Nakita.id - Mungkin banyak orang yang keliru mngenai kejang demam dan juga epilepsi.
Banyak yang menganggap bahwa kejang demam dan epilepsi adalah penyakit yang sama.
Padahal, kejang demam atau step adalah kejang yang dipicu oleh demam.
Baca Juga : Hati-Hati! Kejang Demam Berkepanjangan Dapat Ganggu Kecerdasan Anak
Sedangkan, epilepsi adalah kondisi neurologis (memengaruhi otak dan sistem saraf) dimana seseorang memiliki kecenderungan untuk mengalami kejang yang dimulai di otak.
Kejang epilepsi juga tidak disertai oleh demam, seperti pada kejang demam.
Sekitar 3-5% anak-anak usia di bawah 6 tahun pernah mengalami kejang demam, namun kejadian kejang demam paling sering terjadi pada usia 18 bulan hingga 3 tahun.
Baca Juga : [VIDEO] Tips & Trick - Penanganan Kejang Demam pada Anak Secara Tepat
Kejang demam terjadi karena aktivitas listrik di otak terganggu oleh demam.
Baca Juga : Cegah Epilepsi atau Ayan pada Bayi dan Anak, Ini Caranya!
Penyakit yang dapat menyebabkan kejang demam adalah flu, infeksi telinga, dan infeksi lain yang biasanya tidak serius.
Padahal penyakit seperti meningitis juga dapat menyebabkan kejang dan demam.
Faktor risiko
Kecenderungan mengalami kejang demam juga diwariskan dalam keluarga.
Risiko anak memiliki kejang demam adalah 10-20% bila salah satu orangtuanya pernah mendapatkannya.
Baca Juga : Inilah Tanda dan Penyebab Malnutrisi pada Orang Dewasa, Waspada!
Risiko meningkat menjadi sekitar 30% jika kedua orangtua dan saudara kandung pernah mendapatkannya.
Sebagian besar kejang demam tidak berulang alias hanya terjadi sekali seumur hidup anak.
Namun riset menunjukkan, 1 dari 3 yang pernah mengalami kejam demam akan mengalaminya untuk kedua kali.
Baca Juga : Berita Kesehatan Akurat: Bahaya Dibalik Obat Kuat Alias Suplement Seks
Risiko kejang demam berulang lebih tinggi jika penderitanya berusia kurang dari 18 bulan, ada riwayat keluarga kejang demam, atau jika penyebabnya adalah demam yang tidak terlalu tinggi (kurang dari 38,5° C).
Baca Juga : Berita Kesehatan Terbaru: Si Kecil Alergi? Ini Cara Mudah Mendeteksinya
Tanda anak alami kejang demam
Pada saat kejang dimulai, tubuh anak tiba-tiba kaku dan bola matanya berputar ke belakang lalu hilang kesadaran.
Tubuh, tangan, dan kaki kemudian mengejang dengan kepala terdongak dan napasnya tidak beraturan.
Kondisi ini biasanya tidak berlangsung lama. Dalam beberapa detik sampai menit anak akan kembali sadar.
Baca Juga : Anak Susah Makan? Cukup Pakai Temulawak untuk Nafsu Makan Anak
Dampak kejang demam
Kejang demam tidak akan menyebabkan kerusakan otak, bahkan yang berlangsung satu jam sekalipun.
Namun orangtua perlu membedakan antara kejang demam dengan kejang epilepsi.
Pengobatan
Sebagian besar kejang demam berhenti sendiri dalam beberapa menit tanpa pengobatan.
Jika anak mengalami kejang demam, tetap tenang dan ikuti langkah-langkah berikut:
Baca Juga : Berita HOAX Kesehatan: Saat Hamil Harus Rajin Minum Suplemen Vitamin, Jangan Percaya, Bayi Bisa Cacat!
- Baringkan anak dalam posisi miring agar makanan, minuman, muntahan, atau benda lain yang ada dalam mulut akan keluar sehingga anak terhindar dari bahaya tersedak
Baca Juga : Berita Kesehatan: Curahan Pilu Angelina Jolie Lakukan Operasi Angkat Payudara dan Rahim Untuk Hindari Kanker
- Amati waktu kejang anak
- Singkirkan benda keras atau tajam di dekat anak
- Longgarkan pakaian anak
- Jangan menahan atau mengganggu gerakan anak
- Jangan memasukkan apapun ke mulut anak.
Baca Juga : Bahaya! Jangan Konsumsi 5 Makanan Ini di Pagi Hari, Nomor 2 Sering Dilakukan
Jika anak mengalami kejang demam yang berlangsung lebih dari 5 menit, atau jika anak mengalami kejang berulang, hubungi pertolongan medis darurat.
Dilansir dari nejm.org, diazepam mungkin akan diresepkan oleh dokter untuk mengurangi kejang yang berulang.
Diazepam rektum (melalui anus) yang diberikan dengan dosis 5 mg setiap 8 jam ketika suhu di atas 38.4° C, efektif dalam mengurangi frekuensi kekambuhan.
Baca Juga : Berita Hoax Kesehatan: Sakit, Antibiotik Menjadi Salah Satu Obatnya
Baca Juga : Berita Hoax Kesehatan: Memberi Makan Bayi Dengan Metode Baby-Led Weaning Lebih Baik, Faktanya Berbahaya
Diazepam oral (dikonsumsi melalui mulut) intermiten dengan dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam juga efektif dalam mencegah kejang berulang.
Tetapi diazepam oral ini memiliki efek samping yaitu menyebabkan kantuk dan ataxia (gangguan saraf) pada 30% anak yang mengonsumsinya.
Baca Juga : Eksklusif : Meriahnya Acara Tedhak Siten Putra Kedua Dokter Reisa, Lihat Prosesinya!
Oleh karena itu, dokter akan menimbang perlu atau tidaknya konsumsi obat pada anak yang mengalami kejang demam.
Ingat, selalu berkonsultasi dengan dokter sebelum memberikan obat apapun pada anak.
Baca Juga : Berita Hoax Kesehatan: Vaksin MMR Menyebabkan Autis, Dipercaya Hingga Sekarang
Source | : | web md,epilepsysociety.org.uk |
Penulis | : | Nia Lara Sari |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR