Ini Alasannya Kenapa Perdarahan di Trimester III Perlu Diwaspadai

By Soesanti Harini Hartono, Selasa, 12 September 2017 | 07:30 WIB
Pemeriksaan rutin ke dokter obgin dan mengadopsi gaya hidup sehat sebelum dan selama hamil penting sekali untuk menghindari gangguan kehamilan. (Santi Hartono)

Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum proses persalinan, baik seluruhnya atau sebagian. Kondisi ini sangat membahayakan nyawa Ibu dan janin bila tidak segera ditangani.

Selain perdarahan, gejala solusio plasenta adalah nyeri punggung, nyeri pada perut dan rahim, kontraksi berlangsung cepat dan bayi dalam kandungan tidak bergerak seperti biasanya.

Saat terjadi solusio plasenta, dokter obgin akan segera melahirkan bayi untuk menyelamatkan nyawa Ibu dan bayi. Bila belum ada pembukaan jalan lahir, biasanya dilakukan operasi sesar.

Solusio plasenta merupakan komplikasi kehamilan yang jarang terjadi. Akan tetapi, ada sejumlah faktor risiko yang memungkinkan terjadinya kondisi ini pada bumil, di antaranya: usia bumil di atas 40 tahun, konsumsi rokok dan narkoba, bumil dengan tekanan darah tinggi, bumil dengan gangguan pembekuan darah, serta bumil yang pernah mengalami trauma pada perut, seperti jatuh atau kena pukulan.

Karena itu, pemeriksaan rutin ke dokter obgin dan mengadopsi gaya hidup sehat sebelum dan selama hamil penting sekali. Kontrol rutin dapat mendeteksi gangguan kesehatan pada bumil, seperti tekanan darah tinggi atau gangguan pembekuan darah. Bila terdeteksi dini, dokter pun dapat segera mengobati Ibu agar tidak terjadi komplikasi.

 INFEKSI ATAU POLIP PADA MULUT RAHIM

Kehamilan membuat mulut rahim atau serviks menipis, sementara itu jumlah pembuluh darah semakin bertambah. Jika ada daging tumbuh atau polip di mulut rahim, mulut rahim akan menjadi semakin sensitif. Pergerakan janin terlebih di trimester 3 akan mengakibatkan tekanan di mulut rahim sehingga timbul perdarahan.

Polip pada mulut rahim umumnya disebabkan infeksi bakteri atau jamur dan trauma di mulut rahim. Jika polip berukuran kecil dan tidak mengganggu jalan lahir, dokter akan membiarkan polip sampai Ibu melahirkan. Sebaliknya jika polip berukuran besar dan menganggu jalan lahir, persalinan akan dilakukan dengan operasi sesar.

 RUPTURA UTERI/RAHIM ROBEK

Kondisi ini umumnya terjadi saat persalinan. Ada sejumlah faktor pemicu yang dapat menimbulkan terjadinya rahim robek. Di antaranya karena sudah ada jaringan parut bekas luka sebelumnya pada rahim, misalnya akibat operasi sesar atau operasi tumor rahim.

Namun, Ibu yang pernah operasi sesar dan berniat melahirkan secara alami tidak perlu takut. Berdasarkan sebuah penelitian, hanya 4 bumil yang mengalami rahim robek dari setiap 1.000 kelahiran alami setelah sesar. Rahim dengan sayatan sesar vertikal lebih berpotensi mengalami kondisi ini pada persalinan alami.

Jika Ibu berniat menjalani persalinan alami setelah sesar, disarankan melakukannya di rumah sakit sehingga bila ada kondisi darurat dapat segera ditangani.

Bumil dengan kehamilan kembar atau air ketuban berlebih juga berpotensi mengalami rahim robek. Pada kondisi-kondisi seperti ini dinding rahim menjadi lebih tipis dan mengalami peregangan berlebih.

Pemberian induksi yang terlalu cepat atau justru terlalu lama pun dapat jadi faktor pemicu rahim robek. Kontraksi berlangsung terus-menerus sehingga rahim tidak kuat dan robek.

Efek kontraksi terus-menerus juga bisa terjadi pada bumil yang meminum air rumput fatima saat persalinan. Tanpa pengawasan dokter obgin, meminum ramuan tradisional seperti ini selama kehamilan dapat membahayakan nyawa Ibu dan janin.

Selain perdarahan, rahim robek juga dapat terdeteksi melalui denyut nadi Ibu yang meninggi dengan cepat. Denyut jantung janin pun meningkat drastis. Gejala lainnya, warna urine berubah merah dan nyeri yang sangat pada perut bawah saat kontraksi. Bila terjadi robek rahim, dokter obgin akan segera melakukan operasi sesar dan mereparasi rahim. (*)     

Baca juga: Muncul Flek Tanpa Nyeri Di Saat Hamil