Nakita.id - Bagi petugas Basarnas, keselamatan masyarakat dan juga proses evakuasi berjalan lancar merupakan tugas dan tanggung jawab utamanya.
Tak heran bila mereka rela menghabiskan hari demi hari mereka demi mengemban tugas kemanusiaannya.
Seperti yang dilakukan seorang petugas bernama Alfrits Rottie.
Alfrits merupakan anggota Basarnas Gorontalo, yang beberapa waktu lalu menjadi bagian dari misi kemanusiaan terhadap korban gempa bumi dan tsunami Palu.
Baca Juga : Bermodal Linggis, Seorang Ayah Berusaha Cari Anak Gadisnya di Reruntuhan Hotel Roa Roa,
Saat tengah bertugas, Alfrits tiba-tiba mendapat kabar bahwa istrinya sakit dan harus dibawa ke rumah sakit.
Sabtu (13/10/2018) misi berakhir, Alfrits sudah di Gorontalo pada Minggu pagi.
Namun, menjelang Maghrib, Devita Purnamasari Muhidin, istrinya menghembuskan nafas terakhir.
Devita Purnamasari Muhidin yang akrab dipanggil Vita baru setahun dinikahi Frits.
Vita merupakan pengajar di Politeknik Gorontalo.
Baca Juga : Evakuasi Korban di Hotel Roa Roa Palu Terkendala Alat Berat, Ketua Basarnas: Kita Berpacu dengan Waktu
Ia juga dikenal sebagai penyanyi di Gorontalo Inovasi Choir bagian sopran, sebuah kelompok seni ternama di Gorontalo.
"Saat diperintahkan ke Palu, Frits menolak dengan alasan sedang menunggui istrinya sakit, namun justru istrinya yang memintanya untuk berangkat, istrinya bilang masyarakat Sulawesi Tengah lebih membutuhkan, kalau istrinya masih ada keluarga yang menjaga," kata M Rizal, Kepala Seksi Sumber Daya Basarnas Gorontalo, Selasa (16/10/2018).
Perjalanan misi kemanusiaan Alfrits Rottie dan tim Basarnas Gorontalo ke Palu dilakukan melalui perjalanan darat pada malam pascagempa 7,4 magnitudo dan tsunami, Jumat (28/9/2018).
Dalam tim ini Alfrits membawahi 16 orang yang kemudian bergabung dengan tim Basarnas dari daerah lain di Palu.
Baca Juga : Kesaksian Mengejutkan Tsunami di Palu, Air Tsunami Tak Masuk ke Masjid, Tapi Melompati Kubahnya!
Di sini seluruh anggota Basarnas berkoordinasi dalam satu komando operasi.
Saat menangani Hotel Roa Roa, Direktur Operasional Basarnas, Brigjen TNI (Mar) Bambang Suryo Aji memerintahkan Alfrits sebagai komadan tim.
Di sinilah dedikasi Alfrits terlihat. Ia memimpin tim yang berhasil mengevakuasi selamat seorang perempuan di dalam reruntuhan beton, Fitri Leonika Riani.
"Mereka menggunakan chipping hammer untuk masuk dalam reruntuhan beton, mereka membobol beton dengan cara berbaring, sangat sempit, bahkan memutar badan saja tidak bisa," kata M Rizal.
Baca Juga : Firasat Suami Chacha Federica Soal Gempa Palu, Jadi Selamatkan Nyawanya!
Saat evakuasi Hotel Roa Roa membutuhkan tim yang lebih spesifik, Alfrits dan tim kemudian ditarik ke kawasan Petobo yang mengalami likuifaksi.
Di sini mereka diuji untuk menyelamatkan seseorang yang terhimpit benda keras di dalam kubangan air dan lumpur.
"Semakin disedot, air semakin banyak dan menenggelamkan korban. Akhirnya tim kami memutuskan untuk mengirimkan oksigen melalui selang kepada korban yang sudah tenggelam dan terjepit ini. Evakuasi ini sangat berat, namun Alfrits dan tim berhasil menyelamatkan nyawa korban likuifaksi ini," ujar M Rizal.
Selama melakukan misi kemanusiaan di Sulawesi Tengah, Alfrits Rottie ditugaskan di Balaroa, Sigi, Petobo, Hotel Roa Roa dan Hotel Mercure.
Baca Juga : Detik-detik Penyelamatan Korban Selamat di Bawah Reruntuhan Hotel Roa Roa
"Istri yang meminta saya untuk menolong korban gempa dan tsunami, saya harus melaksanakan dengan sungguh-sungguh," kata Alfrits Rottie.
Alfrits Rottie mengakui kesulitan berkomunikasi dengan keluarganya pada awal tiba di Palu.
Padahal ia juga ingin memantau perkembangan kesehatan istrinya yang sedang terbaring lemah.
Kota Palu pada awal bencana benar-benar lumpuh.
"Selama 4 hari di Palu tidak ada komunikasi dengan istri karena belum ada sinyal," ujar Alfrits.
Di tempatnya bertugas Alfrits mengharapkan kesembuhan istrinya, untuk itu berusaha mengerahkan semua kemampuannya agar bisa menyelamatkan orang-orang yang menjadi korban gempa ini.
Ia memfokuskan diri pada penyelaman korban gempa sebanyak mungkin.
"Setelah misi kemanusiaan di Palu ini berakhir dan istri sembuh, kami berencana berbulan madu ke Bandung," kata Alfrits.
Baca Juga : Semula Diremehkan Jadi Wakil Wali Kota Palu, Pasha Ungu Tunjukkan Tindakan Nyata Bangkitkan Lagi Palu
Setelah dua pekan menjalankan misi kemanusiaan di Palu, tim Basarnas balik ke Gorontalo.
Alfrits pun langsung mengunjungi istrinya di Rumah Sakit Aloei Saboe. Mulai pagi hingga sore dihabiskan dengan istrinya.
Usai salat Dzuhur, Vita meminta ayahnya untuk mengumandangkan adzan dan iqamat di sampingnya.
Menjelang sore, Vita meminta suami dan ayahnya untuk segera shalat Ashar di masjid rumah sakit.
Sepeninggal kedua lelaki yang dicintainya ini, Vita kemudian meminta adik bungsunya untuk membaca Al-Quran di sisinya.
Baca Juga : Saksi Kunci Petaka Hilangnya Petobo Akibat Gempa dan Tsunami di Palu Hingga Jenazah yang Makin Menumpuk
Ia ingin mendengarkan ayat-ayat suci ini. Usai shalat Ashar, Alfrits dan mertuanya kembali ke ruang perawatan dan melihat adik Vita masih mengaji.
Mereka pun merasakan Vita tertidur lelap di samping adiknya.
Namun saat itu sebenarnya Vita benar-benar tidur panjang, perempuan penyabar ini dipanggil Sang Khalik selamanya.
Alfrits dan keluarga terpukul atas kepergian Vita, namun mereka mengikhlaskan.
Bagi mereka ketentuan Tuhan adalah yang terbaik bagi semuanya, tugas Vita di dunia sudah usai.
Termasuk mendampingi Alfrits sebagai istri yang hanya 13 bulan.
Baca Juga : Selamat! Adik Kate Middleton, Pippa Middleton Melahirkan Bayi Pertamanya, ini Jenis Kelaminnya
Rescuer ini bersedih, ia kehilangan separuh nyawanya, kehilangan istri hebat yang selamat ini memberi penyemangat dalam menjalankan misi kemanusiaan.
Vita telah pergi selamanya, meninggalkan kenangan indah.
Hari-hari yang dilaluinya bersama Alfrits sangat memesona, tercermin dari ungkapan-ungkapan percakapan pesan di WhatsApp yang dikirimnya.
Baca Juga : Gempa Tsunami Palu: Balita Terpisah dari Orangtuanya Ditemukan di Puing-puing Bangunan
"Vita memang aktif, dia mengajar, kuliah di program pascasarjana, menyanyi di berbagai kegiatan hingga ikut paduan suara internasional," kata Nur Syarhijjah Bone, salah seorang kerabatnya, Nur Syarhijjah Bone juga menjelaskan, almarhumah Vita belum dikarunia anak, usia pernikahan baru masuk 13 bulan.
Ia memiliki tekad yang kuat untuk belajar. Hingga wafatnya, Vita tercatat sebagai dosen di Politeknik Gorontalo dan memiliki tugas tambahan di kampusnya sebagai Kepala Sub-Bagian Pengembangan Kerjasama.
"Bencana di Sulteng meninggalkan duka yang mendalam untuk bangsa Indonesia. Kami hadir, bekerja keras untuk misi kemanusiaan. Tahukah Anda? Ketika sang pejuang kemanusiaan rela atas kehilangan sang istri tercinta, kami berduka sedalam dalamnya," kata Direktur Operasi Basarnas, Brigjen Mar Bambang Suryo Aji.
(Artikel ini pernah tayang di KOMPAS.com dengan judul Jalankan Misi Kemanusiaan di Palu, Suami Tinggalkan Istri Sakit hingga Akhirnya Meninggal Dunia)
Rekomendasi Sunscreen untuk Si Kecil: Gently Sunscreen SPF50+ PA++++ dengan Serum Anti-Polusi!
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR