Sebab, uang mahar yang merupakan salah satu syarat dalam menggelar pernikahan sesuai adat Bugis Makassar ini bernilai sangat besar, bahkan hingga miliaran rupiah.
"Jadi orangtua biasanya memasang nilai uang panaik, karena untuk melihat masa depan anaknya.
Jadi beda-beda itu besarannya, disesuikan dengan statusnya wanita lulusan apa, kerjaannya apa, apakah dia PNS atau dokter. Tambah mahal lagi, kalau itu si wanita sudah naik haji dan mempunyai rumah serta harta."
Baca Juga : Megahnya Resepsi Putri Eugenie & Foto 'Pribadi' Saat Pernikahannya, Anak Kate Middleton Jadi Sorotan!
"Jadi pemikirannya itu orangtua, enak saja ini laki-laki menikah tidak ada apa-apanya langsung saja dapat pendamping hidup lengkap masa depan, rumah dan segalanya."
"Itu yang biasa menjadi patokan. Jadi tentu mahal dong panaik-nya kalau wanita yang dilamar itu sudah sukses dari segi ekonominya," terang seorang budayawan asal Sulawesi Selatan, Prof. Dr. Nurhayati.
Ia juga menjelaskan bahwa sebenarnya uang panaik mempunyai nilai leluhur yang sangat baik.
Budaya uang panaik ini sudah ada sejak zaman Raja I La Galigo.
Waktu itu, Sawerigading menikahi We Cudai dengan uang panaik berupa emas, uang bingkisan yang sebanyak satu kapal penuh.
"Itulah sejarah singkatnya uang panaik sudah ada sejak zaman I La Galigo. Uang panaik bersangkut paut dengan harkat dan martabat seorang laki-laki, supaya dia bekerja keras," terangnya.
Nurhayati melanjutkan bahwa ada kalanya uang panaik dipatok terlalu tinggi sebagai bentuk penolakan halus pinangan laki-laki.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Source | : | Kompas.com,Instagram,Tribun Style |
Penulis | : | Rosiana Chozanah |
Editor | : | Nakita_ID |
KOMENTAR