Nakita.id - Gejala autisme mungkin tidak begitu tampak sampai anak masuk ke usia balita.
Tetapi kelainan itu sendiri bisa mulai bahkan sejak masih janin di dalam kandungan.
Hal ini diketahui dari jaringan otak yang diambil dari anak-anak yang meninggal dan juga kebetulan memiliki autisme.
Para peneliti melaporkan dalam New England Journal of Medicine, adanya bercak-bercak disorganisasi dalam korteks, yaitu sel tipis sel yang sangat penting untuk belajar dan memori.
Baca Juga : Ditangkap Karena Melanggar, Model Cantik ini Malah Tawarkan Hubungan Intim, Lihat Reaksi Sang Polisi!
Sementara, sampel jaringan dari anak-anak tanpa autisme tidak memiliki pola bercak-bercak tersebut.
Konstruksi korteks dimulai pada trimester kedua kehamilan.
Temuan ini bisa meningkatkan upaya untuk memahami bagaimana genetik mengendalikan perkembangan otak dan mengarah pada autisme.
Ini juga menunjukkan bahwa pengobatan harus dimulai sejak usia dini, ketika otak mampu menyambung kembali dan bekerja di sekitar area yang rusak.
Studi ini berkembang dari penelitian pada pengembangan korteks anak-anak dengan autisme.
Baca Juga : Jangan Pergi ke Rumah Sakit Lewat dari Jam 3 Sore, Akibatnya Fatal!
Pada anak-anak yang khas, korteks berbentuk 'seperti kue lapis'.
"Ada enam lapisan, satu di atas yang lain, dan di setiap lapisan ada berbagai jenis sel otak," kata Eric Courchesne, penulis makalah dan direktur Pusat Keunggulan Autisme di Universitas California, San Diego.
Courchesne menduga bahwa lapisan-lapisan ini dapat berubah pada otak anak-anak dengan autisme.
Jadi dia dan tim peneliti mempelajari sampel korteks dari 11 anak dengan autisme dan jumlah yang sama dengan anak-anak yang tidak autis.
Baca Juga : Heboh Tagar Falling Stars Challenge, Awalnya dari Konglomerat Rusia
Dalam jaringan otak dari anak-anak yang biasa, korteks memiliki enam lapisan yang berbeda, masing-masing terdiri dari jenis sel tertentu.
Tetapi pada anak-anak dengan autisme, "Ada potongan kecil di sel-sel tertentu di lapisan korteks yang tampak hilang," kata Courchesne.
"Potongan kecil korteks yang tidak teratur ini akan memiliki efek yang berbeda pada otak tergantung di mana terjadinya dan berapa banyak yang ada," tambahnya.
Baca Juga : Kanker Prostat Sebabkan Rudy Wowor Meninggal, Peneliti Sebut Masturbasi Bisa Jadi Pemicu Penyakit Ini!
Hal ini bisa membantu menjelaskan mengapa gejala autisme juga bervariasi.
Studi lain muncul untuk mengonfirmasi penelitian dari University of California, Los Angeles.
Ditunjukkan bahwa orang-orang dengan autisme cenderung memiliki perubahan genetik yang dapat mengganggu pembentukan lapisan di korteks.
"Itu menambah bukti yang sudah cukup bahwa autisme dimulai sejak dalam kandungan," kata Dr. Stanley Nelson, ahli genetika di UCLA.
"Sekumpulan data yang luar biasa adalah bahwa masalah-masalah itu ada pada proses perkembangan otak, mungkin saat masih embrio atau janin," terangnya.
Baca Juga : Punya 27 Lantai dan 600 Karyawan, Ini Tampak Rumah Termahal di Dunia!
Tetapi beberapa temuan studi baru itu mengejutkan dan bahkan sedikit membingungkan bagi Nelson.
Sebagai contoh, aneh bahwa hanya potongan-potongan tertentu dari jaringan otak yang mengandung sel-sel tidak terorganisir.
Menurutnya, aneh juga bahwa 10 dari 11 anak autis memiliki jenis korteks yang tidak teratur.
Memang belum ada jawaban yang jelas menurut Ed Lein, salah satu penulis surat kabar dan peneliti di Institut Allen untuk Ilmu Otak di Seattle.
Baca Juga : Sempat Tidak Mengakui Elly Sugigi Sebagai Ibunya, Ternyata Ulfi Damayanti Dulunya Dititipkan ke Tukang Sayur
Tetapi ada kemungkinan bahwa banyak kombinasi gen yang berbeda yang terlibat dalam autisme dapat menyebabkan disorganisasi potongan kecil yang sama pada lapisan-lapisan korteks.
Untuk mencari tahu lebih lanjut juga akan sulit karena kekurangan otak dari anak-anak yang tersedia untuk penelitian.
Sebabnya, orangtua dengan anak-anak yang meninggal, baik yang memiliki autisme atau tidak, jarang setuju untuk menyumbangkan otak anak mereka untuk diteliti. (*)
Source | : | npr.org |
Penulis | : | Amelia Puteri |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR