Rebecca Ziff, psikoterapis mengatakan, "Orangtua yang menghabiskan banyak waktunya oleh gadget bisa membentuk karakter anak jadi seorang pencari perhatian (attention seeker) karena ia membutuhkan perhatian dari orangtuanya."
Moms perlu memerhatikan batas untuk bisa sesekali bermain gadget tanpa membuat anak merasa diabaikan.
Hindari menaruh gadget di kantong celana, karena Moms tidak sadar akan mengeluarkan benda tersebut dan mulai membuka media sosial kembali.
2. Mengabaikan diri sendiri
Sangat mudah untuk mengabaikan diri sendiri. Mungkin Moms berasumsi bahwa untuk menjadi orangtua yang baik, maka harus menempatkan posisi sebagai yang terakhir dan mengutamakan anak.
Apalagi bagi seorang stay-at-home Moms, yang perlu mengerjakan berbagai pekerjaan rumah tangga.
Tetapi, Ziff kembali menjelaskan, "Sangat sulit untuk menyesuaikan diri dengan kebutuhan orang lain bila kebutuhan sendiri tidak terpenuhi."
Energi Moms berkurang, lalu mulai merasa kesal karena terlalu lelah, frustrasi atau terlalu stres untuk menikmati waktu bersama anak.
Kenali kebutuhan Moms dan cara untuk menggapai kebutuhan tersebut.
Baca Juga : Jika Mempunyai Ciri-ciri Ini, Berarti Moms Kemungkinan Lebih Cerdas dari Orang Sekitar!
Jika terlalu rumit, hal-hal sederhana namun sangat mendesak seperti waktu tidur, membuat makanan padat nutrisi, atau saat menyendiri.
Saat Moms menyusun jadwal bagi diri sendiri, anggap sebagai sesuatu yang penting sebagai pertemuan saat bekerja.
Moms tidak mungkin membatalkan janji dengan atasan, jadi mengapa membatalkan janji dengan diri sendiri?
3. Mengganti kehadiran dengan hadiah
"Sering kali orangtua menghabiskan uang untuk membeli gadget dan hadiah, tetapi tidak dengan menghabiskan waktu bersama," kata Sean Grover, LCSW , seorang psikoterapis.
Dalam Journal of Consumer Research, diketahui bahwa anak yang dihadiahi materi dan menghukumnya dengan merenggut kembali hadiah tersebut mengakibatkan anak jadi materialistik ketika dewasa nanti.
Konsekuensinya seperti hutang kartu kredit, judi, hingga perilaku konsumtif dalam menghabiskan uang.
Ajari anak untuk saling berbagi, dan tak melulu menghadiahi barang bagi anak.
Habiskan waktu yang berkualitas bersama anak sebagai cara untuk mempererat hubungan Moms dan anak.
4. Membandingkan anak dengan zaman ketika masih muda
"Ketika orangtua membandingkan diri mereka saat masih muda dengan anak mereka, hal ini secara bertentangan merenggangkan hubungan antara orangtua dan anak," terang Laura Athey-Lloyd, Psy.D, seorang psikolog.
Sebagai contoh, bila anak diejek di sekolahnya, lalu Moms membandingkan saat masih muda dulu tidak pernah diejek oleh teman sebayanya.
Mungkin secara tidak sadar, Moms mengatakan ia terlalu sensitif dan lemah. Hal ini dapat berdampak Si Kecil merasa konyol, disalahpahami, dan menyendiri.
Baca Juga : Anak Gadis Mayangsari dan Bambang Trihatmodjo Dituding Merokok di Kedai Kopi, Begini Klarifikasinya!
Bersikap empati dan pahami emosi anak, tanpa menghakimi permasalahan apa yang sedang ia lalui agar ia juga merasa dihargai.
5. Menggunakan pertanyaan tertutup
Sebagai contoh, anak bercerita dirinya berkelahi dengan teman sebangkunya.
Dibanding Moms bertanya,"Apakah kau yang memulai pertengkaran? Sudah minta maaf atau belum?" lebih baik mengatakan, "Coba ceritakan apa yang terjadi".
Pertanyaan tertutup juga menutup kesempatan Moms untuk terhubung dengan anak, mempelajari emosi dan pandangan mereka sebagai seseorang yang mengalami konflik melalui apa yang ia ceritakan lebih jelas.
Hal terpenting, peduli dan empati dengan emosi anak merupakan kunci dari menjaga hubungan yang baik antara orangtua dan dunia mereka.
Source | : | Instagram,nakita,thebump.com |
Penulis | : | Kirana Riyantika |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR