"Hubungan ini tampaknya didorong oleh fakta bahwa orang-orang yang menyenangkan kurang peduli tentang uang, dan karena itu berisiko lebih tinggi mengalami kesalahan dalam keuangan," ucapnya.
Sebagai contoh, kata Gladstone, orang-orang baik lebih kecil kemungkinannya untuk memeriksa laporan keuangan mereka dan mempertahankan anggaran yang bertanggung jawab.
Sebaliknya, orang-orang yang dinilai "jahat", menurut Gladstone, memiliki sikap kompetitif dan lebih pelit sehingga hasil keuangannya lebih baik.
Selain itu, biasanya orang baik memiliki banyak teman sehingga banyak yang bersedia membantunya apabila dalam kesulitan keuangan dengan memberikan pinjaman.
Hutang memang menjadi penolong untuk sesaat, namun apabila lagi-lagi kita tidak bisa mengatur keuangan dengan baik, maka bukan tidak mungkin kita menumpuk hutang hingga berakhir menjadi terlilit hutang.
Baca Juga : Model Pengendara CR-V Bersama Suami Orang Sempat Koma Sebelum Meninggal, Ini yang Dirasakan Tubuh Saat Koma!
Orang yang kurang baik cenderung mandiri dan tidak berhutang kepada orang lain.
Namun, peneliti menggarisbawahi bahwa sifat seseorang bukan menjadi kunci sarana keuangan, hal yang paling penting adalah sumber pendapatan.
"Hubungan antara kebaikan dan kesulitan keuangan lebih banyak ditemukan untuk individu berpenghasilan rendah, yang tidak memiliki sarana keuangan untuk mengompensasi dampak merugikan dari kepribadian mereka yang menyenangkan," kata Gladstone.
Berdasarkan data dari riset terkait yang meneliti orang di atas 25 tahun, peneliti juga menemukan tingkat kebaikan atau sikap menyenangkan seseorang di masa kecil bisa menjadi tanda untuk masalah keuangan di masa dewasa.
"Hasil riset membantu kami untuk memahami satu faktor potensial yang mendasari kesulitan keuangan, yang dapat memiliki implikasi serius bagi kesejahteraan masyarakat," kata Matz.
Jadi, kesimpulan yang dilakukan penelitian di atas adalah ‘menjadi baik memang berdampak pada keuangan, terutama bagi mereka yang tidak memiliki sarana untuk mengimbangi kepribadian mereka’.
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
Source | : | CNBC,WebMD,dailymail.co.uk,psychology today,kompas |
Penulis | : | Kirana Riyantika |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR