Kurang Tidur Picu Risiko Kematian Mendadak di Usia Muda, Hati-hati!

By Fadhila Afifah, Jumat, 23 Maret 2018 | 13:35 WIB
Insomnia berisiko kematian di usia muda ()

Nakita.id - Moms, ada yang mengatakan jika seseorang kurang tidur bisa terkena penyakit jantung.

Memang, secara ilmiah pun telah dibuktikan kematian mendadak pada seseorang di usia muda, sebagian besar karena masalah jantung.

Memang seseorang yang berusia 25 hingga 40 tahun, terlalu muda untuk memiliki penyakit jantung kecuali jika memang mewarisinya.

BACA JUGA:28 Juta Orang Indonesia Jaman Now Alami Insomnia, Inikah Penyebabnya?

Tapi berbeda jika memang seseorang punya pola hidup yang tidak sehat, sering mengonsumsi alkohol dan junk food misalnya.

Nah sebuah penelitian mengungkap hal baru.

Ternyata kematian di usia muda bukan hanya disebabkan karena penyakit jantung, melainkan karena kurang tidur.

Kesimpulan sebuah studi selama 40 tahun terakhir ini soal efek jangka panjang tidur malam.

BACA JUGA:7 Cara Mudah Mengatasi Bayi Rewel dan Susah Tidur di Malam Hari

Ternyata, kurangnya kualitas dan kuantitas tidur malam pada seseorang akan membuat ia seperti menggali lubang kuburnya sendiri maksudnya begitu berisiko.

Sulit tidur atau terlalu sering terbangun di tengah malam, biasa disebut dengan istilah insomnia.

Namun waspadai insomnia kronis, bisa menyebabkan kematian.

Insomnia kronis merupakan gangguan tidur yang terjadi setidaknya tiga malam per minggu dan berlangsung setidaknya selama tiga bulan.

Sedangkan persistent insomnia mengalami gangguan tidur selama enam tahun atau lebih.

BACA JUGA: Kak Seto, School Phobia Bisa Menjadi Penyebab Anak Tak Mau Sekolah

Hasil studi para ilmuwan dari University of Arizona ditemukan fakta insomnia dikaitkan dengan 58% peningkatan pada risiko kematian.

Tak hanya itu, berdasarkan studi tersebut, persistent insomnia juga amat terkait dengan tingkat yang lebih tinggi pada risiko mengalami peradangan dalam darah yang lekat dengan penyakit jantung, diabetes, obesitas, kanker, demensia, hingga depresi.

Para peneliti AS juga menganalisis data yang berasal dari hasil studi pernapasan.

Studi ini telah berjalan cukup lama dilakukan di Tucson Epidemiological Study of Airway Obstructive Disease, dimulai sejak 1972 dan telah meneliti para partisipan selama beberapa dekade.

BACA JUGA: Agar Anak Cerdas di Era Digital, Yuk Kenali Metode Belajar STEAM

Para ilmuwan ini menemukan, tak seperti masalah susah tidur ringan yang kerap terbangun sebentar-sebentar di malam hari.

Insomnia bisa sebabkan kematian bila sudah kronis dan berlangsung sedikitnya selama enam tahun. Para ilmuwan juga menemukan, insomnia yang parah ini dikaitkan dengan tingkat risiko yang lebih besar untuk mengalami peradangan dalam darah (diukur dengan biomarker dalam darah yang disebut protein C-reaktif).

Pada penelitian sebelumnya bahkan ditemukan kesimpulan yang telah menyebutkan insomnia bisa sebabkan kematian.

BACA JUGA: Hampir Terlupakan, Permainan Tradisional Punya Manfaat Tak Disangka

Akan tetapi, mekanisme yang mendasari mengapa itu bisa terjadi, masih belum ditampilkan secara jelas Moms.

"Adanya pemahaman yang disempurnakan terkait insomnia kronis atau parah dan berlangsung lama berhubungan dengan kematian, akan menginformasikan pengobatan bagi populasi yang berisiko," tutur Dr Sairam Parthasarathy, penulis utama dari studi di Tucson.

Sairam juga mengatakan pendapatnya mengenai alasan insomnia bisa sebabkan kematian.

BACA JUGA: Jangan Minum Air Putih Sebelum Tidur, Ini Dampaknya yang Tak Disadari

"Kami menemukan, partisipan yang menderita insomnia, persisten berada di tingkat risiko tinggi mengalami kematian akibat menderita penyakit jantung dan paru-paru. Terlepas dari kondisi independen efek hipnotik, kesempatan untuk tidur (yang dibedakan dari kurang tidur), jenis kelamin, usia, dan faktor lain yang memengaruhiya," tuturnya.

Sementara itu, penulis senior dari studi tersebut, Dr Stefano Guerra, mengatakan ada tingkat yang lebih tinggi dan kenaikan tajam atas risiko tersebut.

"Peneliti masih harus mengeksplorasi lebih jauh, apakah insomnia kronis dan terus menerus dapat menyebabkan kematian," kata Guerra.

Penelitian lebih lanjut, dapat membantu memprediksi hasil yang lebih signifikan pada pasien yang memiliki masalah insomnia, terutama kondisi kronis.

Kesimpulan awal hasil penelitian sejumlah ilmuwan AS ini telah dipublikasikan secara online dalam American Journal of Medicine.