Nakita.id – Ternyata mayoritas orang dewasa di Amerika Serikat mengonsumsi satu atau lebih suplemen.
Suplemen tersebut termasuk vitamin, mineral, herbal dan botanik, asam amino, enzim, dan banyak produk lainnya.
Bentuknya macam-macam, ada tablet tradisional, kapsul, dan bubuk, serta minuman dan bar energi.
Suplemen populer di Amerika termasuk vitamin D dan E; mineral seperti kalsium dan zat besi; herbal seperti echinacea dan bawang putih; dan produk khusus seperti glukosamin, probiotik, dan minyak ikan.
Baca Juga : Wow, Akibat Kaya Probiotik, Feses Bayi Bakal Dijadikan Suplemen!
Tapi tahu kah jika suplemen yang rutin diminum tersebut tidak dapat menggantikan beragam makanan yang penting untuk diet sehat.
Bukti ilmiah menunjukkan, beberapa suplemen makanan bermanfaat untuk kesehatan secara keseluruhan dan untuk mengelola beberapa kondisi kesehatan.
Sebagai contoh, kalsium dan vitamin D penting untuk menjaga tulang tetap kuat dan mengurangi keropos tulang; asam folat menurunkan risiko cacat lahir tertentu; dan asam lemak omega-3 dari minyak ikan dapat membantu beberapa orang dengan penyakit jantung.
Baca Juga : Suka Minum Suplemen Vitamin C? Hati-hati Terkena 4 Masalah Ini
Tapi suplemen lain? Masih dibutuhkan lebih banyak studi untuk menentukan nilainya.
Asal tahu saja, Administrasi Makanan dan Obat AS (FDA) tidak menentukan apakah suplemen makanan efektif sebelum dipasarkan.
Penting juga diketahui, banyak suplemen mengandung bahan aktif yang dapat memiliki efek kuat dalam tubuh.
Karenanya selalu waspada terhadap kemungkinan efek samping yang tidak terduga.
Beberapa suplemen dapat meningkatkan risiko pendarahan atau, jika seseorang meminumnya sebelum atau setelah operasi, mereka dapat memengaruhi respons seseorang terhadap anestesi.
Baca Juga : Perlukah Tambahan Suplemen Vitamin dan Mineral Bagi Anak?
Suplemen vitamin dapat berinteraksi dengan obat resep tertentu, yang mungkin menyebabkan masalah, contoh:
*Vitamin K
Dapat mengurangi kemampuan pengencer darah Coumadin® untuk mencegah darah dari pembekuan.
*Vitamin C dan E
Dapat mengurangi efektivitas beberapa jenis kemoterapi kanker.
Pemakaian vitamin C dosis tinggi dapat menimbulkan gangguan tidur, sakit kepala dan gangguan pencernaan.
Dosis di atas 4 gram sehari dalam waktu panjang, dapat meningkatkan kadar oksalat di urin yang berperan dalam pembentukan batu oksalat.
Diare juga sering terjadi dengan dosis di atas satu gram sehari.
Baca Juga : Mengonsumsi Suplemen Vitamin Bisa Berbahaya Bagi Kesehatan, Bijaklah
Pemakaian dosis tinggi vitamin C dapat menimbulkan batu ginjal pada individu-individu tertentu.
Pada individu dengan glucose 6-P defisiensi, krisis hemolitik dapat segera terjadi.
Pemakaian vitamin E dengan dosis 400-800 unit perhari dapat menimbulkan kaburnya penglihatan, pembesaran payudara pada wanita dan laki-laki, diare, pusing, gejala-gejala seperti flu, sakit kepala, mual dan gejala kelemahan yang tidak lazim.
Pemakaian vitamin E dengan dosis lebih 800 unit perhari pada periode lama dapat meningkatkan risiko perdarahan pada pasien yang mengalami vitamin K defisiensi, mengganggu metabolisme hormon, imunitas dan fungsi seksual.
*Vitamin A
Penggunaan vitamin A 25.000 hingga 50.000 UI sehari pada anak-anak dapat menimbulkan nyeri tulang, lesi kulit, rambut rontok, hepatosplenomegali, papiludem, perdarahan dan kelemahan.
Baca Juga : Ini Kata Para Ilmuwan: Suplemen Vitamin B3 Dapat Mencegah Keguguran dan Cacat Lahir!
Vitamin A memiliki efek kumulatif yang tinggi pada hati dan lemak. Kebanyakan hipervitaminosis A terjadi akibat terlampau bersemangatnya para ibu memberikan minyak ikan kepada anak-anaknya setiap hari karena percaya akan kemujarabannya, membuat pintar!
Vitamin D
Hipervitaminosis D dimanifestasikan dalam bentuk hiperkalsemia, kalsifikasi ektopik pada jaringan lunak, kelemahan, mengantuk, mual, nyeri abdomen, haus, konstipasi, kehilangan berat hingga kerusakan ginjal.
Pada orang dewasa amat berbahaya mengkonsumsi vitamin D dengan dosis perhari di atas 10.000 UI lebih dari dua belas minggu.
Hipervitaminosis D dapat diatasi dengan penghentian pemberian vitamin D, diet rendah kalsium, minum banyak dan pemakaian glukokortikoid untuk mengurangi absorpsi kalsium.
Baca Juga : Dianggap Menjijikkan, Keberadaan Kecoa Justru Menandakan Rumah Bersih
Berhati-hatilah dalam mengonsumsi suplemen makanan jika sedang hamil atau menyusui.
Juga, berhati-hatilah dalam memberikannya (di luar produk multivitamin/mineral dasar) kepada anak.
Kebanyakan suplemen makanan belum diuji dengan baik untuk keamanan pada wanita hamil, ibu menyusui, atau anak-anak.
Jika mengalami reaksi serius dari suplemen vitamin ataupun makanan, beri tahu penyedia perawatan kesehatan.
Baca Juga : Istri Indro Warkop & Sutopo Purwo Nugroho Idap Kanker Paru-paru, Orang Kota Sangat Berisiko!
Di Amerika hal ini dapat dilaporkan ke FDA, dengan menelepon 800-FDA-1088 atau menyelesaikan formulir penolakan tautan onlineexternal.
Selain itu, bisa juga melayangkan laporkan ke perusahaan suplemen dengan menggunakan informasi kontak pada label produk.
Penting juga diingat, suplemen bukan obat-obatan dan, oleh karena itu, tidak dimaksudkan untuk mengobati, mendiagnosis, meredakan, mencegah, atau menyembuhkan penyakit.
Baca Juga : Mytha Lestari Beri Susu Formula untuk Anaknya di Usia 2 Bulan, Amankah? Ini Penjelasan Dokter!
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Source | : | ods.od.nih.gov |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR