Nakita.id - Ariani Nisma Putri terlahir sebagai seorang gadis dengan penyandang disabilitas.
Gadis remaja yang akrab disapa Putri ini seorang tuna netra karena menderita katarak sejak kecil.
Sosoknya mencuri perhatian ketika membawakan lagu tema Asian Para Games 2018 berjudul Song of Victory.
Baca Juga : Surya Saputra Khawatir Kondisi Jantung Augie Fantinus, Ini 8 Tanda Tubuh Akan Kena Serangan Jantung!
Putri membawakan lagu Song of Victory ketika opening Asian Para Games 2018 di Indonesia dengan suara emasnya.
Kala itu Putri tak nyanyi sendiri, ia membawakan theme song Asian Para Games 2018 bersama sejumlah penyanyi terkenal lainnya, Maudy Ayunda, Vidi Aldiano, Armand Maulana dan Once Mekel.
Putri terpilih untuk mengisi theme song Asian Para Games 2018 setelah suara emasnya mencuri perhatian ketua INAPGOC, Raja Sapta Oktohari.
Gadis 12 tahun itu dipilih langsung oleh ketua INAPGOC mengisi theme song Asian Games 2018 ketika ia sedang tampil di acara Run For Difable di Monas.
Setelah tampil di opening Asian Para Games 2018, Putri sering menjadi bintang tamu di beberapa stasiun televisi.
Baca Juga : Suami Nadya Almira Pilih Selingkuh Dengan Janda Kaya, Ternyata Ini Daya Tarik Janda!
Ketika menjadi bintang tamu acara Pagi Pagi Pasti Happy, Putri datang ditemani oleh ibunya, Reni Alfianty.
Dalam acara tersebut Reni Alfianty pun sempat bercerita sedikit awal mula Putri menjadi tuna netra.
Ia mengatakan Putri menjadi tuna netra ketika usia 3 bulan matanya menderita katarak.
"Sejak umur 3 bulan mas baru ketahuan (katarak) karena Putri lahir di umur 6 bulan 18 hari, prematur karena saya mengalami plasenta previa," kata Reni Alfianty, ibu Putri.
Setelah lahir, Putri sempat mendapat perawatan medis karena lahir di waktu yang tidak tepat atau prematur.
Putri harus mendapat perawatan intensif selama 3 bulan sampai dirasa bisa bernapas dan indranya yang lain normal.
Baca Juga : Hidup Pilu Artis Cantik Nadya Almira, Tak Diakui Istri Hingga Rela Dimadu Suami!
Dokter pun tak menjanjikan banyak pada Reni Alfianty selama Putri menjalani penanganan medis.
"Setelah 3 bulan diinkubator, ngga tepat waktu dia lahir kan ya. Saya tanya dokter 'Putri gimana dok?' dokter bilang banyak-banyak doa aja, ngga bisa mengungkap saat itu karena napasnya masih terhenti-henti," ujarnya.
Tiga bulan lamanya menjalani perawatan medis, akhirnya Putri bisa hidup sendiri tanpa alat medis dan kembali ke rumah sakit untuk kontrol kesehatan.
Ternyata setelah 3 bulan itu dokter justru baru menemukan mata Putri mengalami katarak dan harus segera mungkin mendapat penanganan di Singapura.
Tanpa pikir panjang, Reni langsung membawa Putri ke Singapura untuk mendapat penangan medis segera.
Baca Juga : Cerita Relawan 2 Hari Evakuasi Balita Terkubur Lumpur di Petobo
"Sampai dia umur 3 bulan kita keluar rumah sakit terus kontrol lagi, dokter bilang 'Bu kayaknya Putri kena katarak ya matanya' karena dokter kan ngga tahu, dokter bilang harus dirujuk ke Singapura sekarang.
Yaudah kita bikin paspor buat Putri, di Singapura dicek matanya kan besar sebelah, yang kanan 50% yang satunya 25%. Yaudah kita (lakukan tindakan) yang 50%," jelasnya.
Sayangnya, Tuhan berkehendak lain di balik usaha keras Reni dan keluarga mengobati masalah katarak Putri.
"Setelah dioperasi juga dokter langsung keluar geleng-geleng kepala, dia bilang sudah ngga bisa, gagal," tandasnya.
Reni mengaku terkejut dan sempat sedih mengetahui kondisi kesehatan mata anaknya tak dapat diselamatkan.
Di sisi lain, Reni bersyukur Putri masih memiliki banyak kelebihan di dalam dirinya walau tidak bisa melihat.
Ibu Hamil Tidak Boleh Duduk Terlalu Lama, Ini Risiko dan Solusi untuk Kehamilan Sehat
Source | : | YouTube |
Penulis | : | Shevinna Putti Anggraeni |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR