Berita Kesehatan Wanita: Kenali Normal Tidaknya Keputihan Saat Hamil

By Fadhila Auliya Widiaputri, Selasa, 20 November 2018 | 09:00 WIB
Waspadai bahaya keputihan saat hamil (freepik)

Nakita.id - Keputihan menjadi salah satu perubahan tubuh yang biasa terjadi pada wanita hamil. 

Menurut Dr. Sheryl Ross, dokter obgyn di Pusat Kesehatan Providence Saint John, California, keputihan saat hamil disebut pula dengan leukorrhea.

Keputihan saat hamil merupakan sesuatu yang normal selama cairan terlihat bening, putih agak keruh, atau kekuningan ketika sudah mengering di pakaian dalam.

Moms tak perlu khawatir bila keputihan cenderung meningkat di akhir kehamilan

Sebab hal itu hanyalah perubahan normal dan sementara yang dibawa oleh hormon selama kehamilan.

Baca Juga : Berita Kesehatan Wanita: Alami Keputihan? Ini Resep Alami untuk Mengobatinya!

Dalam beberapa kasus, keputihan saat hamil bahkan bercampur dengan lendir dan darah sebagai tanda bahwa persalinan sudah dekat. 

Moms perlu mewaspadai keputihan saat hamil bila cairan telah mengalami perubahan aroma, warna (menjadi kehijauan atau abu-abu), tekstur (berbusa atau tampak seperti keju cottage), gatal, rasa panas saat berkemih atau meninggalkan bercak-bercak kemerahan.

Bisa jadi hal itu merupakan gejala telah terjadinya infeksi vagina.

Baca Juga : Berita Kesehatan: Perjuangan Shahnaz Haque Melawan Kanker Ovarium, Salut!

Berikut ini beberapa infeksi vagina yang umum terjadi saat hamil:

Baca Juga : Berita Kesehatan Wanita: Cegah Keputihan dengan Cara Mudah, Anak Bisa Melakukannya

Vaginosis bakterial

Vaginosis bakterial (BV) adalah infeksi vagina umum yang terjadi ketika perubahan hormon saat hamil mengakibatkan pertumbuhan bakteri yang berlebihan di vagina.

Tanda dan gejalanya:

- Cairan di vagina yang berbau amis, terutama setelah hubungan seks.

- Cairan tipis dan berair berwarna putih atau abu-abu.

Baca Juga : Berita Kesehatan Wanita: Alami Keputihan? Ini Resep Alami untuk Mengobatinya!

- Nyeri saat buang air kecil.

Moms perlu hati-hati saat mengalami tanda dan gejala tersebut.

Sebab vaginosis bakterial bisa menyebabkan komplikasi selama kehamilan seperti bayi lahir prematur atau lahir dengan berat badan kurang. 

Bahkan sejumlah kecil wanita bisa berisiko mengalami keguguran.

Baca Juga : Berita HOAX Kesehatan: Tanggapan Dokter Reisa Tentang Memotong Bulu Mata Bayi Agar Lentik

Baca Juga : Berita Kesehatan: Tak Hanya Madu, Berikut 3 Produk dari Lebah yang Berkhasiat

Trichomoniasis

Trikomoniasis adalah infeksi menular seksual umum,yang disebabkan oleh parasit kecil.

Tanda dan gejalanya:

- Cairan lebih berat dari biasanya, mungkin tebal, tipis atau berbusa dan kuning-hijau.

Baca Juga : Berita Kesehatan Wanita: Sakit Saat Pipis, Waspada Tanda Penyakit Kelamin Ini!

- Cairan memiliki bau amis yang tidak menyenangkan.

- Rasa sakit, bengkak, dan gatal di sekitar vagina dan mungkin paha bagian dalam.

- Nyeri saat melakukan hubungan seks.

Moms perlu hati-hati saat mengalami tanda dan gejala tersebut.

Sebab Moms akan memerlukan pengobatan dengan antibiotik bila mengalami trikomoniasis.

Jika tidak ditangani, trikomoniasis dapat menyebabkan kelahiran prematur atau lahir dengan berat badan kurang. 

Baca Juga : Kenali Macam-macam Masalah Kesehatan Dari Warna dan Bentuk Feses Bayi

Infeksi jamur

Peningkatan kadar hormon estrogen dan progesteron dapat meningkatkan pertumbuhan berlebihan dari candida, jamur yang tumbuh alami pada vagina.

Baca Juga : Berita Kesehatan: Rutin Berikan Madu Pada Anak Sehat Didapat

Tanda dan gejalanya:

- Cairan berwarna putih kekuningan, berbau, atau tidak.

- Rasa sakit, bengkak, dan gatal di sekitar vagina.

- Nyeri saat melakukan hubungan seks.

- Vagina terasa terbakar saat buang air kecil.

Biasanya infeksi jamur dapat diatasi dengan krim atau obat-obatan antijamur. 

Namun pastikan untuk konsultasikan terlebih dahulu penggunaannya bersama dokter kandungan.

Baca Juga : Berita Kesehatan Terbaru: Bakteri Menyerang Perut Anak Nia Ramadhani, Makanan Sehat Ini Bisa Jadi Penyebabnya!

Bila Moms mengalami keputihan saat hamil, cobalah untuk menggunakan panty liner yang tidak memiliki wangi dan ganti celana dalam lebih sering. 

Selain itu, pastikan untuk melakukan beberapa hal berikut ini:

- Pertahankan area genital luar antara vagina dan anus tetap bersih. 

- Gunakan sabun tanpa pewangi.

- Jangan menggunakan tisu beraroma untuk membilas vagina.

- Jangan bilas vagina dengan menyemprotkan larutan khusus ke dalam saluran vagina. Sebab hal itu dapat menganggu keseimbangan bakteri alami.

Baca Juga : Berita Kesehatan Anak: Tips Agar Anak Tumbuh Tinggi, Catat ya Moms!

- Buang air kecil secara teratur. 

- Gunakan celana dalam dari bahan katun yang dapat mengurangi kelembapan dan mencegah tumbuhnya bakteri. 

- Hindari menggunakan celana ketat, terutama yang berbahan nilon.

- Konsumsi air yang cukup untuk mengeluarkan racun dan bakteri di dalam tubuh. 

Bila beberapa hal tersebut tidak membantu, segera hubungu dokter kandungan untuk mendapatkan penanganan yang dibutuhkan.

Baca Juga : Berita Kesehatan: Kenali Seluk Beluk Leukemia, Penyakit Yang Menyerang Shakira Anak Denada