Nakita.id - Bencana gempa dan tsunami yang melanda sebagian wilayah Sulawesi Tengah menjadi duka bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Gempa besar yang melanda Palu, Donggala, dan Mamuji menyisakan puing-puing bangunan yang luluh lantak dan jalanan yang retak.
Gempa berkekuatan 7,4 skala richter yang disusul tsunami tersebut terjadi pada Jumat (28/9/2018).
Baca Juga : Gempa Tsunami Palu: Bangunan Ini Tidak Ambruk Padahal Lainnya Luluh Lantak
Akibat gempa dan tsunami tersebut, puluhan korban dikabarkan meninggal dan banyak korban yang kehilangan sanak saudaranya.
Hal ini pun memicu rasa panik dan ketakutan bagi siapa saja yang berada di sana dan menjadi korban bencana tersebut.
Rasa takut dan panik tak hanya dirasakan oleh para korban, pihak keluarga dan sanak saudara yang tinggal di luar wilayah tersebut pun juga merasakan hal yang sama.
Tak terkecuali para narapidana di rumah tahanan (rutan) Klas II B di Donggala.
Mereka pun juga merasakan hal yang sama akan rasa khawatir dan takut dengan nasib keluarga dan kerabat mereka yang terkena gempa dan tsunami.
Melansir dari Kompas.com, para napi ini menuntut dibebaskan untuk bertemu dengan keluarganya.
Para napi ingin mengetahui nasib keluarga mereka pasca terjadinya gempa dan tsunami di Donggala dan Palu.
Permintaan para napi yang tak dikabulkan itu pun menyebabkan kericuhan di dalam rutan.
Para napi yang panik dan marah ini pun kemudian mengamuk dan membakar seisi rutan.
Kerusuhan ini terjadi pada Sabtu (29/9/2018) malam di Rutan Klas IIB Donggala.
Baca Juga : Gempa Tsunami Palu, Ternyata Roy Kiyoshi Pernah Ramalkan Bencana Dahsyat Indonesia 2018 Ini!
Usai terjadinya pembakaran rutan oleh para napi tersebut, ratusan narapidana pun diperkirakan kabur dari tahanan.
"Ricuh dipicu keinginan warga binaan dibebaskan untuk bertemu dengan keluarganya. Ada 100 narapidana dan tahanan diperkirakan kabur," ujar Kepala Rutan kelas IIB Donggala Saifuddindi lokasi kejadian, Sabtu (29/9/2018) malam, seperti dikutip dari Kompas.com.
Sebelumnya, rutan tersebut dihuni oleh 342 orang narapidana.
Sedangkan kapasitas rutan sendiri seharusnya hanya cukup untuk menampung 116 orang.
Baca Juga : Gempa Tsunami Palu: Kenali Pertanda Gempa & Gunakan Aplikasi Ini Sebelum Terlambat!
Akibat kerusuhan tersebut sekitar 100 orang anggota Brimob Polda Sulawesi Barat pun dikerahkan untuk mengamankan situasi.
Api yang membumbung tinggi pun membakar dan menghanguskan bangunan utama lapas.
Satu unit mobil pemadam kebakaran yang tiba di lokasi berusaha untuk memadamkan api.
Kurangnya mobil pemadam kebakaran membuat sulitnya upaya memadamkan api yang terus membumbung tinggi.
Baca Juga : Gempa Tsunami Palu, Ini 2 Tragedi Tsunami Terdahsyat di Indonesia Sebelum Donggala!
Api yang semakin membesar itu pun menghanguskan bangunan sebagian besar area rutan hingga rata dengan tanah.
Hal ini menyebabkan rutan tak lagi mampu menampung para tahanan yang tersisa dan masih berada di rutan.
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Source | : | Kompas.com,Tribunnews.com,Grid.ID |
Penulis | : | Maharani Kusuma Daruwati |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR