Berita Kesehatan Anak: Ini Aturan Konsumsi Suplemen untuk Anak

By Nia Lara Sari, Sabtu, 29 Desember 2018 | 07:44 WIB
Berita Kesehatan Anak: Ini Aturan Konsumsi Suplemen untuk Anak (iStock)

Nakita.id - Orangtua pasti ingin memberikan asupan terbaik bagi anak, agar kebutuhan nutrisinya terpenuhi.

Namun, meskipun telah memberikan makanan yang bernutrisi, orangtua kerap kali masih merasa ragu akan kecukupan vitamin dan mineral anak.

Dalam menghadapi hal itu tak jarang orangtua memberikan tambahan vitamin dan mineral pada anak mereka.

Baca Juga : 5 Mitos Seputar Vitamin yang Tak Perlu Dipercaya Lagi, Catat!

Tidak jarang pula orangtua meminta vitamin pada saat kunjungan rutin ke dokter, ataupun saat anak-anak mereka sakit.

Vitamin dipercayai dapat meningkatkan nafsu makan, meningkatkan kekebalan tubuh anak dan mempercepat penyembuhan anak yang sakit.

Dilansir dari situs Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), suplementasi vitamin dan mineral hanya diberikan pada bayi dan anak yang kebutuhan mikronutriennya tidak terpenuhi dari asupan makanan sehari-hari.  

Oleh karena itu, dipakailah pedoman yang dikeluarkan oleh World Health Organization(WHO) mengenai suplementasi vitamin dan mineral.

Rekomendasi dari WHO ini mencakup pemberian beberapa jenis vitamin dan mineral disesuaikan dengan kondisi negara masing-masing, serta memperhitungkan prevalensi masalah kesehatan tersering pada daerah tersebut.

Baca Juga : Kembaran Ifan Seventeen Cerita Kronologi Dylan Sahara Terseret Tsunami dan Masuk ke Ruang Penyedot Air!

Vitamin A

Bukti ilmiah menunjukkan suplementasi vitamin A bermanfaat menurunkan angka kematian sebesar 24% dan kematian terkait diare sebesar 28%.

Berdasarkan fakta tersebut, maka WHO merekomendasikan pemberian suplementasi vitamin A sebesar 100.000 U pada bayi usia 6-11 bulan, dan vitamin A 200.000 U tiap 4-6 bulan pada anak usia 12-59 bulan.

Kabar baiknya, program ini sudah diimplementasikan ke dalam program Kementerian Kesehatan Indonesia setiap bulan Februari dan Agustus (bulan vitamin A).

Vitamin D

American Academy of Pediatrics (AAP) menyarankan bayi sebaiknya tidak terlalu sering terpajan sinar matahari agar tidak berisiko mengidap kanker kulit di kemudian hari.

Di lain pihak, sinar matahari sangat penting dalam pembentukan vitamin D yang bermanfaat bagi kesehatan dan pertumbuhan tulang.

Oleh karena itu, AAP merekomendasikan pemberian suplementasi vitamin D sebesar 400 IU pada bayi ASI eksklusif, bayi yang minum susu formula < 1 liter sehari, dan anak-anak serta remaja.

Baca Juga : Inilah 6 Diet yang Populer Sepanjang 2018, Bisa Dicoba Tahun Depan!

Bagaimana rekomendasi di Indonesia? Sampai saat ini belum ada bukti ilmiah yang cukup untuk merekomendasikan suplementasi vitamin D secara rutin untuk anak Indonesia.

Zat Besi

Suplementasi mineral yang paling disoroti oleh WHO adalah suplementasi zat besi.

Zat besi memiliki peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan otak, meningkatkan daya tahan tubuh serta konsentrasi dan prestasi belajar.

Suplemen zat besi ini disarankan diberikan rutin setiap hari selama 3 bulan setiap tahunnya pada bayi sejak usia 6 bulan.

Suplemen terutama ditujukan pada negara dengan prevalensi anemia > 40%. Data Survei  Kesehatan Rumah Tangga  (SKRT)  tahun  2012 menyatakan  bahwa prevalensi  anemia (dengan berbagai penyebab)  pada  balita  di Indonesia sebesar 40,5%.

Indonesia belum memiliki data prevalensi nasional untuk anemia defisiensi besi.

Pemberian suplementasi besi secara rutin telah direkomendasikan oleh IDAI dan perlu dikaji efektivitasnya.

Zink

Mineral lain yang penting bagi bayi dan anak-anak adalah zink (seng).

Pemberian xink terbukti dapat menurunkan insiden diare dan pneumonia, mendukung pertumbuhan linear dan memiliki efek positif dalam menurunkan angka kematian terkait penyakit infeksi.

Suplementasi zink diberikan rutin selama minimal 2 bulan setiap 6 bulan sekali, pada bayi usia 6-23 bulan.

Iodium

Iodium merupakan mineral yang penting untuk pertumbuhan berat dan tinggi badan serta perkembangan kecerdasan otak.

Balita yang mengalami kekurangan iodium akan memiliki intelligent quotient (IQ) yang lebih rendah 13,5 poin dibandingkan balita yang cukup iodium.

Oleh karena itu, sesuai pedoman WHO suplementasi iodium hanya diberikan pada kelompok balita yang rentan kekurangan iodium.

Vitamin dan mineral lainnya dibutuhkan dalam jumlah kecil, tidak memiliki dampak kesehatan yang besar dan biasanya dapat terpenuhi dari makanan sehari-hari.(*)

Baca Juga : Settingan atau Real? Hotman Paris Akui Sudah Prediksi Angel Lelga dan Vicky Prasetyo Cerai, Ini Alasannya!