Laksmi mengatakan, perokok aktif berisiko 13,6 kali lipat. Sementara perokok pasif berisiko empat kali lipat terkena kanker paru.
Dalam penelitian Clare Weeden dari Univerisas Melbourne di Australia, rokok meningkatkan kerusakan sel paru dan membuat sel punca basal lebih aktif sehingga meningkatkan mutasi.
Meski begitu, ada juga perokok aktif yang tidak terkena kanker paru dan ada perokok pasif yang terkena kanker paru.
Hal ini dikarenakan untuk menjadi kanker sebenarnya memerlukan mekanisme yang rumit.
Sebenarnya, selalu ada potensi kanker paru-paru bagi setiap orang.
Baca Juga : Istri Indro Warkop Meninggal, Indro Temani 24 Jam Tanpa Henti, Begini Ciri Suami Idaman
Setiap waktu, manusia menarik dan mengeluarkan napas. Dalam momen tertentu terdapat mukosa atau selaput lendir di saluran pernapasan dari hidung hingga ke bronkus yang rusak.
Kalau jumlahnya sedikit, tubuh masih bisa memperbaikinya.
"Kalau ada yang slip, dia menjadi tidak normal, yaitu bibit-bibit kanker. Tapi, tidak segampang itu menjadi kanker. Ada mekanisme tubuh sendiri untuk menghilangkan yang tidak normal tadi. Maka tidak semua orang terkena kanker," kata Dr Elisna Syahruddin, SpP(K), PhD.
Operasi plastik bisa membantu untuk berhenti merokok
Bagi perokok, menghilangkan kebiasaannya merokok mungkin terasa sebagai suatu hal yang tidak mungkin.
Jika Dads merasa semua upaya tak membuahkan hasil, mungkin melakukan operasi plastik bisa membantu.
Bukan tindakan operasi plastiknya yang bisa menghentikan kebiasaan merokok, namun persiapan operasinya.
Seperti diketahui, pasien yang akan menjalani operasi plastik harus berhenti merokok 2 minggu sebelum tindakan.
Merokok bisa menyebabkan komplikasi berbahaya saat operasi. Bahkan, banyak dokter bedah yang menolak mengoperasi pasien perokok.
Dalam penelitian terbaru terungkap, orang-orang yang diminta berhenti merokok 2 minggu sebelum operasi cenderung berhasil menjauhi rokok bahkan sampai selamanya.
Baca Juga : Klarifikasi Salman Khan Tentang Pemukulan Aishwarya Rai Viral, Salman: Jika Itu Benar Ia Tak Akan Selamat
Memang tidak realistis jika meminta pecandu rokok untuk menjalani operasi plastik, tapi yang digarisbawahi dari hasil studi tersebut adalah berhenti merokok adalah hal yang mungkin jika mereka memahami risiko kesehatannya.
Sebanyak 70 persen responden dalam penelitian ini setuju bahwa berdiskusi dengan dokter dan diberi tahu bahaya menghisap rokok bagi hasil operasi membuat mereka sadar untuk berhenti.
Sebanyak 40 persen juga mengaku tidak merokok lagi sampai 5 tahun pascaoperasi dan 25 persen sama sekali tak merokok lagi.
"Mendiskusikan secara spesifik bahwa rokok pada pasien terhadap hasil operasi ternyata sangat memengaruhi mereka untuk berhenti," kata Aaron C.Van Slyke seperti dikutip dari Yahoo Beauty.
Secara umum, merokok akan membuat pembuluh darah mengerut sehingga oksigen tidak bisa berikatan dengan sel darah.
Hal ini membuat jumlah oksigen dalam sirkulasi darah berkurang dan luka operasi lebih lama sembuh.
Kondisi tersebut bukan hanya membuat hasil operasi plastik tidak sesuai harapan, tapi juga menyebabkan efek samping berbahaya seperti nekrosis atau kematian sel dan jaringan.
Perokok juga cenderung akan mengalami reaksi negatif saat dianestesi dan ada kemungkinan infeksi.
Bahaya rokok itu belum termasuk risikonya terhadap organ-organ tubuh dan jantung.
Source | : | Health,Medical Daily,The Daily Sabah,kompas |
Penulis | : | Kirana Riyantika |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR