ridwan Zaelani meninggal akibat kecelakaan kerja.
Menurut Nata, kakak Syahrini meninggal dunia setelah tersetrum aliran listrik tegangan tinggi di tempat kerjanya.
"Meninggalnya sekira pukul 17.30 WIB, saat sedang bekerja di Rumpin, Bogor," katanya kepada TribunnewsBogor.com di rumah duka, Air Mancur Haur Jaya, Jalan Bitung, RT 4/7, Kebon Pedes, Tanah Sareal, Kota Bogor, Selasa (25/9/2018) tengah malam.
Nata menjelaskan, saat itu kakak Syahrini sedang melakukan tes dump truck.
Kakak Syahrini sedang bersama rekan kerjanya bernama Deden.
Sore itu Ridwan Zaelani memegang kendali truk.
"Posisi almarhum sedang memegang pintu truk. Karena dump truk menyentuh kabel, almarhum langsung terkena listik bertegangan tinggi," lanjutnya.
Karena sengatan listrik bertegangan tinggi tersebut, Ridwan akhirnya meninggal dunia.
Meninggalnya Ridwan masih menjadi duka tersendiri bagi keluarga besar.
Bahkan, Syahrini sempat pingsan saat menghadiri pemakaman kakaknya.
Ridwan meninggal dunia dan meninggalkan keluarga besar dan juga keluarga kecilnya.
Ia meninggalkan seorang istri bernama Lala dan empat orang anak yang masih kecil. Tiga di antaranya anak laki-laki dan seorang anak perempuan.
Anak perempuan Ridwan baru berusia tiga bulan. Ridwan dan Lala dikarunia anak perempuan pada 9 Juni 2018 silam.
Kabar kelahirannya sempat diunggah oleh Aisyahrani di akun Instagram-nya.
Anak keempat Ridwan diberi nama Azura Ramadhani Zaelani, karena lahir menjelang idul fitri.
Baca Juga : Kakak Syahrini Kesetrum Hingga Tewas, Ternyata Uya Kuya Hampir Celaka Karena Listrik di Hari yang Sama!
Tentu berat bagi Lala untuk mengasuh anak-anaknya sepeninggalan suaminya yang bisa dibilang mendadak ini.
Bahkan, ada beberapa dampak yang mungkin akan dirasakan anak-anak saat ayahnya meninggal dunia ketika usia mereka masih sangat belia.
Ketika anak-anak tumbuh dan menjadi orang dewasa yang sehat dan kuat, bagian penting dari peran kedewasaan mereka tak lain adalah orangtua mereka.
Sehingga sejak sedini mungkin, anak-anak memang akan selalu bergantung dengan kualitas hubungan bersama kedua orangtuanya.
Ini merupakan teori keterkaitan.
Anak-anak perlu membentuk ikatan yang kuat untuk setidaknya satu agar mendapatkan cinta dan dukungan pada mereka tanpa syarat.
Para peneliti telah membuktikan bahwa kedua orangtua memainkan peran penting dalam membantu anak-anaknya dalam mengembangkan kepribadian mereka agar anak-anaknya dapat berperan dan memiliki kehidupan sosial yang baik ketika mereka sudah dewasa.
Dampak Orangtua Meninggal Saat Usia Anak Masih Sangat Belia
Tetapi apa yang terjadi bila anak kehilangan salah satu orangtuanya untuk selama-lamanya ketika usia mereka belum dewasa?
Seiring dengan masalah yang tak bisa terelakkan tersebut, anak akan merasa terpukul, kehilangan bahkan merasa sedih dalam waktu yang mungkin cukup lama.
Lebih lagi, apabila kematian salah satu orangtuanya terbilang sangat mendadak. Artinya, orangtua meninggal dunia karena kecelakaan atau karena meninggal dunia mendadak lainnya.
Berdasarkan teori keterkaitan, para peneliti menyarankan bahwa anak-anak yang menghadapi kesedihan berkepanjangan karena kehilangan salah satu orangtuanya sangat rentan terhadap masalah emosional jangka panjang.
Baca Juga : Kakak Syahrini Meninggal Akibat Kesetrum, Ini Pertolongan Pertama Bila Tersengat Listrik
Perasaan tersebut dikarenakan adanya kegagalan mereka karena mereka merasa kehilangan.
Bahkan dampaknya bisa jadi anak-anak akan cemas, menarik diri mereka dari lingkungan, banyak masalah di sosial, prestasi akademik mereka menurun pasca orangtuanya meninggal, bahkan mereka juga rentan mengalami depresi.
Ada sebuah penelitian juga membuktikan bahwa kehilangan salah satu orangtua saat masih kanak-kanak mempengaruhi hubungan masa depannya karena masih terbawa rasa ketakutannya terhadap kematian yang menimpa salah satu orangtuanya.
Sehingga mereka memilih untuk menutup diri bersama orangtua dan keluarganya, daripada memikirkan bagaimana ia menempuh masa depan baru.
Untuk mengatasi kesenjangan tersebut, Beverly Lim Hoeg dari Pusat Penelitian Masyarakat Kanker Denmark dan tim peneliti Denmark menerbitkan sebuat studi yang relevan.
Dari data yang dikumpulkan, lebih dari 1,5 juta orang mengidentifikasi sampe bahwa lebih dari 35 ribu laki-laki dan lebih dari 33 ribu perempuan kehilangan orangtua mereka saat usianya belum genap 18 tahun.
Mereka mengumpulkan informasi yang bergubungan dengan latar belakang pendidikan, masalah hubungan dan juga riwayat medisnya selama beberapa tahun untuk mempelajari perubahan dari waktu ke waktu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan yang kehilangan orangtua mereka sebelum usia 18 tahun berada pada risiko yang lebih tinggi dampaknya pada pernikahannya.
Para peneliti juga menemukan beberapa hasil yang mengejutkan ketika melihat jenis kelamin orangtua yang meninggal dunia. Apakah anak-anak lebih terpengaruh pada kematian ayah atau ibunya.
Selain itu, usia di mana anak kehilangan orangtuanya. Apakah anak-anak yang lebih muda lebih mudah terpengaruh dari anak yang lebih tua, atau tidak.
Dengan adanya dua faktor tadi, dikembangkan hasil dan perbedaan yang signifikan dan kemudian muncul masalah yang justru bertentangan dari teori yang diharapkan.
Salah satu faktor yang tampaknya sangat terlihat ‘memainkan peran’ usai salah satu dari orangtuanya meninggal dunia yaitu depresi yang berakhir bunuh diri.
Meski kini telah jarang ditemui, anak-anak yang nanti ketika dewasa memiliki masalah yang cukup mengkhawatirkan akan lebih berisiko melakukan aksi bunuh diri ketika orangtuanya meninggal dunia saat usianya masih kecil.
Baca Juga : Akui Terima Honor Rp20 Juta, Benarkah Billy Syahputra Kerap Menunggak Listrik dan Didatangi Debt Collector?
Ini terbilang sangat rentan, akrena anak memiliki masalah emosi sejak meninggalnya sang ayah sehingga stigma mereka tentang bunuh diri dan meninggal dunia berbeda dengan stigma orang lain tentang bunuh diri.
Meski begitu, kedekatan anak-anak terhadap salah satu orangtuanya yang masih hidup justru akan membangkitkan dukungan emosional.
Mereka bahkan akan mampu dengan mudah beradaptasi dengan masalah kematian orangtuanya.
Ini akan membangkitkan mental anak yang hubungannya dengan mengembangkan keterkaitan dan keterbukaan pada perilaku sosial mereka saat dewasa kelak.
Seperti yang kita lihat bahwa akan lebih besar dampak atau konsekuensi buruk yang diterima anak ketika orangtuanya meninggal dunia saat usia mereka masih dini.
Ini sebabnya peran keluarga menjadi tonggak penting bagi tumbuh kembang anak, terutama bila kehilangan itu tidak terduga dan menyebabkan traumatis, seperti yang dirasakan para keponakan Syahrini ini.
Bahkan penelitian membuktikan bahwa sekitar lima persen anak di dunia yang kehilangan orangtuanya saat usianya masih dini membutuhkan bantuan konseling untuk mengatasi trauma.
Tetapi sayangnya, program tersebut masih kurang diandalkan. Banyak orang merasa bila lambat laun, anak-anak akan bisa menerima kepergian orangtuanya.
Dari paradigma tersebut, orang akan lebih menyerahkan sepenuhnya tumbuh kembang anak-anak mereka pada orangtua yang masih mengurusnya.
Di lain sisi, pasangan yang ditinggal pasca kematian pasangannya ini justru masih berduka dan juga membutuhkan dukungan.
Dalam jangka panjang, bila mereka tak diberi dukungan, masa depan anak-anaklah yang terancam.
Dampak Anak Perempuan yang Ayahnya Meninggal
Melihat kasus yang dialami keluarga Syahrini, anak keempat Ridwan berjenis kelamin perempuan juga akan mengalami dampak berbeda.
Hubungan dan kedekatan anak perempuan terhadap ayahnya bukan hanya sebatas mitos.
Anak perempuan akan memiliki kedekatan lebih kepada ayahnya, daripada ibunya.
Jangka panjangnya, anak akan merasa bahwa ayahnya merupakan role model dan juga paduannya saat ia memilih pasangan hidup.
Bahkan, ayah juga akan banyak bercerita pada anak perempuannya, ketimbang berbagi dengan anak laki-lakinya.
Sehingga ketidakhadiran seorang ayah dalam kehidupan anak perempuan menambah adanya risiko terhadap tumbuh kembangnya.
Anak perempuan akan merasa tak memiliki tempat berbagi, seperti anak lain seusianya.
Baca Juga : Listrik Mendadak Mati, Pastikan Stok ASI Aman dengan 5 Cara Ini
Mereka bahkan akan merasa rendah diri, memiliki kecemasan sosial dan juga depresi yang berlebih.
Ada beberapa dampak yang akan dirasakan anak perempuan tanpa kehadiran ayahnya di hidup mereka:
1. Memiliki masalah harga diri
Kerap diabaikan, seorang anak perempuan akan menyalahkan dirinya sendiri ketika tidak ada ayah di sampingnya.
Ini dibenarkan oleh Deborah Moskovitch, seorang penulis dan juga konsultan perceraian.
Tak hanya kehilangan ayah karena maalah perceraian, anak perempuan juga akan memiliki dampak negatif ketika mereka kehilangan ayahnya karena sang ayah meninggal dunia.
Secara akademis, pribadi, professional, fisik, sosial dan juga asmara anak perempuan akan terbentuk karena adanya peran ayah.
Sehingga mereka akan kehilangan atau merasa bila kebutuhan yang harusnya dipenuhi ayahnya dalam rangka tumbuh kembang kurang dan merasa timbul masalah dalam hidupnya.
2. Rentan depresi
Bila anak-anak baik jenis kelamin perempuan maupun laki-laki akan memiliki masalah emosional dan bahkan mereka akan mengalami depresi saat orangtuanya meninggal, lebih lagi perempuan.
Anak perempuan akan merasa bahwa dirinya tertinggal dan juga minder terhadap teman-teman lainnya yang memiliki ayah.
Sehingga ia memilih untuk mengisolasi dirinya secara emosional karena mereka tidak ingin tersakiti.
Perasaan ini muncul karena anak perempuan merasa bahwa dirinya tak ada yang melindungi dan bersedia hadir sebagai pembelanya ketika ia tak memiliki ayah.
Jangka panjangnya, cara mengisolasi diri dan ketertutupan dirinya justru akan membuatnya depresi dalam waktu yang tidak bisa ditentukan.
Mereka bahkan bisa nekat melakukan bunuh diri karena dianggap tidak ada yang bisa membelanya, seperti yang teman-teman seusianya rasakan.
3. Melakukan hubungan seksual sebelum menikah
Baca Juga : Belum Ada Seminggu Gelar Konser, Kakak Syahrini Meninggal Dunia, Penyebabnya Tak Disangka
Menurut studi yang dilakukan, lebih dari 70 persen kehamilan remaja yang terjadi karena hubungan intim sebelum menikah terjadi pada remaja perempuan yang tak memiliki ayah.
Ia merasa membutuhkan cinta dan mencari cinta. Bahkan mereka ingin merasa segera dicintai seseorang layaknya dicintai seorang ayah.
Tetapi, akrena emosional mereka terlalu statis, mereka akan mencari berbagai alternatif dan terkadang cenderung menuruti keinginan kekasihnya yang berujung seks bebas.
Meski tak semua anak perempuan akan merasakannya, peran orangtua yang masih hidup dan juga keluarga menjadi tonggak penting untuk menghindari dampak berbahaya tersebut.
Toys Kingdom dan MilkLife Wujudkan Senyum Anak Negeri untuk Anak-anak di Desa Mbuit
Source | : | psychology today,We Have Kids |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR