Mengenal Sindrom Patah Hati, Kerap Dikira Serangan Jantung & Lebih Sering Menyerang Wanita

By Kunthi Kristyani, Rabu, 27 Februari 2019 | 20:22 WIB
Ilustrasi sindrom patah hati, gejalanya mirip serangan jantung (Pexels/Garon Piceli)

- Tidak ada gumpalan darah yang menghalangi arteri

- Ventrikel kiri memiliki bentuk kerucut

- Perubahan ini disebabkan oleh dampak adrenalin yang mendistorsi otot jantung untuk sementara, tetapi bukan arteri koroner itu sendiri.

Rasa sakit ini akan sembuh dengan sendirinya seiring berjalannya waktu.

Baca Juga : Mengidap Penyakit Langka, Anak Ini Dilarang Mengonsumsi ASI dan Makanan Pada Umumnya

Emosi yang tiba-tiba bisa jadi penyebabnya

Kekecewaan, kehilangan, dampak emosional yang kuat, juga berita buruk.

Pikiran kita tidak siap menghadapi kesulitan sehingga ketika muncul, otak kita bereaksi dengan buruk dengan melepaskan kombinasi hormon toksik yang langsung menyerang jantung.

Kadar dopamin, adrenalin, dan noradrenalin meningkat secara luar biasa.

Mereka adalah katekolamin yang mengalir dalam darah dan secara langsung berdampak pada otot jantung.

Keadaan ini mirip dengan pukulan yang diikuti dengan nyeri dada, sensasi tersedak, serta pusing.

Bisa menyebabkan kematian?

Ada ungkapan yang mengatakan bahwa kita tidak bisa mati karena patah hati.

Namun, jika tidak bisa mengendalikan stres, sesuatu yang dimulai dengan kardiomiopati sederhana pun dapat mengakibatkan kondisi jantung yang parah, seperti serangan jantung.

Jika terus-menerus menderita sindrom ini, otot jantung dapat menjadi rusak.

kardiomiopati Takotsubo dapat menjadi sangat serius pada pasien yang berusia lanjut atau pada orang yang memiliki penyakit lain yang terkait.

Baca Juga : Ahmad Dhani Menangis Tak Bisa Merayakan Ulang Tahun Shafeea, Terputar Kembali Memori Pilu Maia Estianty yang Tangisi Al Ghazali