Nakita.id - Secara normal, wanita hanya mengenal perdarahan saat menstruasi.
Perdarahan ini terjadwal dan ada batas waktunya.
Perdarahan di luar itu, pastilah termasuk kategori tidak normal.
Oleh karenanya, setiap perempuan sudah seharusnya waspada dengan setiap perdarahan di luar peristiwa menstruasi.
Baca Juga : Berita Kesehatan Wanita: Waspada Penebalan Dinding Rahim, Gejalanya Menstruasi Tak Teratur
Apa saja yang dapat menyebabkan perdarahan abnormal ini?
Simaklah penjelasan dr. Adi Sukrisno, Sp.OG, dari RS PELNI, Petamburan, Jakarta.
MENOPAUSE
Fenomena makin mudanya usia wanita memasuki fase menopause atau istilah kedokterannya klimakterik selayaknya dibarengi dengan pemahaman yang tepat.
Apalagi banyak ibu yang mengalami perdarahan ketika berada di fase ini.
Perdarahan yang terjadi disebabkan ovum (sel telur) sudah tidak bisa berovulasi (keluar dari indung telurnya) lagi.
Penanganan:
Karena tiap perempuan akan sampai pada fase ini, maka menjelang menopause sebaiknya rajinlah konsultasi ke dokter yang umumnya akan menyarankan beberapa langkah berikut:
Baca Juga : Ingin Redakan Stres, Blogger Asal Swedia Ini Baluri Tubuhnya Pakai Darah Menstruasi yang Jadi Kontroversi
-Pemeriksaan lengkap untuk memastikan apakah perdarahan yang terjadi akibat akan berhentinya ovulasi ataukah ada sebab lain seperti kanker endometrium.
-Dokter akan mempertimbangkan kuretase pada jaringan dalam rongga rahim/endometrium bila dianggap perlu.
-Terapi sulih hormon pun biasanya ditawarkan dokter.
KEGUGURAN
Banyak wanita yang tidak menyadari kalau dirinya sedang hamil. Terutama mereka yang baru pertama kali hamil dan usia kehamilan masih sangat muda.
Baca Juga : Berita Kesehatan Wanita: Waspada Penebalan Dinding Rahim, Gejalanya Menstruasi Tak Teratur
Keterlambatan menstruasi yang seharusnya menjadi tanda telah terjadinya pembuahan di dalam rahim kadang terabaikan.
Setelah terlambat sekian waktu, kemudian keluar bercak darah dari vagina.
Pertama kali terlintas dalam benaknya pastilah darah haid. Padahal bisa jadi bercak darah tersebut merupakan pertanda luruhnya bakal janin yang mulai terbentuk.
Tanda-tandanya:
-Keluar darah dalam jumlah sedikit, atau bahkan sekadar vlek berwarna merah jambu.
-Keluar darah dalam jumlah banyak, berwarna merah jambu sampai keabu-abuan, membentuk gumpalan-gumpalan seperti darah yang keluar dari tangan yang terluka.
Baca Juga : Berita Kesehatan Wanita: Bayi Lahir Prematur, Umumnya Disebabkan Infeksi Kehamilan
-Keluarnya darah disertai nyeri hebat di perut.
Penyebab:
Perdarahan yang menyebabkan keguguran bisa disebabkan beberapa hal di bawah ini:
-Ketidaksempurnaan janin, sehingga tubuh berusaha mengeluarkannya.
-Ketidaknormalan hormon ibu.
-Adanya infeksi, di antaranya infeksi TORCH.
-Tidak diketahui penyebabnya.
Baca Juga : Berita Kesehatan Wanita: Cegah Keputihan dengan Cara Mudah, Anak Bisa Melakukannya
Tindakan segera:
Bila ada salah satu dari tanda-tanda tersebut, boleh jadi proses keguguran sedang terjadi.
Tindakan yang harus segera dilakukan adalah; hentikan segala aktivitas, gunakan pembalut, bila memungkinkan segera berbaring untuk menghentikan kontraksi, jangan tunda lagi untuk segera memastikan apa yang terjadi dengan menghubungi dokter.
Penanganan: Dokter kandungan akan memastikan terlebih dulu apakah yang bersangkutan sedang hamil atau tidak melalui pemeriksaan urin. Bila hCG positif, maka dokter akan mengambil langkah-langkah berikut:
-Pemeriksaan dengan USG untuk melihat kondisi janin, apakah masih utuh atau tidak.
Bila masih utuh, maka janin akan diupayakan untuk dipertahankan.
-Melalui pemeriksaan dalam akan diketahui apakah mulut rahim sudah terbuka atau belum.
Bila mulut rahim terbuka, pertanda janin tak bisa dipertahankan lagi.
Baca Juga : Berita Kesehatan Wanita: Vagina Perlu Dibersihkan, Berikut Alasan, Manfaat, dan Caranya
Sebaliknya bila mulut rahim masih pada posisi tertutup, kelangsungan kehamilan masih bisa diupayakan.
-Bila janin masih utuh dan mulut rahim masih tertutup, dokter akan memberikan obat untuk mempertahankan kehamilan.
-Bila mulut rahim sudah terbuka, atau janin sudah rusak, maka secepatnya dokter akan melakukan kuretase untuk membersihkan rahim. Pada beberapa kasus, kuretase tidak lagi diperlukan karena janin telah gugur seluruhnya.
-Bisa saja terjadi pada awalnya janin mampu dipertahankan dengan bantuan obat.
Namun selang beberapa waktu kemudian terjadi perdarahan lagi yang menyebabkan keguguran.
Ingat, pada dasarnya tubuh memiliki mekanisme sendiri. Kemungkinan besar janin tersebut memang tidak sempurna dan tubuh akan terus berupaya untuk mengeluarkannya.
Baca Juga : Berita Kesehatan Wanita: Amankah Terlalu Banyak Pakai Skincare?
KANKER
Keidakpedulian banyak wanita pada organ reproduksinya menjadi penyebab terjadinya perdarahan akibat kanker.
Padahal bila terdeteksi sebelum terjadi perdarahan, tentu penanganannya akan lebih baik.
Perdarahan yang diakibatkan kanker mengindikasikan bahwa kanker tersebut telah memasuki stadium 1A atau 1 B, meski ditemukan juga prakanker yang telah menyebabkan perdarahan.
Umumnya kanker yang disertai dengan perdarahan ini adalah kanker mulut rahim/serviks. Meski 70%-80% kanker jenis ini tanpa gejala, segeralah bersikap waspada.
Tanda-tandanya; adanya vlek pascasanggama, keputihan disertai vlek merah kecokelatan, pada stadium lanjut, perdarahan terus berlangsung dalam jumlah banyak hingga yang bersangkutan berisiko kekurangan darah.
Pencegahan:
Sampai saat ini upaya pencegahan kanker adalah melalui deteksi dini. Deteksi dini antara lain bisa dilakukan dengan cara:
Baca Juga : Berita Kesehatan Wanita: Begini Pola Makan Sehat Bagi Ibu Hamil dengan Diabetes Menurut Dokter!
-Pap's smear secara berkala bagi tiap wanita dengan kehidupan seksual aktif.
-Mengurangi faktor risiko, seperti merokok, minum alkohol, dan sering berganti pasangan seksual.
Penanganan:
Dokter akan meminta pemeriksaan sebagai berikut untuk memastikan sudah sampai stadium berapa dan seberapa jauh kanker menyebar:
-Pemeriksaan darah lengkap.
-Pemeriksaan air kemih.
-CT Scan, dan pemeriksaan lain sesuai kondisi yang bersangkutan.
KETIDAKSEIMBANGAN HORMONAL
Perdarahan pada wanita juga bisa disebabkan ketidakseimbangan hormonal atau istilah medisnya Disfunctional Uterus Bleeding (DUB).
Baca Juga : Berita Kesehatan Wanita: Perempuan Ini Rutin Minum Urine Anjing Agar Cantik, Ini Kata Dokter!
Tanda-tandanya:
-Tiap kali haid seperti "banjir". Kalau wanita lain umumnya cukup mengganti pembalut 2-3 kali sehari, gangguan ini mengharuskan mengganti pembalutnya sampai 5 kali atau malah lebih.
-Banyaknya darah yang keluar otomatis mengganggu aktivitas sehari-hari.
Penanganan; karena masalah yang dialami adalah gangguan hormonal, maka upaya penanganan yang dilakukan dokter pun terkait langsung dengan penyebabnya:
-Dokter akan memberikan obat untuk menyeimbangkan hormon estrogen sekaligus progesteron.
-Selama minimal 3 kali siklus haid, obat ini harus dikonsumsi dan perkembangannya akan terus dipantau.
IUD BERMASALAH
Dunia telah mengakui efektivitas IUD sebagai alat kontrasepsi.
Meski demikian beberapa masalah dapat menyebabkan penggunanya mengalami perdarahan.
Tanda-tandanya; terjadi perdarahan meski tidak banyak, muncul vlek berwarna kecokelatan, haid tidak normal. Keluar darah haid seminggu, bersih selama seminggu, keluar haid lagi, begitu seterusnya.
Baca Juga : Berita Kesehatan: Moms yang Bangun Pagi Terhindar Risiko Kanker Payudara, Studi
Penyebabnya, dalam perjalanannya bisa jadi IUD bermasalah karena ada yang kurang tepat di awal pemasangannya.
Selain itu beberapa hal berikut juga bisa menjadi penyebab; kurang steril sewaktu pemasangan, ada infeksi, beberapa wanita tergolong hipersensitif terhadap tembaga yang terdapat pada IUD.
Pencegahannhya, bila terjadi perdarahan seperti itu, tak ada cara lain kecuali segera menghubungi dokter untuk memastikan apa yang terjadi dengan alat kontrasepsi Anda.
Penanganan:
-Bila dipastikan tidak ada infeksi, maka dokter akan memberikan obat untuk menghentikan perdarahan.
Baca Juga : Berita Kesehatan: Inilah Tanda Penyakit Sinusitis yang Kerap Diabaikan!
-Bila setelah diberi obat masih juga terjadi perdarahan, dokter akan melepaskan IUD, kemudian memberi obat sampai perdarahan berhenti sebelum memasangkannya kembali.
-Kalau ternyata setelah dipasang bermasalah lagi, maka dokter akan menyarankan untuk mengganti alat kontrasepsi jenis lain.
-Bila penyebabnya adalah hipersensitivitas tembaga, maka dokter akan menggantinya dengan IUD yang mengandung lebih sedikit bahan tembaga atau bahkan yang tidak mengandung tembaga sama sekali.
Baca Juga : Berita Kesehatan Akurat: Inilah 5 Obat Alami untuk Mengatasi Maag!
Bantu Kurangi Tanda Penuaan Dini, Collagena Hadir Penuhi Kebutuhan Kolagen Sebagai Kunci Awet Muda
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR