Nakita.id - Bencana gempa tsunami yang menerjang Palu, Donggala dan sekitarnya memang meninggalkan bekas luka yang dalam.
Gempa berkekuatan 7,4 SR yang berbuntut tsunami ini telah merenggut nyawa ratusan orang dan menyebabkan kerugian materiil yang tak sedikit.
Banyak kisah-kisah yang menyayat hati usai gempa dan tsunami tersebut mengguncang Palu dan Donggala.
Baca Juga : Belum Reda Air Matanya, Korban Gempa Lombok Ikut Turun Tangan untuk Korban Gempa Tsunami Palu
Sebelumnya, ada petugas ATC (Air Traffic Controller) bernama Anthonius Gunawan Agung yang mengorbankan nyawanya agar pesawat bisa lepas landas.
Hal ini disampaikan oleh Manajer Humas AirNav Indonesia yang mengatakan bahwa salah satu personel yang sedang bertugas tewas saat gempa melanda Palu.
Anthonius Gunawan Agung tidak dapat menyelamatkan diri setelah dirinya berhasil memastikan pesawat Batik Air yang dipiloti oleh Kapten Ricosetta Mafella lepas landas dengan aman.
Baca Juga : Peneliti Dunia Kaget dengan Kekuatan Tsunami di Sulawesi Tengah, Kok Bisa Menghancurkan Kota Palu?
Agung diketahui meninggalkan seorang kekasih bernama Nurul Aska Marwan, yang diketahui lewat unggahan Instagram Nurul.
Mau tidak mau, Nurul harus merelakan sang kekasih pergi untuk selama-lamanya karena gempa tsunami Palu.
Kisah serupa juga terjadi pada Brigadir I Gusti Kade Sukamiarta (32).
Baca Juga : Bawa Kebahagiaan di Tengah Duka Gempa Tsunami Palu, Seorang Bayi Lahir di Tenda Pengungsian!
Anggota polri tersebut harus menjadi salah satu dari ratusan korban jiwa yang tidak selamat dari terjangan gempa dan ombak tsunami di Palu pada Jumat (28/9/2018) lalu.
Pekan ini, I Gusti Kade dijadwalkan akan melangsungkan lamaran untuk meminang sang kekasih, namun nasib berkata lain.
"Rencananya menikah dekat-dekat dengan perayaan Galungan mendatang," ucap ayah I Gusti Kade sambil terbata-bata.
Baca Juga : Detik-detik Perjuangan Pasha Ungu dan Adelia Selamatkan Diri dari Tsunami Palu!
Rencana momen bahagia tersebut harus hancur setelah gempa dan tsunami menerjang Palu tempat I Gusti Kade bertugas sejak tahun 2005 lalu.
Guz Maiz, begitu namanya akrab dipanggil, Ia diketahui meninggal saat bertugas untuk pengamanan di (PAM) Festival Palu Nomoni.
Keluarga berencana mengadakan upacara ngaben untuk Guz Maiz seperti adat orang Bali pemeluk agama Hindu.
Baca Juga : Tsunami Palu: Begini Cara Membantu Anak Pulih Dari Trauma Bencana Alam
Namun sampai saat ini pihak keluarga belum bisa berkomunikasi dengan pihak Sulawesi Tengah.
Belum ada kejelasan kapan jenazah Guz Maiz akan dipulangkan, sementara Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopi Purwo Nugroho mengatakan bahwa para korban meninggal akan dimakamkan secara masal dengan berbagai pertimbangan.
"Banyak korban yang dimakamkan massal karena faktor kesehatan. Dan korban meninggal dimakamkan setelah diidentifikasi melalui DVI, face recognizion dan sidik jari," ungkap Sutopo. (*)
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Source | : | nakita.id,tribun bali |
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR