Nakita.id - Gempa berkekuatan 7,4 SR terjadi di Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, Jumat (28/9) malam.
Episentrum gempa 7,4 SR yang sebelumnya disebutkan 7,7 SR itu ada di kedalaman 10 kilometer dan 27 kilometer timur laut Kota Donggala.
Gempa bumi ini juga memicu tsunami setinggi kurang lebih 1-2 meter, karena termasuk gempa dangkal dan berlokasi dekat dengan perairan luas.
Baca Juga : Gempa Tsunami Palu: Takut Gempa Susulan, Korban Bencana Dirawat di Halaman Rumah Sakit
Tsunami akibat gempa 7,4 SR itu pun menerjang wilayah Palu, Donggala dan Mamuju.
Gempa Tsunami Palu itu menyebabkan jembatan kuning ikon Palu hancur dan sejumlah bangunan hancur.
Data sementara korban tewas akibat gempa tsunami Palu yang dilansir dari Kompas TV, setidaknya sudah 80 jiwa.
Gempa tsunami memang salah satu bencana alam yang sangat menghancurkan.
Apalagi Indonesia yang letak geografisnya berada di wilayah Cincin Api, artinya kerap diguncang bencana gempa dan tsunami.
Gempa tsunami di Palu ini lantas mengingatkan masyarakat Indonesia pada tragedi tsunami Indonesia yang menumbangkan ratusan hingga ratusan ribu nyawa.
Baca Juga : Ruben Onsu Alami Kecelakaan Mobil Hingga Anaknya Terpental, Begini Ceritanya!
Terhitung sudah 3 kali ini Indonesia diguncang bencana tsunami, termasuk gempa tsunami yang terjadi di Palu kemarin Jum'at (28/9).
Sebelum tsunami menerjang Sulawesi Tengah, Indonesia sudah pernah diguncang gempa tsunami yang begitu dahsyat dan tak terlupakan di dua wilayah yakni, Samudra Hindia dan Krakatau.
Tsunami Krakatau
Pertama kali bencana tsunami menerjang Indonesia ketika terjadi letusan gunung Krakatau 27 Agustus 1883 silam.
Saat itu letusan terjadi bersamaan dengan tiga gunung berapi di komplek Gunung Krakatau, yaitu Gunung Danan, Gunung Rakata dan Gunung Perboetan.
Tekanan dari tiga letusan raksasa itu pun menimbulkan gelombang tsunami yang menghancurkan pesisir Lampung dan barat Jawa.
Letusan Krakatau yang menimbulkan tsunami saat itu termasuk bencana yang paling mematikan sepanjang sejarah hingga menelan sebanyak lebih dari 36 ribu korban jiwa.
Baca Juga : Hampir 20 Tahun Jadi Kanibal, Isi Kulkas Pasangan Suami Istri Ini Bikin Bergidik!
Melansir dari Kompas.com 2011 lalu, menurut kesaksian seseorang tinggi tsunami di pesisir barat Jawa ketika itu di Merak mencapai 25 meter, di Teluk Betung mencapai 15 meter dan di wilayah lainnya bisa mencapai 35 meter.
Begitu hebatnya hantaman tsunami saat itu bisa mengubah lanskap pesisir Jawa, seperti Anyer dan Carita.
Jejak tragedi tsunami 1883 ini pun bisa dilihat dari salah satu batu karang terbesar dengan berat 600 ton yang terdapat di halaman hotel dekat mercusuar Anyer.
Tsunami Aceh
Bencana tsunami terdahsyat kedua Indonesia terjadi di Aceh pada 26 Desember 2004 silam.
Sudah 14 tahun berlalu gempa tsunami Aceh yang begitu dahsyat masih terekam jelas di benak masyarakat Indonesia.
Tragedi gempa tsunami Aceh ini juga dikenal sebagai gempa Sumatera-Andaman dan tsunami Samudra Hindia 2004.
Ketika itu gempa besar berkekuatan 9,1 hingga 9,3 SR mengguncang Indonesia, khususnya wilayah Sumatera pukul 08.00 WIB.
Kuatnya guncangan gempat saat itu disusul gelombang tsunami setinggi 20 meter yang melahap wilayah Sumatera, khususnya Aceh seketika.
Baca Juga : Sempat Disembunyikan, Sharena Akhirnya Umumkan Nama dan Tunjukkan Wajah Anak Keduanya
Gelombang tsunami kala itu juga menerjang daratan Afrika dalam waktu beberapa jam saja.
Akibatnya sekitar 230 ribu jiwa di 14 negara kehilangan nyawa, yang mana 170 ribu di antaranya berasal dari Indonesia.
Bencana tsunami Aceh tahun 2004 itulah menjadi tragedi paling mengerikan dan mematikan dengan menelan ratusan ribu jiwa dalam waktu seketika.
Semua bangunan di daerah pantai hancur, jutaan orang kehilangan tempat tinggal.
Telihat jelas dalam video yang beredar saat itu, ada beberapa orang yang berusaha bertahan ketika tsunami menerjang di pohon tinggi, genting rumah hingga gedung-gedung tinggi yang masih berdiri. (*)
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Source | : | Kompas.com,tribunnews.com |
Penulis | : | Shevinna Putti Anggraeni |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR