Laelatus mengatakan adanya pelbagai motif yang membuat orang berkata tidak seperti yang sebenarnya terjadi.
"Manusia berbohong dalam konteks hubungan sosialnya bisa memiliki tujuan untuk kebaikan atau keburukan, misalnya penipuan," ujar Laelatus.
"Berbohong juga kadang digunakan sebagai sarana untuk menyelamatkan muka, agar kita tidak berada di posisi yang merugikan diri kita sendiri," ujarnya.
Akan tetapi, kebohongan sendiri merupakan tindakan yang dilakukan secara sadar.
Tindakan memanipulasi pembicaraan, data bahkan banyak hal lain, dikendalikan oleh kesadaran seseorang.
Secara sadar, pelaku kebohongan memang memanipulasi ucapan mereka, agar lawan bicara percaya dengan apa yang ia katakana.
Sehingga dari simpulan tersebut, Laelatus mengatakan bahwa tak ada kebohongan yang dilakukan tanpa kesadaran pelakunya.
Bahkan, kebohongan ini sudah seolah menjadi kebiasaannya yang akan terus berlanjut.
"Berbohong sebenarnya adalah proses yang kompleks, karena pernyataan satu akan membutuhkan pernyataan yang lain," ucap Laelatus.
Maka dari itu, tak heran jika satu kebohongan akan diikuti oleh kebohongan yang lain.
Sebab, kebohongan adalah fakta baru yang coba dikonstruksikan oleh pelaku.
Source | : | Kompas.com,Bustle,psycology today |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR