Tabloid-Nakita.com - Perilaku konsumtif berlangsung selama seseorang tidak dapat menahan keinginannya untuk memiliki barang atau memakai jasa (yang sebenarnya tidak dibutuhkan). Idealnya, anak perlu diajarkan sejak dini bahwa tidak semua keinginannya dapat dipenuhi atau barangkali ia perlu menunggu sebelum keinginannya terkabul. Dengan pembiasaan seperti itu, anak belajar mengontrol keinginannya termasuk mengerem sikap konsumtifnya.
Karena anak sangat bergantung pada pengasuhan dan pendidikan yang diberikan oleh orangtuanya, mereka lebih mudah dan cepat belajar dengan mencontoh. Orangtua perlu konsisten dalam berperilaku agar anak menampilkan perilaku yang positif. Nah, berikut ini 10 cara yang dapat orangtua lakukan untuk mencegah terbentuknya perilaku konsumtif pada anak:
1. Beri contoh yang baik
Ketika mengajak anak membeli sesuatu di toko, jelaskan kepada anak, “Mama harus membeli sepatu karena sepatu Mama sudah rusak!” Dengan begitu, anak tahu bahwa kita membeli memang benar-benar membutuhkan.
2. Ajarkan membedakan keinginan dan kebutuhan
Buat daftar keperluan dan alasannya. Latih anak untuk merencanakan aktivitas konsumsinya. Jika anak sudah lebih besar, libatkan ia dalam menghitung kebutuhan harian keluarga. Misalnya, dengan memerhatikan perlu berapa kg gula pasir atau berapa liter minyak goreng dalam satu bulan. Anak akan berlatih dengan aktivitas nyata, bukan sekadar teori.
3. Ajari anak tidak tergiur iklan
Temani anak kala menonton teve. Perilaku konsumtif anak seringkali datang salah satunya karena ia tergiur iklan. Biasanya keinginan tersebut hanya nafsu sesaat karena melihat iklan. Alihkan perhatiannya, bisa dengan mengubah channel, mengajak anak beraktivitas lain, dan sebagainya.
4. Tidak menuruti setiap permintaan
Tentu dengan memberikan penjelasan mengapa permintaannya tidak dikabulkan. Ini juga merupakan cara efektif melatih anak mengendalikan keinginannya, membuatnya berpikir bahwa tidak semua keinginannya bisa terpenuhi, juga memberikan arahan kepada anak untuk hidup hemat.
5. Ajarkan tentang uang
Di usia prasekolah, anak mulai memahami makna uang. Uang bisa digunakan untuk membeli sesuatu, seperti: mainan dan makanan. Namun, anak belum memahami betul dari mana uang itu didapat, bahwa uang tidak datang tiba-tiba, melainkan perlu kerja keras untuk mendapatkannya. “Papa dan Mama harus bekerja untuk mendapatkan uang, jadi kita harus hemat. Enggak perlu beli barang yang enggak kita butuhkan!”
6. Ajarkan skala prioritas
Apa yang lebih dibutuhkan, perlu diajarkan kepada anak sejak dini supaya anak terlatih untuk menentukan mana yang lebih diperlukan dan mana yang tidak. Umpama, dalam satu kesempatan, anak minta dibelikan sepatu dan tas. Kita bisa mengajak anak untuk menilai mana yang lebih dibutuhkan, sepatu atau tas. “Sepatu kamu sudah kekecilan, tapi tas kamu masih bagus sekali. Jadi, sekarang kita beli sepatu saja ya!” Dengan penjelasan ini, anak diharapkan bisa memahami mana yang lebih dibutuhkan.
7. Tunda kenikmatan
Bulan ini tidak ada alokasi dana untuk membeli mainan sementara anak minta dibelikan robot-robotan yang harganya lumayan mahal, tak masalah jika menunda membelikannya hingga ke bulan berikutnya saat kita sudah mengalokasikan dana untuk membeli mainan. Bisa juga dengan meminta anak menyisihkan uang jajannya, jika uang tersebut sudah terkumpul baru dibelikan robot-robotan. Penundaan ini mengajari anak bahwa tidak setiap waktu anak bisa mendapatkan benda yang diinginkan, mengajarinya untuk merencanakan dan berusaha lebih gigih dengan menyisihkan uang jajan.
8. Perlihatkan cara menghargai benda
Anak perlu diajarkan caranya menghargai benda yang ia miliki. Sepatu, misalnya, tunjukkan padanya bagaimana cara memelihara. Setelah dipakai, kita letakkan di rak sepatu, menyimpannya dengan baik, tunjukkan ketika kita mencuci sepatu, membersihkan jika ada kotoran menempel, dan sebagainya. Minta anak melakukan hal yang sama kepada sepatunya. Ini adalah cara membuat anak menghargai benda miliknya.
Mengajarkan anak agar tidak konsumtif ternyata berkaitan dengan hal-hal lain yang lebih mendasar. Dengan menghargai barang yang dimiliki, anak akan jadi tahu bahwa ia sebenarnya tidak membutuhkan barang yang baru. Bahkan, mungkin ia pun akan lebih banyak belajar berbagi dengan memberikan barang-barang yang sudah tak dapat dipakainya pada orang lain.
Narasumber: Alzena Maskouri, MPsi, Klinik Tumbuh Kembang Bestariku Bintaro, Jakarta Selatan
(Irfan Hasuki)
Wapres Gibran Minta Sistem PPDB Zonasi Dihapuskan, Mendikdasmen Beri Jawaban 'Bulan Februari'
Penulis | : | rumiyati |
Editor | : | Dini Felicitas |
KOMENTAR