Nakita.id - Moms mungkin pernah mendengar desas-desus bahwa obat diabetes dapat menyebabkan gagal ginjal.
Desas-desus obat diabetes dapat menyebabkan gagal ginjal ini mulai bermunculan mengingat banyaknya jumlah obat yang harus dikonsumsi oleh penderita diabetes dalam jangka waktu yang panjang.
Lantas pertanyaannya, benarkah obat diabetes dapat menyebabkan gagal ginjal?
Baca Juga : Berita Kesehatan Akurat: Cara Mengonsumsi Obat Diabetes yang Tepat!
Dokter spesialis penyakit dalam Dr. dr. Em Yunir, SpPD-KEMD secara tegas membantah desas-desus yang beredar tersebut.
Menurut Em Yunir, obat diabetes tidak memberikan efek samping seperti gagal ginjal seperti yang dipahami beberapa masyarakat dewasa ini.
Obat diabetes juga tidak menyebabkan pasien harus menjalani cuci darah atau hemodialisa akibat gagal ginjal.
Baca Juga : Hati-hati, 6 Nama Bayi Populer di Indonesia Ini Ternyata Dilarang di Luar Negeri
Sebab obat diabetes telah dibuat sedemikian rupa agar aman dikonsumsi dalam jangka waktu yang panjang.
Em Yunir menegaskan bahwa penderita justru bisa mengalami gagal ginjal bila tidak mengonsumsi obat diabetes.
Sebab obat diabetes dapat mestabilkan gula darah sehingga mencegah komplikasi penyakit lain, termasuk gagal ginjal.
Hal ini lah yang kadang-kadang disalah diartikan oleh pasien diabetes
"Mitos ini yang lekat di masyarakat, kalau diabetes menyebabkan gagal ginjal. Nah, kalau udah begitu harus cuci darah.
Akhirnya mereka berhenti, tak minum obat lagi, dan tak mau konsul sama dokter.
Kalau sudah ada keluhan atau gagal ginjal, dia kira karena kebiasaannya minum obat diabetes. Padahal bukan. Itu justru terjadi karena dia berhenti mengonsumsi obat," tegas Em Yunir saat diwawancarai oleh Nakita secara ekslusif di kawasan Salemba, Jakarta, Rabu (10/10).
Em Yunir menjelaskan bahwa jika pasien diabetes berhenti mengonsumsi obat, maka gula darahnya akan naik.
Gula darah yang naik ini yang kemudian bisa merusak pembuluh darah kecil maupun besar di seluruh tubuh.
Kenaikan ini yang menyebabkan kerusakan di berbagai organ tuibuh, termasuk ginjal.
Baca Juga : Nurbaeny Janah Asisten Pribadi Cantik Hotman Paris, Digaji 20 Juta per Bulan Bonusnya Mercedes Benz
"Jadi komplikasi itu sering kali bukan karena efek minum obat, tetapi karena gula darahnya yang tidak terkontrol," jelasnya.
Seperti yang kita ketahui, diabetes atau Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik kronis yang disebabkan oleh adanya gangguan dengan hormon insulin.
Dimana hormon ini dihasilkan oleh organ pankreas dan berperan untuk mengatur penggunaan glukosa oleh otot, lemak, atau sel-sel lain di tubuh.
Diabetes terjadi ketika pankreas tidak bisa menghasilkan insulin, pankreas memproduksi insulin dalam jumlah yang sangat sedikit, dan ketika tubuh tidak bisa merespon dengan tepat terhadap insulin.
Oleh karena itu, ketika diabetes terjadi maka ada peningkatan kadar gula dalam darah seseorang.
Secara umum, diabetes dibedakan menjadi dua tipe.
Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 terjadi karena sel-sel pankreas yang memproduksi insulin (disebut sel beta) dihancurkan oleh sistem kekebalan tubuh.
Orang dengan diabetes tipe 1 tidak bisa menghasilkan insulin dan harus menggunakan suntikan insulin untuk mengontrol gula darah mereka.
Diabetes tipe 1 paling sering ditemukan pada orang di bawah usia 20, tetapi bisa juga terjadi pada usia berapa pun.
Di Indonesia sendiri, terjadi peningkatan DM tipe 1 lebih dari 500% dalam 5 tahun terakhir.
Baca Juga : Terkuak Perawatan Rutin Barbie Kumalasari yang Mencapai Rp 4 Miliar
Gejala diabetes tipe 1 sering terjadi secara tiba-tiba dan bisa parah.
Beberapa gejala diabetes tipe 1 yakni:
- Rasa haus cepat meningkat
- Rasa lapar cepat meningkat
- Mulut kering
- Sering buang air kecil
- Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
- Kelelahan
- Penglihatan kabur
- Susah bernapas, napas berat
- Dalam kasus tertentu bisa kehilangan kesadaran atau pingsan
Baca Juga : Agar Perkembangan Otak Anak Optimal, Ini Tips Memilih Mainan Ala Dokter Reisa
Diabetes tipe 2
Tidak seperti orang dengan diabetes tipe 1, orang dengan diabetes tipe 2 tetap bisa memproduksi insulin.
Namun, insulin yang dikeluarkan oleh pankreas mereka tidak cukup atau tubuh resisten terhadap insulin.
Ketika tidak ada cukup insulin atau insulin tidak digunakan sebagaimana mestinya, glukosa tidak bisa masuk ke sel-sel tubuh.
Diabetes tipe 2 biasanya terjadi pada orang di atas usia 40 yang kelebihan berat badan, tetapi dapat juga terjadi pada orang yang langsing atau kurus.
Meski awalnya biasanya terjadi pada orang di atas usia 40, tetapi kini kenyataannya diabetes tipe 2 juga terjadi pada orang di usia 20-30.
Beberapa orang dapat mengelola diabetes tipe 2 mereka dengan mengendalikan berat badan mereka, mengawasi diet mereka, dan berolahraga secara teratur.
Beberapa orang lainnya mungkin juga perlu mengonsumsi obat atau menggunakan suntikan insulin.
Baca Juga : Miliki Kulit Sehat, Nana Mirdad Atasi Jerawat dengan 2 Bahan Alami Ini
Gejala diabetes tipe 2 mungkin sama dengan gejala diabetes tipe 1.
Namun ada beberapa gejala lain yang perlu diperhatikan, yakni:
- Luka yang tidak kunjung sembuh
- Gatal pada kulit (biasanya di daerah vagina atau selangkangan)
- Infeksi ragi
- Tiba-tiba mengalami penambahan berat badan
- Mati rasa atau kesemutan pada tangan dan kaki
- Impotensi atau disfungsi ereksi
Baca Juga : Bisa Berbahaya, Jangan Abaikan 10 Gejala Sederhana Ini Ketika Terjadi Pada Anak
Hingga sampai saat ini, diabetes belum dapat disembuhkan.
Namun diabetes bisa dikelola dan dikendalikan.
Caranya dengan mengatur rencana makan yang seimbang, berolahraga secara teratur, minum obat yang diresepkan, pemantauan gula darah secara rutin, dan mengikuti anjuran yang diperintahkan oleh dokter.(*)
Source | : | WebMD,Diabetes.org.uk |
Penulis | : | Fadhila Auliya Widiaputri |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR