Nakita.id - Sudah 8 tahun Happy Salma menikah dengan keturunan kerajaan di Bali, Tjokorda Bagus Dwi Santana Kerthyasa.
Ia menikah dengan Tjokorda Bagus, seorang laki-laki keturunan raja Bali pada 2010 silam.
Baca Juga : Berusia 42 Hari, Bayi Happy Salma Pakai Baju Adat Bali Bikin Gemas
Sejak menikah dengan Tjokorda Bagus, Happy Salma memutuskan hengkang dari dunia hiburan dan mengikuti kepercayaan suami.
Selain Happy Salma, masih banyak artis yang menikah dengan orang asal Bali.
Fenomena ini membuat publik penasaran dengan kehidupan para artis setelah menjadi istri orang Bali, terlebih Happy Salma.
Rupanya mereka melalui prosesi adat pernikahan Bali yang tak mudah dan cukup panjang.
Baca Juga : Anak Happy Salma Rayakan Hari Saraswati Bersama Para Sepupu, Penampilannya Pakai Baju Bali Curi Perhatian
Bali memang terkenal dengan nilai budaya yang tinggi. Salah satu yang menjadi daya tarik adalah pesta pernikahan adat Bali.
Upacara adat Bali yang dikenal juga dengan upacara pawiwahan bertujuan untuk melahirkan keturunan yang akan meneruskan jalannya kehidupan di dunia.
Keseluruhan prosesi berlangsung begitu hikmat dan indah, tidak heran jika momen ini pasti diabadikan oleh fotografer wedding di Bali.
Biasanya prosesi ini tidak terbuka bagi umum. Bagi Anda yang berkesempatan untuk menyaksikannya secara langsung, maka Moms sungguh beruntung.
Baca Juga : Pengasuhnya Menikah, Warganet Pertanyakan Nasib Gempi Selanjutnya
Mapesedek
Tahap pertama ini merupakan kunjungan awal keluarga mempelai pria ke rumah keluarga mempelai wanita dengan maksud memberitahukan bahwa mempelai pria ingin mempersunting mempelai wanita.
Setelah mendapatkan jawaban dari keluarga mempelai wanita, keluarga mempelai pria lalu mengundurkan diri kemudian berkonsultasi dengan pendeta tentang persiapan upacara pernikahan.
Makta Penangsek
Keluarga mempelai pria berkunjung ke keluarga mempelai wanita dengan membawa sejumlah bingkisan.
Mulai dari canang pengraos yang berisi buah-buahan serta seperangkat pakaian dan makanan.
Pada tahap ini kedua calon mempelai juga melakukan prosesi tukar cincin. Setelah upacara ini selesai, mempelai wanita dipingit sampai tiba hari penjemputan tiba.
Baca Juga : Berita Kesehatan: Anak Zaskia Mecca Asma di Usia 7 Bulan, Kenali Faktor Risiko dan Penanganannya Pada Anak
Ngambil Pengantin Istri
Setelah bersembahyang di pura keluarga, mempelai pria dan keluarganya berangkat dan menjemput mempelai wanita.
Kemudian, kedua mempelai duduk bersama di hadapan kedua orangtua mereka dan juga para kelian banjar dan bendesa desa pakraman setempat untuk mendapatkan wejangan.
Pada kesempatan ini, Kelian banjar dari kediaman mempelai pria menerima kehadiran mempelai wanita sebagai warga baru di banjarnya.
Mempelai wanita kini secara resmi sudah menjadi warga di banjar mempelai pria.
Baca Juga : Berita Kesehatan: Suhu Panas Landa Jakarta, Sel Tubuh Anak Bisa Rusak
Mungkah Lawang
Melansir dari Weddingku.com sebuah Wedding Organizer, prosesi ini mirip dengan buka pintu di dalam adat pernikahan Sunda.
Perbedaannya terletak pada orang yang mengetuk pintu, yakni yang bertugas mengetuk pintu kamar calon mempelai perempuan sebanyak 3 kali adalah seorang utusan yang disebut 'mungkah lawang'.
Kedatangan mempelai laki-laki juga disambut dengan tembangan yang mengandung makna kehadiran mempelai laki-laki untuk menjemput perempuannya.
Jika diizinkan, calon mempelai laki-laki akan emmbuka pintu lalu menggendong mempelai perempuan menuju tandu untuk dibawa ke rumah mempelai laki-laki.
Baca Juga : Berita Kesehatan Akurat: Berbagai Obat Untuk Mengatasi Ejakulasi Dini!
Ngayab Pabiya Kaon
Sebagai upacara penyambutan mempelai wanita di kediaman mempelai pria, prosesi ini adalah upacara pensucian diri dari berbagai unsur negatif yang mungkin menyertai kedua mempelai.
Biasanya dilangsungkan di halaman kediaman mempelai pria.
Mekalan-kalan
Kedua mempelai melakukan sejumlah kegiatan simbolik antara lain melakukan jual-beli sejumlah barang layaknya di pasar.
Puncak prosesi ini adalah ketika mempelai pria menusukkan keris ke selembar tikar kecil dari daun pandan yang dipegang oleh mempelai wanita.
Baca Juga : Bayi Tanpa Wajah, Divonis Bertahan Hidup 2 Minggu, Kemarin Ia Merayakan Ulang Tahun Pertamanya
Kedua mempelai lalu mengangkat sumpah di hadapan pendeta untuk hidup bersama dengan direstui dan disaksikan oleh keluarga kedua belah pihak dan sejumlah kerabat. Pada upacara ini maka sudah sah sebagai suami dan istri.
Baca Juga : Riset : Pria Berisiko Tinggi Alami Kematian Saat Berhubungan Intim dengan Selingkuhan!
Masih ada tahap selanjutnya yakni widi widana, mepejati, dan ngayap. Ketiganya merupakan serangkaian upacara penyujian diri dan permohonan restu kedua mempelai kepada keluarga dan Sang Hyang Widhi Wasa.
Source | : | Kompas.com,nakita |
Penulis | : | Shevinna Putti Anggraeni |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR