Nakita.id – Cinta merupakan perasaan yang fitrah dimiliki oleh setiap manusia. Dengan adanya cinta, maka kehidupan di bumi akan berlangsung aman dan damai, karena cinta membuat orang-orang menjadi bertindak penuh kasih sayang.
Sejak lahir, manusia diajarkan mengenai cinta kasih dari lingkungan keluarga.
Orangtua dan keluarga dekat memberikan kasih sayang untuk dirasakan anak-anaknya.
Setelah beranjak besar, anak-anak akan mempelajari cinta dari lingkungan, sekolah, dan teman sepermainan.
Kemudian saat beranjak dewasa, seseorang akan mulai mengenal cinta antara perempuan dan pria.
Baca Juga : Anak Desy Ratnasari Beranjak Remaja, Aura Cantiknya Balap Sang Ibu
Baca Juga : Rahasia Rambut Sehat nan Berkilau Titi Kamal, Lakukan Langkah Ini!
Banyak orang yang berharap bahwa kisah cinta mereka akan berakhir di pelaminan, namun ada juga orang-orang yang berpendapat bahwa cinta tak harus selalu berakhir di pelaminan.
Kisah cinta salah satu selebritis yang sempat menarik perhatian publik beberapa tahun lalu adalah kisah Desy Ratnasari dan Irwan Danny Mussry.
Desy Ratnasari merupakan artis yang telah gagal berumah tangga sebanyak dua kali, wajar apabila ia mendapat kebahagiaan dengan move on dan merasakan cinta lagi.
Melansir dari tayangan selebriti RCTI 8 tahun lalu, Desy Ratnasari mengungkap Irwan Mussry adalah sosok yang hangat.
Desy Ratnasari pun mengakui dirinya dan keluarga menyukai sosok Irwan Mussry karena sifatnya yang hangat itu.
Baca Juga : Step Skincare Korea Biar Wajah Tetap Sehat dan Glowing Natural
"Mas Irwan orang yang sangat bisa membuat suasana menjadi hangat. Apalagi kalau udah ngumpul sama keluarga itu dia yang paling bisa deh. Mungkin itu juga salah satu daya tarik yang membuat keluarga saya jatuh cinta sama mas Irwan ya," kata Desy Ratnasari.
Dulu, Desy dan Irwan Mussry begitu terbuka dengan hubungan spesialnya. Desy sang artis cantik, sedangkan Irwan pengusaha jam tangan mewah yang kaya raya.
Keduanya tampak serasi saat itu.
Baca Juga : Rekomendasi Bedak Padat untuk Kulit Berminyak, Kamu Wajib Coba
Sayangnya, hubungan asmara yang berlangsung selama 8 tahun tersebut berujung kandas. Terdapat perbedaan pandangan hidup antara Desy dan Irwan Mussry.
Dilansir Tribun Seleb dari wawancara eksklusif sebuah majalah, Desy dan Irwan harus mengakhiri hubungan mereka karena perbedaan prinsip.
"Kami berbeda pandangan dalam hal relationship, bagi saya relationship cepat atau lambat harus berakhir dengan perkawinan, tapi bagi dia nggak begitu," tutur Desy.
Baca Juga : Sekarang Sudah Berkeluarga, Dulu Gaston Castano Punya Kisah Cinta Berliku dengan Julia Perez
"Ya sudah, saya malu sama anak. Saya tidak mau memberi contoh buruk pada Nasywa, kok bundanya hanya pacaran terus, nggak kawin-kawin," lanjutnya.
Dari penuturan tersebut, publik menyimpulkan bahwa kandasnya hubungan Desy dan Irwan dikarenakan dirinya tidak kunjung dipinang oleh sang pengusaha.
"Mungkin kami memang nggak jodoh," tandasnya.
Mengapa pria memilih tak kunjung menikah?
Beberapa pria memilih untuk mempertimbangkan secara dalam mengenai pernikahan. Terkadang, ada beberapa hal yang sulit dipahami pria tentang pernikahan.
Dikutip dari allprodad.com, beberapa orang menganggap pernikahan adalah epik, dimana hal tersebut merupakan hal terbaik sekaligus tersulit.
Selain itu, ada beberapa hal sulit dipahami mengenai pernikahan. Bukan rahasia lagi bahwa pernikahan merupakan hubungan yang menuntut adaptasi dan perubahan sikap yang konstan.
Akhirnya, pernikahan yang hebat juga dianggap merupakan hasil dari perjuangan yang keras dua sejoli dalam membina mahligai rumah tangganya.
Padahal, pada kenyataannya pernikahan tak selalu semenakutkan itu.
Penting untuk memahami peran yang dimainkan oleh kejujuran dalam hubungan yang hebat.
Pernikahan melibatkan dua orang bahkan kedua belah pihak keluarga dalam hubungan yang kompleks dan akan mengalami banyak pasang surut kehidupan.
Berikut 6 hal sulit yang perlu dipahami pria tentang pernikahan.
1. Komitmen lebih penting daripada cinta
Dietrich Bonhoeffer pernah menulis yang berikut kepada pasangan yang terikat pernikahan:
"Bukan cinta Anda yang mendukung pernikahan, tetapi mulai sekarang, pernikahan yang menopang cinta Anda." - Letters and Papers from Prison.
2. Pernikahan bukan persaingan
Tidak ada kemenangan dan kekalahan dalam pernikahan. Jika salah satu pihak merasa menang, maka sebenarnya Anda berdua kalah. Konflik dapat diselesaikan melalui win-win atau lose-lose.
3. Perubahan adalah bagian dari definisi "hidup"
Beberapa orang merasa takut menikah karena khawatir setelah menikah dan menjalani hidup bersama bertahun-tahun, semuanya akan berubah tak sehangat seperti masa pacaran.
Dads, setiap orang hidup pasti mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Bahkan ada yang mengatakan bahwa perubahan merupakan bagian dari definisi hidup.
Baca Juga : Jangan Kaget Moms, 6 Hal ini Akan Terjadi Pada Organ Intim Setelah Melahirkan
4. "Harapan dan impian saya" harus menjadi "harapan dan impian kita"
Begitu kita berada dalam hubungan pernikahan, maka kita tak bisa fokus dengan sifat egosentris atau mau menang sendiri.
Ini adalah perubahan yang sulit bagi sebagian dari orang, tetapi sangat penting untuk dimengerti.
5. Lari dari masalah bukan solusi
Menutup mata dan berharap masalah segera berakhir tidak bisa membuatnya secara ajaib membuatnya menghilang.
Sikap seperti itu justru membuat masalah jadi lebih besar.
6. Pernikahan tergantung bagaimana kita merespons masalah
Kabar baiknya adalah bahwa tidak ada kesulitan dan masalah yang memiliki kekuatan untuk sepenuhnya menggagalkan pernikahan asalkan kedua belah pihak memiliki kesediaan untuk menghadapi masalah, menyingkirkan ego, bersedia untuk tumbuh, dan bergerak maju dari titik ini.
Alasan mengapa pria tak ingin menikah
Tampaknya semakin sedikit orang pada umumnya yang menikah akhir-akhir ini, dan bahkan lebih sedikit pria yang tampak tertarik. Pria tidak lagi melihat pernikahan sama pentingnya seperti yang mereka lakukan 15 tahun lalu.
Baca Juga : Lama Menghilang dari Layar Kaca, Ini Kabar Terbaru Azhari Bersaudara
Menurut Pew Research Center, responden perempuan usia delapan belas hingga tiga puluh empat tahun yang mengatakan memiliki pernikahan yang berhasil adalah salah satu hal terpenting dalam hidup mereka meningkat sembilan poin persentase sejak 1997 — dari 28 persen menjadi 37%.
Untuk pria, yang terjadi sebaliknya. Terjadi penurunan keinginan pria untuk menikah, dari 35 persen menjadi 29 persen. Mengapa?
Dikutip dari Huffingtonpost.com, dalam buku berjudul Men On Strike: Why Men Are Boycotting Marriage, Fatherhood, and the American Dream - And Why It Matters, peneliti berbicara dengan pria di seluruh Amerika tentang mengapa mereka menghindari pernikahan.
Ternyata peneliti menemukan masalahnya bukan pria yang tidak dewasa, atau malas. Sebaliknya, mereka menanggapi rasional untuk insentif di masyarakat saat ini. Inilah beberapa jawaban yang peneliti temukan.
1. Pria dianggap akan kehilangan rasa hormat
Beberapa generasi yang lalu, seorang pria tidak dianggap dewasa sepenuhnya sampai ia menikah dan punya anak-anak. T
Sering ditemukan seorang ayah menenteng tas popok berbunga di mal, atau repot menyiapkan susu bagi anaknya.
2. Pria dianggap akan kalah dalam seks
Pria yang sudah menikah memiliki lebih banyak seks daripada pria lajang, tetapi jauh lebih sedikit daripada pria yang hidup berdampingan dengan pasangan mereka di luar pernikahan.
Penelitian bahkan menunjukkan bahwa perempuan yang menikah lebih cenderung menambah berat badan daripada perempuan yang hidup bersama tanpa menikah.
Sebuah artikel Men's Health menyebutkan satu penelitian yang diikuti 2.737 orang selama enam tahun dan menemukan bahwa orang yang hidup bersama mengatakan mereka lebih bahagia dan lebih percaya diri daripada pasangan yang menikah dan lajang.
3. Pria dianggap akan kehilangan teman
Baca Juga : Tidak Hanya Denny Cagur, Artis Ini Memiliki Lift Dalam Rumahnya, Begini Tampilannya
"Lonceng pernikahan itu menghancurkan geng." Itu lagu lama, tapi itu benar. Ketika menikah, ikatan pria dengan teman-teman dari sekolah dan pekerjaan cenderung memudar.
Meskipun laki-laki dan perempuan kehilangan teman setelah menikah, itu cenderung mempengaruhi harga diri laki-laki lebih banyak, mungkin karena laki-laki cenderung kurang sosialisasi secara umum.
4. Pria dianggap akan kehilangan ruang gerak
Blog "The Art of Manliness" mencatat bahwa sebagian besar suami justru mengalami pengasingan di rumah sendiri.
Sebagian pria mengaku hanya memiliki ruangan sisa untuk pribadinya, seperti hanya tersedia sedikit lemari, atau hanya menempati loteng ketika akan melakukan hobi.
Sebab, sebagian besar rumah justru digunakan berbagai keperluan rumah tangga dan anak-anak.
5. Pria dianggap bisa kehilangan anak-anak dan uang
Banyak pria yang diajak bicara peneliti sangat sadar akan bahaya perceraian, dan khawatir jika mereka menikah dan itu menjadi hal buruk.
Perempuan itu mungkin mengambil semuanya, termasuk anak-anak.
Orang-orang lain khawatir bahwa mereka mungkin akan membayar tunjangan anak untuk anak-anak yang bahkan bukan milik mereka.
Peneliti melakukan jajak pendapat di blog kepada lebih dari 3200 pria untuk menanyakan bagaimana mereka akan bereaksi untuk mengetahui bahwa seorang anak ternyata bukan anak mereka.
32 persen mengatakan mereka akan merasa "marah pada istrinya," 6 persen mengatakan mereka akan merasa "depresi," 18 persen mengatakan "kemarahan dan depresi," 2 persen mengatakan "tidak ada di atas," 32 persen mengatakan "marah pada sistem yang memaksa mereka untuk membayar, "dan hanya 2 persen" tidak peduli.
6. Pria dianggap akan kalah di pengadilan
Pria sering mengeluh bahwa sistem hukum pengadilan keluarga tak mendukung mereka, dan faktanya memang demikian.
Perempuan mendapatkan hak asuh dan dukungan anak pada sebagian besar kesempatan.
7. Pria dianggap akan kehilangan kebebasan
Baca Juga : Bus Siswa SMAN 3 Semarang Terguling, Begini Kondisi Putra Gubernur Jawa Tengah yang Ikut Rombongan
Setidaknya, jika Dads dituduh dengan tunjangan anak yang tidak dapat dibayar, Dads dapat dipenjara.
8. Hidup lajang dirasa lebih baik
Kualitas kehidupan lajang telah meningkat.
Pria lajang pernah dipandang sebelah mata, tidak mendapat promosi untuk pekerjaan penting, yang biasanya dihargai adalah "pria dengan keluarga yang stabil".
Dulu, sulit untuk memiliki kehidupan cinta yang tidak ditujukan untuk pernikahan, dan seks pranikah berisiko dan dikecam.
Baca Juga : Anak Desy Ratnasari Beranjak Remaja, Aura Cantiknya Balap Sang Ibu
Sekarang, gaya hidup lajang dianggap menarik dan bos mungkin lebih memilih karyawan tanpa tanggung jawab keluarga yang saling bertentangan.
Ditambah video game, TV kabel, dan Internet menyediakan hiburan bagi para pria lajang.
Apakah ini baik untuk masyarakat? Mungkin tidak.
Mengatur Jarak Kelahiran dengan Perencanaan yang Tepat, Seperti Apa Jarak Ideal?
Source | : | Huffington Post,nakita,psychology today |
Penulis | : | Kirana Riyantika |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR