Tabloid-Nakita.com – The American Pregnancy Association menyatakan dalam situs resminya, tekanan darah tinggi pada kehamilan merupakan kondisi serius yang perlu diwaspadai. Terutama pada Mama yang memiliki hipertensi kronis, yaitu kondisi tekanan darah tinggi yang sudah terjadi sebelum kehamilan. Gejalanya adalah tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg, terjadi sebelum usia kehamilan 20 minggu, dan berlanjut terus selama 12 minggu setelah melahirkan.
Jika Mama didiagnosis memiliki hipertensi kronis sebelum hamil, sangat ideal bila Mama berkonsultasi kepada dokter sebelum merencanakan kehamilan. Pasalnya, obat-obatan tertentu untuk mengatasi hipertensi tidak aman bagi kehamilan dan dapat membahayakan janin. Selain itu, selama kehamilan, hipertensi kronis dapat memburuk, Ma. Apalagi kalau Mama memiliki faktor risiko preeklamsia. Jika hal ini terjadi, kehamilan Mama dapat mengalami komplikasi, seperti gagal jantung kongestif, stroke, kejang, dan gangguan pada ginjal atau hati. Sementara janin Mama akan terganggu tumbuh-kembangnya, berisiko mengalami masalah pernapasan sebelum atau saat persalinan, mendapat risiko lebih tinggi terjadinya placental abruption (plasenta memisahkan dari rahim sebelum persalinan), serta kemungkinan efek samping dari obat yang Mama konsumsi.
Selain hipertensi kronis, ada pula hipertensi gestasional, yaitu tekanan darah tinggi yang muncul setelah usia kehamilan 20 minggu dan hilang setelah melahirkan. Menurut The American Pregnancy Association, sekitar 6—8% mamil mengalami kondisi ini, Ma. Nah, perempuan yang mungkin memiliki peningkatan risiko hipertensi gestasional adalah Mama yang hamil pertama kali, memiliki Mama dan saudara perempuan yang mengalami hipertensi gestasional, mamil dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 40 tahun, serta perempuan yang memiliki hipertensi atau penyakit ginjal sebelum kehamilan.
Pengobatan hipertensi gestasional bergantung pada seberapa dekat Mama dengan HPL (hari perkiraan lahir). Jika dekat dengan HPL, Mama dan janin berkembang dengan normal serta sudah siap lahir, dokter mungkin akan menyarankan Mama untuk melahirkan sesegera mungkin. Bila Mama memiliki hipertensi ringan, belum mendekati HPL, dan janin belum siap lahir, menurut The American Pregnancy Association, kemungkinan dokter akan merekomendasikan Mama untuk mengurangi konsumsi garam, minum 8 gelas air sehari, serta berbaring pada sisi kiri untuk mengurangi beban bayi pada pembuluh darah utama.
Hipertensi gestasional dapat berdampak pada janin, yakni mencegah plasenta mendapatkan darah yang cukup, sehingga janin akan kekurangan oksigen dan makanan. Hal ini dapat mengakibatkan BBLR (berat bayi lahir rendah). Jika hipertensi parah, dapat menyebabkan preeklamsia yang dampaknya jauh lebih serius pada Mama dan bayi bila tak segera ditangani. Baik hipertensi kronis maupun hipertensi gestasional dapat menyebabkan preeklampsia setelah usia kehamilan 20 minggu. Selain tekanan darah yang tinggi, gejalanya adalah terdapat protein dalam urine.
Preeklamsia dapat menimbulkan komplikasi, baik pada Mama maupun janin, Pada Mama, komplikasinya dari preeklamsia berat, eklamsia (kejang/koma), sindrom HELLP, edema paru (paru berisi banyak cairan), gagal ginjal, gagal jantung, hingga stroke. Sementara komplikasi pada janin, misalnya, bayi lahir prematur, pertumbuhan janin terhambat, dan kematian janin dalam rahim. Kabar baiknya, Ma, hipertensi selama kehamilan akan aman bila segera diketahui dan mendapat penanganan. Itulah pentingnya mengecek tekanan darah saat hamil.
Nah, untuk mengatasi hipertensi, dr. Khanisyah Erza Gumilar, SpOG dari RSUD Dr. Soetomo Surabaya, membagikan tipnya dalam rubrik KEHAMILAN Tabloid nakita edisi 922 yang terbit Rabu, 30 November 2016. Selain itu, dibahas pula tentang hipotensi alias tekanan darah rendah dan bagaimana menyiasatinya.
Penulis | : | Isma Anggritaningsih |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR